118 tertib, mengatur waktu ataupun pengendalian diri. Adapun anak yang masih pasif
dalam berkegiatan maupun berinteraksi adalah karena anak kurang percaya diri.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Sesuai dengan deskripsi hasil penelitian di atas, berikut ini akan dideskripsikan pembahasan hasil penelitian kedisiplinan anak di KBTK Pedagogia
yang meliputi faktor yang memengaruhi kedisiplinan dan pembiasaan kedisiplinan anak yang berkaitan dengan kedisiplinan anak di KBTK Pedagogia.
1. Faktor yang memengaruhi kedisiplinan
Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan wawancara dengan guru diperoleh faktor-faktor yang memengaruhi kedisiplinan yaitu konsistensi dari guru
dan orang tua, pijakan, reward dan punishment, serta pemahaman anak akan peraturan. Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara dengan guru faktor yang
paling memengaruhi kedisiplinan anak di KBTK Pedagogia yaitu kesepakatan sebagai pijakan anak.
Berdasarkan hasil penelitian dari wawancara dengan guru faktor pendukung kedisiplinan adalah punishment. Sedangkan faktor yang menghambat kedisiplinan
anak adalah perbedaan pembiasaan dan konsistensi dari guru dan orang tua atau wali anak. Dari hasil wawancara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut guru
megadakan parenting, support group di media sosial, dan komunikasi dengan orang tua. Hal ini diharapkan orang tua akan konsisten dalam pembiasaan disiplin di
rumah agar sejalan dengan di sekolah. Berdasarkan teori
Tu’u 2004: 48-49 menjabarkan bahwa ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin anak yaitu kesadaran diri,
119 pengikutan dan ketaatan, Alat pendidikan, untuk mempengaruhi mengubah,
membina, dan membentuk perilaku, serta hukuman. Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara di atas, faktor yang memengaruhi kedisiplinan yang
disebutkan oleh guru pijakan, punishment dan pemahaman anak terhadap peraturan sesuai dengan teori tang diungkapkan oleh
Tu’u 2004 yang mengatakan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin anak diantaranya
kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan, dan hukuman. Tu’u 2004 mengatakan kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa
disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan diri anak. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Anak yang memiliki
kesadaran akan disiplin dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat terhadap pengikutan dan ketaatan terhadap peraturan. Pengikutan dan ketaatan,
sebagai langkah penerapan atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individu anak. Di KBTK Pedagogia, guru membuat kesepakatan dengan anak
sebagai pijakan untuk membuat peraturan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak. Sedangkan hukuman, akan menyadarkan mengoreksi dan meluruskan
yang salah, sehingga anak kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi terdadap kedisiplinan anak.
Berdasarkan hasil dokumentasi yang diperoleh, faktor yang memengaruhi kedisiplinan anak yaitu pendidikan orang tua, status sosial ekonomi, dan keluarga
dalam hal ini yaitu anak merupakan anak ke berapa dari berapa bersaudara. Faktor yang memengaruhi kedisiplinan tersebut berdasarkan teori Dodson 1978; Wantah,
120 2005: 180-184 salah satu faktor dalam pembentukan disiplin anak menurut Dodson
latar belakang pendidikan dan status sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan teori Dodson 1978; Wantah, 2005: 180-184 menyebutkan
lima faktor dalam pembentukan disiplin anak yaitu latar belakang dan kultur kehidupan keluarga, sikap dan karakter orangtua, latar belakang pendidikan dan
status sosial ekonomi keluarga, keutuhan dan keharmonisan keluarga, serta cara- cara dan tipe perilaku parental. Dari faktor-faktor di atas dokumentasi yang diambil
peneliti adalah latar belakang pendidikan orang tua dan status sosial ekonomi keluarga.
Peneliti mengambil subjek yaitu anak yang pendidikan terakhir orang tua S1 dan kedua orang tua anak bekerja. Menurut Dodson 1978; Wantah, 2005 orang
tua yang mengecap dirinya berpendidikan menengah ke atas dan memiliki status sosial ekonomi yang baik, dapat mengupayakan pembentukan disiplin yang baik.
