10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Kedisiplinan
Disiplin dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada
dengan senang hati. Disiplin ini merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturanperaturan, nilai-nilai dan hukum-
hukum yang berlaku dalam suatu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, kalau dirinya disiplin baik maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan
dirinya pada masa depannya Mulyasa, 2003. Kedisiplinan pada anak merupakan cara orang dewasa dalam mengajarkan
kepada anak tentang perilaku moral dan etika dimana anak akhirnya dapat berlaku tertib dan patuh terhadap peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati
berdasarkan kesadaran diri. Dalam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau
hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik. Anak-anak akan lebih cepat mempelajari hubungan sebab-akibat jika
orang tua atau guru bersikap konsisten Severe, 2003: 142. Disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu latihan batin dan
watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu menaati tata tertib di sekolah dan kemiliteran; ketaatan pada aturan dan tata tertib. Hal yang sama juga
disampaikan oleh Moeliono dan Djamarah Mufidah, 2013: 29 bahwa disiplin
11 adalah tata tertib, yaitu ketaatan kepatuhan pada peraturan, tata tertib, dan
sebagainya. Berdisiplin berarti menaati mematuhi tata tertib. Wantah 2005: 139 menjabarkan bahwa istilah disiplin diturunkan dari kata
Latin disiplina yang berkaitan dengan dua istilah lain, yaitu discere belajar dan discipulus murid. Sehingga disiplin dapat diartikan apa-apa yang disampaikan
oleh seorang guru kepada murid. Hurlock 1978: 82 mengungkapkan bahwa disiplin berasal dari kata disciple yakni seorang yang belajar dari atau secara suka
rela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin nerupakan suatu cara untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri. Pengendalian diri yang
dimaksud yaitu dengan mengukuti peraturan dan norma yang ada. Disiplin mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur Anonimous, 2003;
Wantah, 2005: 140. Disiplin berarti sanggup menggerakkan dan mengatur diri serta waktu sendiri,
sanggup mengendalikan emosi dan nafsu, yang artinya tahu batas Linda Richard Eyre, 1995:64. Hal itu berarti disiplin tidak hanya terkait dengan bagaimana anak
dapat mematuhi peraturan yang ada, namun juga bagaimana anak dapat mengendalikan diri. Artinya disiplin juga berbicara tentang sopan santun dan adab
yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan beberapa paparan pengertian disiplin di atas, dapat disimpulkan
bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib, dapat menggerakkan dan mengatur diri serta waktu sendiri serta mengendalikan emosi
dan nafsu atau tahu batas. Dengan penanaman disiplin diharapkan anak dapat mengendalikan diri dan bersikap sesuai dengan norma dan adab yang berlaku.
12 2.
Tujuan Disiplin Hurlock 1879: 82 menyatakan tujuan seluruh disiplin ialah membentuk
perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan Usia 5-6 tahunudaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Sependaat dengan
Hurlock, Wantah 2005: 176 mengatakan tujuan disiplin ialah mengubah sikap dan perilaku anak agar menjadi benar dan dapat diterima masyarakat. Dengan
menanamkan kedisiplinan anak akan mengetahui perilaku yang baik dan perilaku yang buruk, sehingga diharapkan anak dapat berperilaku baik yang dapat diterima
dalam mastarakat. Dari pendapat di atas tujuan disiplin bukan untuk melarang kebebasan atau
mengadakan penekanan, melainkan memberikan kebebasan dalam batas kemampuannya untuk dikelola Semiawan, 2009: 92. Disiplin diri dan tahu batas
merupakan nilai-nilai penting dan universal karena beberadaannya menguntungkan diri kita dan orang lain Linda Richard Eyre, 1995:65. Jadi pada dasarnya
disiplin bertujuan untuk mengatur perilaku seseorang supaya dapat mengendalikan diri sesuai dengan adab dan ketetapan yang berlaku di lingkungan tempat ia tinggal.
Seseorang dapat disebut disiplin apabila ia melakukan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan ketetntuan
tanpa paksaan dari siapapun. Disiplin harus terwujud dalam kehidupan keluarga, masyarakat, termasuk disiplin sekolah, disiplin belajar, dan menyelesaikan tugas
sekolah. Dalam hal penerapan pelaksanaan tata tertib sekolah, diharapkan kita menaati tata tertib sekolah sehingga dapat ditegakkan disiplin sekolah.
13 Rimm 2003: 47 menjabarkan bahwa tujuan disiplin adalah mengarahkan
anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan,
kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang. Tujuan disiplin adalah membantu anak membangun pengendalian diri
mereka, bukan membuat anak mengikuti dan mematuhi perintah orang dewasa. Melalui disiplin, anak dapat belajar bagaimana bersikap, menghargai hak orang
lain, dan menaati aturan. Penanaman disiplin dilakukan sejak dini untuk mempersiapkan anak sebelum mereka terjun di masyarakat.
3. Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada anak, sehingga anak menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasil belajar yang optimal.
Tu’u 2004: 38-44 memaparkan fungsi disiplin yaitu menata kehidupan bersama,
membangun kepribadian, melatih kepribadian yang baik, pemaksaan, hukuman, dan menciptakan lingkungan yang kondusif. Sehingga seseorang dapat berperilaku
yang baik dan dapat diterima dalam masyarakat yang akan menjadikan lingkungan menjadi kondusif.
Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya Zuriah, 2007: 41.
Disiplin membantu anak mengembagkan hati nurani dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku. Anak yang memiliki disiplin diri akan
mempertimbangkan apa-apa yang hendak dilakukannya sehingga anak dapat berperilaku sesuai dengan adab-adab di masyarakat sekitar.
14 4.
Unsur-unsur Disiplin Disiplin bertujuan mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar
sosial kelompoknya. Untuk tujuan tersebut disiplin harus mempunyai unsur-unsur pokok disiplin. Menurut Sari 1996 disiplin memiliki 4 unsur pokok, yaitu sebagai
berikut. a.
Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, yang tujuannya
untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi antara lain untuk membantu anak menjadi
anak yang bermoral, yaitu sebagai pendidikan agar anak mengetahui perilaku yang disetujui di masyarakat. Fungsi yang ke dua membantu mengekang perilaku anak
yang tidak diinginkan Sari, 1996: 11. b.
Hukuman Unsur pokok ke dua dari disiplin adalah hukuman. Hukuman untuk perilaku
yang salah dapat dibenarkan apabila ia memiliki nilai pendidikan dan dengan penjelasan verbal yang diberikan pada anak. Ada tiga fungsi hukuman yaitu
menghalangi munculnya perilaku yang salah, mendidik dengan perilaku yang benar, dan memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak dibenarkan di
masyarakat Sari, 1996: 16. c.
Penghargaan Penghargaan tidak selalu berupa materi, namun penghargaan dapat berarti
pujian, tepuk tangan, senyuman, ataupun belaian. Penghargaan diberikan untuk suatu hasil yang baik, tidak sama dengan ‘suapan’ yang diberikan sebelum perilaku
15 yang diinginkan ditunjukkan oleh anak. Peran penting dari penghargaan ada tiga,
diantaranya yaitu memiliki nilai mendidik, motivasi untuk mengulangi perilaku yang benar dalam masyarakat dan memperkuat perilaku yang benar dalam
masyarakat Sari, 1996:19-20. d.
Konsistensi Konsistensi berarti konsisten dalam peraturan untuk pemberian hukuman dan
penghargaan. Menurut Sari 1996: 22 tiga peran penting konsistensi yaitu mengandung nilai mendidik yang benar, mengandung nilai motivasi yang kuat, dan
meningkatkan penghargaan anak terhadap peraturan. Wantah 2005: 150 menyebutkan bahwa disiplin memiliki lima unsur.
Kelima unsur-unsur disiplin tersebut, meliputi: 1 aturan sebagai pedoman tingkah laku, 2 kebiasaan-kebiasaan, 3 hukuman untuk pelanggaran aturan, 4
penghargaan, setra 5 konsistensi. Tu’u 2004: 33 menjabarkan unsur-unsur disiplin sebagai berikut:
a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.
b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri
bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan, dan dorongan dari luar dirinya.
c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan
membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d.
Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan, dan memperbaiki tingkah laku.
e. Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.
16 Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh
Tu’u, Hurlock 1980: 124 menyatakan ada tiga unsur penting dalam disiplin, yaitu:
a. Peraturan dan hukum sebagai pedoman bagi penilaian yang baik.
b. Hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum.
c. Hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku sosial yang baik
karena memberikan hadiah adalah cara untuk meningkatkan keinginan anak untuk belajar berperilaku sosial.
Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa dalam menegakkan atau mengajarkan disiplin kepada anak maka kita sebagai yang
mengajarkan disiplin maka harus berikap disiplin pula. Dalam disiplin pendidik harus menegakkan peraturan, hukuman, dan hadiah yang senantiasa konsisten.
Peraturan dan hukuman yang diberlakukan ke anak harus sesuai dengan lingkungan dimana anak tersebut tinggal, sehingga anak tidak bingung dan ia dapat diterima
oleh masyarakat. 5.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Disiplin Berikut ini merupakan pembahasan mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi orang tua atau guru dalam memilih cara untuk membangun kedisiplinan bagi anak. Menurut Sari 1996 faktor-faktor yang memengaruhi
kedisiplinan anak yaitu sebagai berikut. a.
Pola pendisiplinan orang tua terdahulu Hal ini terjadi apabila orang dewasa merasa bahwa orang tua mereka berhasil
mendidiknya dengan cara yang dilakukan oleh orang tuanya. Mereka merasa cara tersebut baik dan dapat diterapkan pada anak asuhnya saat ini agar berhasil seperti
17 orang tuanya dahulu. Namun situasi pada jaman dahulu dan sekarang berbeda, jadi
orang tua tidak selalu mendapatkan hasil yang sama dengan apa yang diperoleh saat orang tua mereka mendidik mereka dahulu.
b. Kekesuaian dengan cara yang disetujui kelompok
Orang tua atau pependidik yang belum berpengalaman cenderung menggunakan cara mendidik yang digunakan oleh kelompoknya. Walaupun mereka memiliki cara
yang lain tetapi mereka merasa akan lebih aman menggunakan cara yang digunakan anggota kelompoknya. Kurangnya pengalaman dalam mendidik menyebabkan
orang tua atau pendidik belum berani menerapkan cara mendidik yang mereka anggap baik. Namun sebagian yang lainnya ada yang berani mencoba
menggunakan cara yang lain yang dianggap lebih baik. c.
Usia orang tua atau guru Orang tua atau guru yang lebih muda umumnya akan menggunakan cara yang
demokratis atau permisif. Cara tersebut dipilihnya selain karena belum mempunyai pengalaman mendidik, pengalaman mereka dididik secara otoriter keras mereka
menganggap bahwa cara permisif lebih baik. Sedangkan orang tua atau pendidik yang usianya lebih tua akan menggunakan cara mendidik yang otoriter. Hal tersebut
mungkin dikarenakan mereka belum menemukan cara yang terbaik dan sulit untuk merubah keyakinan tentang cara terbaik dalam mendidik anak, walaupun mereka
telah menemukan cara lain. d.
Jenis kelamin orang tua atau guru Orang tua atau guru wanita umumnya lebih mampu mengetahui atau
memahami kebutuhan anak dibanding dengan pria. Oleh karena itu wanita lebih
18 cenderung mendidik secara otoriter. Apabila wanita memiliki wawasan berpikir
luas, dan berkepribadian matang akan mampu berpikir rasional dan tidak mudah dikuasai emosi, mereka akan menggunakan cara demokratis. Sedangkan wanita
yang bersikap emosional dan berpikiran sempit umumnya mereka cenderung menggunakan cara permisif.
e. Status sosial ekonomi
Orang tua atau guru yang berasal dari status sosial ekonomi yang menengah dan rendah cenderung mendidik anak dalam mendidik anak, menggunakan paksaan
dan kurang toleransi. Sedangkan orang tua atau guru dengan status sosial ekonomi atas biasanya lebih berpendidikan, mereka lebih konsosten dalam mendidik anak,
umumnya menggunakan cara yang demokratis. f.
Jenis kelamin anak Anak perempuan umumnya dituntut untuk lebih patuh dan lebih banyak
dibatasi perilakunya dibandingkan anak laki-laki. Orang tua atau guru cenderung kurang toleran dengan kesalahan anak perempuan, sehingga orang tua atau guru
cenderung lebih keras terhadap anak perempuan. g.
Usia anak Orang tua atau guru biasanya lebih otoriter untuk anak yang usianya lebih
muda. Hal ini dikarenakan mereka menganggap anak kecil belum memahami penjelasan, oleh karena itu orang tua lebih otoriter dan mengatur perilakunya.
Selain itu orang tua mengalami kesulitan untuk menjelaskan sesuatu pada anak dengan bahasa yang dapat dipahami oleh anak. Sedangkan untuk anak yang lebih
dewasa, orang tua menganggap penjelasan verbal sudah cukup. Seiring
19 bertambahnya usia anak sudah memiliki kemampuan mengatur diriya, sehingga
orang tua melonggarkan kendalinya. Pembentukan disiplin pada anak, khususnya yang dilakukan dalam keluarga
ditentukan oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut Dodson 1978; Wantah, 2005: 180-184 menyebutkan lima faktor dalam pembentukan disiplin anak yang
akan dijabarkan sebagai berikut. a.
Latar belakang dan kultur kehidupan keluarga Orang tua yang sejak kecil terbiasa hidup dalam lingkungan yang keras,
pemabuk, tidak memiliki disiplin, tidak menghargai orang lain, dan bertingkah laku semaunya, maka kebiasaan itu akan terbawa ketika orang tua tersebut membimbing
dan menanamkan disiplin pada anaknya. Penelitian Sebald 1968; Wantah, 2005: 180 menemukan bahwa orang tua yang sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan
budaya kekerasan, 70-80 cenderung mendisiplinkan anaknya dengan kekerasan pula. Sedangkan orang tua yang sejak kecil terbiasa hidup dalam lingkungan
budaya acuh tak acuh, dibiarkan dan tidak dipedulikan, sekitar 60-70 mendisiplinkan anaknya dengan cara membiarkan dan tidak mempedulikannya.