Penelitian Baumrind terhadap kualitas pendisiplinan anak dalam keluarga menemukan bahwa upaya pembentukan disiplin yang efektif ditemukan pada
sekitar 58 keluarga berpendidikan menengah ke atas. Sebaliknya, keluarga yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah, sekitar 67 mengupayakan disiplin
secara acak tidak terarah. Dari penjabaran di atas berdasarkan teori empat faktor dominan yang
mempengaruhi dan membentuk disiplin anak yaitu kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan terhadap peraturan, alat pendidikan, serta hukuman. Faktor-faktor yang
memengaruhi kedisiplinan anak di KBTK Pedagogia yaitu kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan, dan hukuman. Faktor yang paling memengaruhi
121 kedisiplinan anak di KBTK Pedagogia yaitu kesepakatan yang berupa peraturan
sebagai pijakan anak agar mengikutan dan taat terhadap peraturan. Faktor pendukung kedisiplinan anak di KBTK Pedagogia yaitu hukuman atau
punishment, sedangkan faktor yang menghambat kedisiplinan yaitu konsistensi. Dalam mengatasi faktor penghambat yaitu dengan parenting yang diadakan oleh
sekolah, support group di media sosial yang dilakukan oleh guru, dan komunikasi secara langsung dengan orang tua.
2. Pembiasaan kedisipinan
Dari hasil pebelitian berdasarkan wawancara pembiasaan disiplin yang dilakukan oleh guru yaitu dengan memberikan pijakan pada anak yang bertujuan
untuk mengarahkan anak dalam berbuat dan konsistensi. Pijakan yaitu membuat kesepakatan dibuat oleh anak bersama dengan guru sebagai pijakan bagi anak agar
berperilaku disiplin sesuai dengan peraturan yang telah disepakati bersama-sama. Guru terkadang membuat pijakan secara otoriter apabila dibutuhkan. Sedangkan
konsistensi yang dimaksud adalah selalu mengingatkan apabila ada anak yang lupa dengan kesepakatan, guru selalu mengingatkan berulang ulang dengan konsisten.
Menurut Hurlock 1978: 93-93, cara mendisiplin ada tiga yaitu, cara mendisiplin otoriter, cara mendisiplin permisif, dan cara mendisiplin demokratis.
Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin otoriter. Lain halnya dengan disiplin otoriter yaitu
dalam disiplin permisif, anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan; merka diijinkan untuk mengambil
keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Sementara itu, disiplin
122 demokrtis lebih menekankan aspek eduktif daripada aspek hukumannya. Metode
demokratis meggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tententu diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut disiplin di KBTK Pedagogia adalah dengan disiplin demokratis. Berdasarkan hasil penelitian pembiasaan disiplin yang dilakukan oleh guru
yaitu memberikan pijakan berupa kesepakatan pada anak. Kesepakatan dibuat oleh anak dan ditambahi dengan peraturan lain oleh guru. Nelsen 1997
mengungkapkan disiplin positif dilakukan orang dewasa membebaskan anak untuk memilih apa yang ia ingin lakukan namun dengan aturan. Sama halnya dengan
Hurlock 1978 metode demokratis meggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tententu diharapkan. Woolfson
2004 pembiasaan disiplin orang tua dan anak memimpin bersama yaitu dengan peraturan dijelaskan oleh orang tua dan dinegoisasikan dengan anak sampai batas
tertentu. Dari hasil penelitian guru membuat kesepakatan bersama dengan anak sebelum melakukan kegiatan menurut teori merupakan pembiasaan disiplin dengan
menggunakan cara disiplin positif demokratis. Berdasarkan hasil penelitian saat ekstrakurikuler berenang guru
menyampaikan peraturan untuk tidak mengenakan atribut bermain air sebelum selesai berenang tanpa tawar menawar dengan anak. Nelsen 1997
mengungkapkan disiplin yang ketat merupakan disiplin dimana orang dewasa memberikan aturan tanpa adanya kebebasan untuk anak, anak tidak memiliki
pilihan selain menuruti peraturan yang dibuat oleh orang dewasa. Sama halnya dengan Hurlock 1978 pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang
123 diinginkan merupakan jenis disiplin otoriter. Woolfson 2004 mengungkapkan
model disiplin orang tua memimpin yaitu orang tua menetapkan peraturan- peraturan untuk anak dan tidak ada tawar menawar. Berdasarkan teori di atas dapat
diketahui pembiasaan disiplin di KBTK Pedagogia selain disiplin demokratis juga menggunakan disiplin otoriter. Disiplin otoriter dilakukan oleh guru saat
menyangkut dengan keselamatan anak. Berdasarkan penjabaran di atas dari teori pembiasaan disiplin ada ada tiga
cara yaitu cara mendisiplin otoriter ketat, cara mendisiplin permisif bebas, dan cara mendisiplin demokratis positif. Cara pembiasaan disiplin yang ada di KBTK
Pedagogia yairu disiplin demokratis positif dan disiplin otoriter ketat. Penggunaan pembiasaan disiplin yang paling sering digunakan yaitu disiplin
demokratis positif. 3.