Orang tua atau guru cenderung akan mendisiplinkan anak dengan cara seperti yang dilakukan orang tuanya terhadap dirinya Hurlock, 1978: 95.
b. Sikap dan karakter orang tua
Faktor sikap dan karakter orang tua sangat berpengaruh. Orang tua yang mempunyai watak otoriter, berkuasa, tidak mempedulikan orang lain, akan
cenderung mendisiplinkan anak dengan cara otoriter. Sedangkan orang tua yang mempunyai sikap lembut, ramah, akan mendisiplinkan anak secara permisif.
20 c.
Latar belakang pendidikan dan status sosial ekonomi keluarga Orang tua yang mengecap dirinya berpendidikan menengah ke atas dan
memiliki status sosial ekonomi yang baik, dapat mengupayakan pembentukan disiplin yang baik. Penelitian Baumrind terhadap kualitas pendisiplinan anak dalam
keluarga menemukan bahwa upaya pembentukan disiplin yang efektif ditemukan pada sekitar 58 keluarga berpendidikan menengah ke atas. Sebaliknya, keluarga
yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah, sekitar 67 mengupayakan disiplin secara acak tidak terarah.
d. Keutuhan dan keharmonisan keluarga
Keluarga yang cenderung tidak utuh dan tidak harmonis akan memberi pengaruh negatif terhadap pembentukan disiplin pada anak. Menurut Sikun Pribadi
1982; Wantah: 183, ketidakutuhan dan ketidakharmonisan keluarga akan mempengaruhi fungsi-fungsi orang tua dalam mendidik, membentuk, dan
mengembangkan disiplin pada anak. Perceraian membawa dampak negatif terhadap pembentukan disiplin pada anak.
e. Cara-cara dan tipe perilaku parental
Perilaku parental yaitu perilaku orang tua dalam membimbing, mendidik, dan menanamkan disiplin pada anak. Sikun Pribadi 1982; Wantah, 2005: 184
mengemukakan beberapa tipe yang menghambat upaya pembentukan disiplin di rumah, yaitu tipe parental yang keras, acuh tak acuh, memanjakan anak, dan selalu
khawatir terhadap anak.
21 Tu’u 2004: 48-49 menjabarkan terdapat empat faktor dominan yang
memengaruhi dan membentuk disiplin anak. Keempat faktor yang memengaruhi dan membentuk kedisiplinan anak tersebut yaitu:
a. Kesadaran diri, sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan
dan keberhasilan diri anak. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat
pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.
b. Pengikutan dan ketaatan, sebagai langkah penerapan atas peraturan-peraturan
yang mengatur perilaku individu anak. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.
c. Alat pendidikan, untuk mempengaruhi mengubah, membina, dan membentuk
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d.
Hukuman, akan menyadarkan mengoreksi dan meluruskan yang salah, sehingga anak kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin anak dipengaruhi oleh faktor keluarga yaitu orang tua dan kesadaran diri anak. Orang tua
dengan latar belakang pendidikan rendah dan status sosial ekonomi menengah ke bawah akan mendisiplinkan anak dengan cara yang tidak terarah. Sedangkan orang
tua dengan latar belakang pendidikan menengah ke atas dan status sosial ekonomi yang baik, akan mendisiplinkan anak dengan cara yang efektif. Latar belakang
pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya orang tua sangat mempengaruhi perilaku
22 disiplin anak. Selain itu, faktor dari luar berupa hadiah dan hukuman juga
mempengaruhi disiplin anak. 6.
Pentingnya Kedisiplinan Bagi Anak Penanaman disiplin yang tepat akan menghasilkan terbentuknya perilaku
moral yang baik atau positif pada anak. Dengan disiplin anak dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan sosialnya, sebagai
hasilnya anak akan diterima di lingkungannya. Dengan demikian disiplin sangat dibutuhkan oleh anak agar anak berhasil mencapai hidup yang bahagia dan
mencapai penyesuaian yang baik dalam lingkungan sosialnya. Untuk mencapai keadaan tersebut disiplin perlu ditanamkan sejak awal kanak-kanak. Pada masa
kanak-kanak disiplin diperlukan karena beberapa hal. Menurut Sari 1996 perlunya disiplin bagi anak yaitu sebagai berikut.
a. Memberi perasaan aman bagi anak.
b. Membantu anak menghindari perasaan bersalah.
c. Mengajarkan anak bersilkap menurut cara yang mendatangkan pujian.
d. Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi anak untuk melakukan apa yang
diharapkan lingkungan pada dirinya. e.
Membantu anak mengembangkan hati nurani yang akan membimbingnya dalam mengambil keputusan dan mengendalikan perilakunya.
Berdasarkan uraian di atas, disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh anak. Disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata
kehidupan yang teratur yang akan menjadikan anak sukses dalam belajar maupun
23 hal lainnya. Anak akan terdorong untuk melakukan hal-hal yang benar sesuai aturan
dan norma. Disiplin memberikan petunjuk bagi anak mengenai apa yang boleh dan apa
yang tidak boleh diakukan Wantah, 2005: 144. Berdasarkan itulah anak dapat merasa tenang karena dia tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak
boleh dilakukan. Disiplin membantu anak mengindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak
bahagia dan penyesuaian yang buruk. Orang dewasa hendaknya membantu anak menghindari rasa malu akibat perilaku yang salah, disiplin memungkinkan anak
hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demkian memperoleh persetujuan sosial Hurlock, 1978: 83.
Anak tidak lagi merasa khawatir melakukan kesalahan karena berperilaku disiplin. Disiplin mengajarkan kepada anak tentang bagaimana berperilaku yang
sesuai dengan aturan dalam kehidupan sosial. Disiplin membantu anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak
sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Anak yang bertingkah laku sesuai moral yang berlaku tentunya akan mendapat respon positif dari lingkungan
sosialnya. Respon sosial berupa penerimaan atau pujian memberikan rasa bahagia bagi anak karena disayangi dan diterima. Dengan demikian, disiplin memperbesar
kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak Hurlock, 1978: 83. Selain itu, disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai
motivasi yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya Zuriah, 2007: 41. Misalkan seorang anak menyelesaikan tugasnya dengan baik sehingga
24 mendapatkan bintang dan pujian dari guru. Disiplin membantu anak
mengembagkan hati nurani dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku. Anak yang memiliki disiplin diri akan mempertimbangkan apa-apa yang
hendak dilakukannya. Semua anak membutuhkan disiplin, namun kebutuhan mereka berbeda-beda.
Kebutuhan yang berbeda-beda dipengaruhi oleh kondisi yang berbeda pula. Beberapa kondisi yang mempengaruhi disiplin menurut Hurlock 1978: 83-84
antara lain, yaitu variasi dalam laju perkembangan anak, variasi menurut waktu dalam sehari, kegiatan yang dilakukan anak, kebutuhan disiplin bervariasi dengan
hari dalam seminggu, disiplin lebih sering dibutuhkan dalam keluarga besar, dan kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia. Variasi laju perkembangan setiap
anak termasuk salah satu kondisi yang mempengaruhi kebutuhan disiplin anak. Tidak semua anak yang sama memiliki kebutuhan disiplin yang sama. Disiplin yang
cocok untuk anak yang satu belum tentu cocok untuk anak yang lain Hurlock, 1978: 83. Misalkan seorang anak mampu mengerti larangan untuk tidak bermain
api hanya dengan peringatan lisan. Namun bagi anak lain mungkin perlu diberikan sentilan pada jarinya supaya dapat mengerti bahwa bermain api itu dilarang.
Hurlock 1978: 84 berpendapat bahwa kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin. Disiplin paling besar dibutuhkan dalam
kegiatan sehari-hari yang rutin, misalnya tidur, makan, mengerjakan pekerjaan rumah dan lain-lain. Sementara itu, saat anak bebas bermain maka diperlukan hanya
sedikit disiplin. Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. Hari-hari sekolah, banyak hal yang harus dilakukan anak baik di rumah maupun di
25 sekolah. Namun saat hari libur biasanya anak akan lebih santai karena rutinitas
mereka berkurang. Faktor keluarga pun turut mempengaruhi kebutuhan disiplin anak, disiplin
lebih sering dibutuhkan dalam keluarga besar daripada keluarga kecil. Menurut Hurlock 1978: 84, semakin banyak anak dalam keluarga akan semakin berkurang
perhatian dan pengendalian dari orang tua, sehingga dapat menimbulkan kecemburuan, pertengkaran dan tingkah laku yang mengganggu lainnya.
Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia. Anak kecil dan orang dewasa memiliki hubungan sosial yang berbeda dan kesibukan yang berbeda pula. Anak
yang lebih kecil biasanya membutuhkan disiplin yang lebih banyak dari anak yang lebih besar. Seiring dengan bertambahnya usia anak, anak yang lebih besar perlu
diberi penjelasan mengapa suatu perbuatan dapat diterima maupun ditolak oleh kelompok sosial, penjelasan membantu memperkuat konsep moral mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas, walapun kebutuhan disiplin berbeda-beda, namun pada dasarnya semua anak membutuhkan disiplin. Anak membutuhkan
disiplin untuk dapat hidup bersama orang lain di kelompok atau lingkungan mereka. Pendapat tersebut sesuai dengan pernyataan Hurlock 1878: 83 yaitu bahwa
melalui disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok sosial mereka.