Kedisiplinan anak Berdasarkan hasil penelitian dalam aspek menaati peraturan dan tata tertib
Mo, Raf, Nan, Al, Nad, Oca dan Vav sudah menaati peraturan dan tata tertib. Ketujuh anak tersebut sudah memahami peraturan dan tata tertib yang ada di
sekolah. Mo, Raf, Nan, Al, Nad, Oca dan Vav sudah duduk tertib saat pembelajaran, dan membuang sampah ke tempat sampah. Sedangkan untuk
indikator membereskan mainan setelah selesai Mo, Raf, Nan, Al, Nad, dan Oca sudah membereskan mainan setelah selesai. Vav belum ikut membereskan mainan
setelah selesai. Terlihat dari hasil observasi Vav sangat pedian dan hanya berdiri saat teman-teman membereskan mainan. Vav belum ikut membereskan mainan
124 bukan karena belum memahami peraturan. Namun karena Vav kurang percaya diri
saat di sekolah, meskipun Vav sudah dimotivasi baik di ruman maupun di sekolah. Disiplin menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yaitu latihan batin dan
watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu menaati tata tertib di sekolah dan kemiliteran; ketaatan pada aturan dan tata tertib. Dari hasil penelitian
ketujuh anak yang diteliti sudah memahami peraturan dan tata tertib. Dari ketujuh anak tersebut yang paling disiplin menaati peraturan dan tata tertib ialah Mo. Dari
hasil penelitian Mo sering diberi reward oleh guru baik berupa stiker maupun pujian.
Linda Richard Eyre, 1995 mengungkapkan disiplin berarti sanggup menggerakkan dan mengatur diri serta waktu sendiri. Terdapat dua indikator dalam
mengatur waktu, datang ke sekolah tepat waktu dan melaksanakan kegiatan saat kegiatan pembelajaran. Dari hasil penelitian dalam mengatur waktu untuk datang
ke sekolah tepat waktu yang masih sering terlambat adalah Mo, Raf dan Oca. Sedangkan yang masih belum dapat mengatur waktu saat bermain dan berkegiatan
adalah Vav, Nad dan Nan. Pada aspek mengatur waktu anak yang paling disiplin dalam indikator
mengerjakan kegiatan saat kegiatan pembelajaran adalah Mo. Mo sering mendapatkan stiker atau pujian karena mengerjakan semua kegiatan dengan
cekatat. Sedangkan yang belum mengerjakan kegiatan adalah Vav dan yang berlama-lama saat mengerjakan adalah Nan dan Nad. Sedangkan indikator datang
ke sekolah tepat waktu yang paling disiplin adalah Vav. Anak yang paling sering terlambat adalah Mo.
125 Linda Richard Eyre, 1995 mengungkapkan disiplin berarti sanggup
mengendalikan emosi dan nafsu, yang artinya tahu batas. Hurlock 1978: 82 mengungkapkan bahwa disiplin berasal dari kata disciple yakni seorang yang
belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin nerupakan suatu cara untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri.
Pengendalian diri yang dimaksud yaitu dengan mengukuti peraturan dan norma yang sudah ada. Indikator dalam aspek pengendalian diri yaitu menyayangi teman,
meminta maaf apabila berbuat salah dan menghargai orang lain yang sedang berbicara.
Indikator menyayangi teman dan meminta maaf apabila berbuat salah, anak yang belum dapat mengendalikan diri yaitu Nan, karena Nan sering terlibat masalah
dengan Ai. Sedangkan indikator menghargai orang lain yang sedang berbicara yang belum dapat mengendalikan diri adalah Nan dan Nad apabila duduk bersebelahan.