7. Cara Pembiasaan Disiplin
Proses terpenting dari proses penerapan disiplin adalah melatih anak mematuhi aturan Woolfson, 2004:42. Pembiasaan disiplin pada anak sangat
membutuhkan peran orang dewasa didalamnya. Membiasakan dalam Kamus Besar
26 Bahasa Indonesia artinya menjadikan biasa, yang artinya bagaimana orang dewasa
menjadikan anak untuk biasa disiplin. Hal tersebut memerlukan konsistensi orang dewasa dalam pembiasaan disiplin.
Ada beberapa model atau cara dalam mendisiplinkan anak. Menurut Hurlock 1978: 93-93, cara mendisiplin ada tiga yaitu, cara mendisiplin otoriter, cara
mendisiplin permisif, dan cara mendisiplin demokratis. Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis
disiplin otoriter. Lain halnya dengan disiplin otoriter yaitu dalam disiplin permisif, anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh
dilakukan; merka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Sementara itu, disiplin demokrtis lebih menekankan
aspek eduktif daripada aspek hukumannya. Metode demokratis meggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa
perilaku tententu diharapkan. Pembiasaan disiplin yang menurut Hurlock sama halnya dengan Sari
1996:23 cara menanamkan disiplin bagi anak ada tiga yaitu mendisiplinkan anak secara otoriter, mendisiplinkan anak secara permisif, dan mendisiplinkan anak
secara demokratis. Disiplin secara otoriter menuntut anak untuk berperilaku sesuai keinginan orang dewasa. Disiplin secara permisif anak dibiarkan berbuat sesuai
kehendak hatinya tanpa pengendalian dari orang dewasa disekitar anak. Sedangkan disiplin secara demokratis dilakukan dengan cara berdiskusi dengan anak dan
penalaran untuk membantu anak mengerti perilaku yang diharapkan.
27 Pembiasaan disiplin hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Hurlock
dan Sari, Woolfson 2004:40 menyebutkan terdapat tiga model atau cara disiplin untuk anak, yaitu sebagai berikut.
a. Orang tua memimpin
Dalam model ini maksudnya adalah orang tua menetapkan peraturan-peraturan untuk anak dan tidak ada tawar menawar. Peraturan tidak dapat diubah, tidak bisa
dibantah, dan harus diikuti setiap saat. Model ini hampir sama dengan disiplin otoriter.
b. Anak memimpin
Anak diperbolehkan menentukan peraturan sendiri. Anak menetapkan sendiri batasan perilakunya dan belajar melalui pengalamannya.
c. Orang tua dan anak memimpin bersama
Dengan gaya ini yaitu peraturan dijelaskan oleh orang tua dan dinegoisasikan dengan anak sampai batas tertentu.
Nelsen 1997:8 mengemukakan ada tiga pendekatan utama interaksi antara orang dewasa dengan anak dalam pembentukan disiplin. Ketiga pendekatan
terseebut yaitu, disiplin yang ketat, disiplin bebas dan disiplin positif. a.
Disiplin ketat kontrol berlebihan Disiplin yang ketat merupakan disiplin dimana orang dewasa memberikan aturan
tanpa adanya kebebasan untuk anak. Orang dewasa memberi kontrol yang berlebihan untuk anak. Anak tidak memiliki pilihan selain menuruti peraturan yang
dibuat oleh orang dewasa. b.
Disiplin bebas tanpa batas
28 Disiplin yang bebas dimana orang yang lebih dewasa memberi kebebasan pada
anak tanpa memberikan aturan. Anak memiliki pilihan mereka sendiri tanpa dibatasi oleh orang dewasa.
c. Disiplin positif ketegasan dengan kewibawaan dan hormat
Dalam disiplin positif merupakan penggabungan antara disiplin ketat dan disiplin bebas. Orang dewasa membebaskan anak untuk memilih apa yang ia ingin lakukan
namun dengan aturan. Anak boleh memilih namun pilihan mereka dibatasi, tidak semua yang diingikan oleh anak dapat dilakukan.
Cara penerapan disiplin yang positif lebih menyenangkan untuk orang dewasa dan anak. Disiplin yang positif menurut Woolfson 2004:42 yaitu sebagai
berikut. a.
Memberikan teladan atau tingkah laku yang baik. b.
Menyatakan peraturan dengan nada yang positif, yaitu peraturan tidak diawali dengan kata ‘jangan’ dan ‘tidak’.
c. Menanyakan kepada anak mengenai aturan yang dibuat.
d. Menemukan hal positif yang dilakukan anak dan memberikan pujian untuk
anak. Penanaman disiplin kepada anak dapat dilakukan dengan memberikan
keteladanan bagi anak. Selain itu dengan menciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk bertindak disiplin. Dalam menata lingkungan fisik maka buatlah benda-
benda disekitar anak cocok dengan anak daripada harus sering menegur anak dan harus selalu menepuk tangan serta mengucapkan “jangan”, “awas”. Tentu saja
ruangan tak dapat seluruhnya benar-benar aman bagi anak. Maka sesekali dapat
29 menerapkan disiplin menggunakan kata larangan disertai nada tinggi sambil
memeluknya, serta dengan cara mengalihkan perhatian anak dengan mainan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas cara-cara pembiasaan disiplin pada
dasarnya sama, yaitu ada tiga macam model dalam pendisiplinan anak. Pendisiplinan dengan cara keras yang otoriter, pendisiplinan yang bebas atau
permisif, dan penggabungan antara keduanya atau demokratis yang positif. Dari ketiga model tersebut dapat disimpulkan bahwa model pendisiplinan yang baik
diterapkan kepada anak adalah pendisiplinan dimana anak diberi kebebasan namun dengan batasan-batasan tertentu dari orang yang lebih dewasa. Selain itu
pembiasaan juga dapat dilakukan dengan memberikan peraturan dan batasan untuk anak sebelum anak melakukan sesuatu.
8. Disiplin Anak Pra Sekolah
Mendisiplinkan anak pada dasarnya mengajarkan anak untuk bertindak secara sukarela berdasarkan suatu rangsangan peraturan dan tata tertib yang membatasi,
terlepas apakah kelakuan itu diterima atau tidak Suryadi, 2006: 71. Anak belajar perilaku melalui imitasi, anak meniru apa saja yang ia lihat atau alami. Maka dari
itu, pengaruh lingkungan sangat penting terhadap perkembangan disiplin anak. Disiplin dapat diterapkan pada anak baik di rumah maupun di sekolah dengan cara
membuat semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi anak. Suryadi 2006: 71 berpendapat bahwa pembinaan disiplin anak diperlukan tiga elemen. Ke
tiga elemen tersebut yaitu pendidikan, penghargaan dan hukuman yang akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Pendidikan
30 Anak diajarkan mengenal ada yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Orang
tua dan guru bertanggungjawab memberikan pengetahuan mengenai apa yang diharapkan dan tidak diharapkan oleh seorang kelompok.
b. Penghargaan
Ini berupa pujian, hadiah atau perlakuan khusus setelah anak melakukan seuatu, paling tidak mencoba melakukan apa yang diharapkan orang tua dari
seorang anak. c.
Hukuman Hukuman hanya boleh diberikan bila anak melakukan kesalahan dengan
sengaja. Elemen pertama dan kedua, ditekankan bila anak masih berusia dini, sedangkan unsur ketiga diterapkan saat anak sudah lebih besar. Mendisiplinkan
anak bukan perkara yang mudah. Orang dewasa hendaknya lebih sabar dan konsiten dalam membentuk kedisiplinan anak.
Anak harus didisiplinkan secara pribadi tidak didepan umum Rimm, 2003. Maksudnya ialah jika hendak menegur atau membenarkan anak, jangan di depan
umum. Jaga harga diri anak, jangan pernah menyalahkan atau memarahi anak di depan umum karena anak akan malu dan tidak mau mencoba lagi karena takut salah.
Anak akan mengulang perbuatan yang paling menarik perhatian. Maka dari itu, berilah perhatian lebih terhadap perbuatan yang benar daripada yang salah. Beri
pujian sesegera mungkin setelah anak melakukan perbuatan positif. Metode disiplin untuk anak berbeda dengan metote disiplin yang digunakan
untuk membentuk disiplin orang dewasa. Berikut adalah metode disiplin bagi anak prasekolah menurut Linda dan Eyre 1997:68-70:
31 a.
Bekerja sebelum bermain Berikan tugas-tugas rumah yang sederhana kepada anak seperti mematikan
lampu setelah bangun tidur, meletakkan pakaian kotor ke dalam ember, mendorong kursi usai makan bersama, memberi makan binatang peliharaan dan sebagainya.
Tawarkan kepada anak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut sebelum ia mulai bermain. Ini merupakan cara yang baik untuk mengajarkan disiplin kepada
anak usia dini. Kemudian puji anak bahwa apa yang mereka lakukan sangat membantu dan ucapkan teriakasih kepada anak.
b. Tetapkan waktu berangkat tidur dan waktu bangun
Bantu anak untuk memanajemen waktunya dengan menetapkan waktu tidur dan waktu bangun anak. Hal ini memberi pelajaran kepada anak tepat waktu. Untuk
anak yang lebih besar misalkan sudah TK sudah mengetahui tentang angka, kenalkan cara membaca jam kepada anak supaya anak mengetahui tentang waktu.
c. Sistem papan colok dan hari gajian
Buatlah sebuah papan colok yang berisi daftar perilaku-perilaku disiplin yang harus dilakukan anak. Saat anak melakukan perilaku yang diharapkan, berikan
tanda, misalkan tanda cek, bahwa anak telah melakukan perilaku tersebut. Buat perjanjian dengan anak, mengenai kapan ia akan memperoleh hadiah
atas perilaku moral yang ditunjukkannya. Metode demikian diharapkan anak dapat memahami perilaku yang boleh dilakukan tanpa paksaan orang dewasa.
d. Permainan “terlalu banyak”
Permainan ini mengajarkan anak tentang konsep “tahu batas” dan manfaatnya. Terangkan bahwa terlalu banyak, kadang bisa berakibat buruk.