Sedangkan anak yang paling dapat mengendalikan diri adalah Mo dan Raf. Vav dalam aspek mengendalikan diri belum terlihat selama penelitian, karena Vav
belum berinteraksi dengan teman-teman lain. Mo merupakan anak yang paling disiplin diantara yang lain. Saat bermain
maupun berkegiatan sudah terukur. Mo anak yang bertanggung jawab dan berorientasi pada tugas. Mo cekatat saat melaksanakan tugas, seperti mengerjakan
kegiatan atau membereskan mainan. Mo menyayangi teman dengan membantu teman dan meminta maaf apabila berbuat kesalahan. Namun Mo masih sering
terlambat datang ke sekolah.
126 Raf anak yang bertanggung jawab dan berorientasi pada tugas. Raf segera
melaksanakan kegiatan dan berganti kegiatan apabila sudah selesai. Raf bertanggung jawab dengan merapikan mainan apabila telah selesai bermain. Raf
sudah berinteraksi dengan teman-teman dan tidak membuat masalah. Raf meminta maaf apabila berbuat salah. Namun Raf terkadang masih terlambat datang ke
sekolah. Raf juga sering lupa waktu apabila bermain dengan temannya. Nan anak yang bertanggung jawab. Nan merapikan mainan apabila telah
selesai bermain. Nan juga sudah tepat waktu saat datang ke sekolah, yaitu sebelum kentongan tanda masuk kelas dibunyikan. Namun Nan masih lupa waktu saat
bermain dengan temannya. Nan juga belum segera melaksanakan kegiatan dan berganti kegiatan yang lain. Nan sudah menyayangi teman dan meminta maaf
apabila berbuat kesalahan, namun Nan masih sering bermusuhan dengan salah satu temannya.
Nad anak yang tanggung jawabnya sudah bagus. Nad segera membereskan mainan setelah bermain. Nad juga sudah berangkat sekolah tepat waktu sebelum
kentongan dibunyikan. Nad menyayangi teman dan meminta maaf apabila berbuat salah. Namun Nad masih belum segera melaksanakan kegiatan saat berkegiatan,
Nad terkadang masih berlama-lama dengan satu kegiatan. Oca sudah memahami peraturan yang telah dibuat bersama. Oca sudah
melaksanakan kegiatan dan merapikan mainan setelah digunakan. Meskipun Oca terkadang belum segera melaksanakan tugas namun Oca melaksanakan semua
tugas yang diberikan guru. Oca sudah menyayangi teman dan jarang membuat masalah. Namun Oca masih sering terlambat datang ke sekolah.
127 Al anak yang berorientasi pada tugas. Al segera melaksanakan kegiatan dan
berganti kegiatan lain. Al menyayangi teman dengan jarang membuat masalah dengan teman lain. Al sudah berangkat sekolah tepat waktu, sebelum kentongan
tanda masuk kelas dibunyikan. Namun Al terkadang masih belum paham akan tugas-tugasnya, sehingga lama saat mengerjakan sesuatu. Meskipun demikian Al
sudah dapat mengatur waktunya dengan segera berpindah apabila telah selesai mengerjakan kegiatan pembelajaran.
Vav anak yang pendiam dan pasif. Meskipun demikian Vav memahami tugas dan peraturan yang ada. Vav sudah berangkat sekolah tepat waktu sebelum
kentongan tanda masuk kelas dibunyikan dan mengerjakan kegiatan meskipun Vav masih harus dibujuk saat berkegiatan atau bermain dengan teman. Namun Vav
masih belum berinteraksi dengan teman lain. Hal tersebut karena Vav kurang percaya diri saat di sekolah. Guru dan orang tua sudah memberi motivasi kepada
Vav agar percaya diri dan mau berinteraksi dengan teman yang lain. Namun Vav tetap tidak merespon karena di rumah Vav hanya berteman dengan kakak dan
adiknya saja. Diakhir penelitian Vav sudah mau melaksanakan kegiatan tanpa dibujuk berkali-kali oleh guru maupun teman.
Berdasarkan penjabaran di atas anak-anak di TKKB Pedagogia sudah memahami peraturan dan tata tertib karena anak ikut serta dalam membuat
kesepakatan. Hal tersebut membuat anak-anak di KBTK Pedagogia memiliki kedisiplinan yang dapat dikatakan sudah baik, namun terdapat satu anak yang pasif
dalam berkegiatan karena kurang percaya diri.
128
C. Keterbatasan Penelitian