32 Berikan anak beberapa pertanyaan, misalkan:
Jika makan terlalu banyak, maka?.............................akan sakit Jika bermain terlalu lama, maka?..............................akan lelah
Permainan ini bertujuan untuk memahamkan kepada anak bahwa sesuatu yang berlebihan dapat menimbulkan hal negatif.
Disiplin merupakan sebuah sikap yang harus dibentuk dan tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Penanaman disiplin adalah tepat dilakukan sejak anak usia dini
karena pembentukan disiplin memerlukan sebuah proses atau pembiasaan yang dilakukan secara berulang dan konsisten Rimm, 2003. Konsisten perlu dilakukan
dalam hal ini supaya dipercaya anak sehingga anak tahu bahwa disiplin merupakan sikap yang harus dimiliki semua orang jika ingin bahagia. Menerapkan disiplin
anak prasekolah, kita harus kreatif dalam menciptakan suasana yang memungkinkan munculnya sikap disiplin anak.
9. Peran orang tua dalam pembentukan disiplin anak
Disiplin diri merupakan salah satu aspek yang perlu ditanamkan dan dikembangkan sedini mungkin pada diri anak, sehingga mereka tidak mengalami
kesulitan dalam memasuki usia remaja. Orang tua dan keluarga menduduki posisi kunci untuk menanamkan dan mengembangkan disiplin diri anak, karena memiliki
peranan dalam lingkungan keluarga, dan tidak dapat diberikan di lembaga pendidikan. Sears Sears 1995 dalam jurnal Horton Ray 2001:71
mengatakan pembentukan disiplin oleh orang tua sangat penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.
33 Orang tua sedini mungkin mengupayakan penanaman disiplin diri kepada
anak yang menjadi salah satu faktor pertama dalam pengembangan anak lebih lanjut, baik di masyarakat, maupun di lembaga pendidikan formal, dan informal
lainnya. Orang tua menjadi sumber nilai bagi anak, maka nilai sebagai rujukan disiplin diri dan berasal dari orang tua. Horton Ray 2001 dalam penelitiannya
mengatakan bahwa orientasi disiplin anak sekolah dasar berorientasi pada teman sebaya, sedangkan orientasi disiplin anak pra sekolah berorientasi pada orang tua.
Croyle 2004: 141 mengatakan pendisiplinan oleh orang tua adalah mengetahui saatnya bagi orang tua untuk merangkul anak dengan penuh kasih
sayang dan memberi dukungan bagi anak. Orang tua mendisiplinkan anak untuk membantu anak mendisiplinkan diri mereka sendiri serta untuk mengajarkan
mereka menjadi orang tua yang berpegang disiplin di masa depan Croyle, 2004: 141. Hal ini menunjukkan apabila pemahaman orang tua dalam pembentukan
kedisiplinan anak sangat diperlukan. Peran orang tua dibutuhkan oleh anak dalam proses pembiasaan disiplin saat di rumah untuk bekal anak di masa depan.
Hal yang paling penting dalam pembiasaan kedisiplinan anak adalah konsistensi. Coyle 2004: 152 menegaskan bahwa konsistensi merupakan aspek
penting dalam pembiasaan disiplin dan menjadi alasan mengapa orang tua enggan untuk mendisiplinkan anak. Prinsip-prinsip positif pengasuhan yang telah
ditanamkan akan hilang apabila tidak konsisten. Tanpa konsisten, setiap orang akan bermain seenaknya Coyle, 2004:153. Untuk pembiasaan yang konsisten
membutuhkan peran orang tua yang dapat selalu mendampingi dan mengingatkan anak atas perilaku yang dilakukan oleh anak.
34 Dari berbagai pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua sangat
berperan dalam pembentukan disiplin anak. Orang tua yang dapat mendampingi anak dan bersikap konsisten akan membentuk kedisiplinan yang baik. Orang tua
yang memberikan pembiasaan disiplin untuk anak dapat menjadi teladan bagi anak untuk menjadi orang tua yang baik di masa depan. Orang tua yang mengerti tentang
pendidikan akan memerhatikan perkembangan anak mereka.
B. Penelitian yang Relevan