Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Mengintegrasikan Lean Manufacturing dan Algoritma BLOCPLAN
No
Jenis Proses
Faktor Allowance
Allowance
Total
1
Penimbangan
Bahan
Kebutuhan pribadi : Pria
1%
12
Tenaga yang dilakukan : Ringan
7%
Sikap kerja : Berdiri di atas dua kaki
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Pandangan yang terputus- putus
1%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer :Baik
0%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
1%
Hambatan yang tak terhindarkan
1%
2
Pencampuran
Bahan
Kebutuhan pribadi : Pria
1%
12
Tenaga yang dilakukan : Sangat Ringan
6%
Sikap kerja : Berdiri di atas dua kaki
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Normal
0%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Cukup
1%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
2%
Hambatan yang tak terhindarkan
1%
3
Pemanasan
Bahan
Kebutuhan pribadi : Pria
1%
13
Tenaga yang dilakukan : Dapat diabaikan
1%
Sikap kerja : Duduk
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Pandangan yang terus-menerus
6%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Cukup
1%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
2%
Hambatan yang tak terhindarkan
1%
4
Pembentukan
Sheet
Kebutuhan pribadi : Pria
1%
13
Tenaga yang dilakukan : Dapat diabaikan
1%
Sikap kerja : Duduk
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Pandangan yang terus-menerus
6%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Cukup
1%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
2%
(2)
5
Pembentukan
Cup
Kebutuhan pribadi : Pria
1%
10
Tenaga yang dilakukan : Sangat Ringan
6%
Sikap kerja : Berdiri di atas dua kaki
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Normal
0%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Normal
0%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
1%
Hambatan yang tak terhindarkan
1%
6
Quality
Control
Kebutuhan pribadi : Wanita
2%
12
Tenaga yang dilakukan : Dapat diabaikan
1%
Sikap kerja : Berdiri di atas dua kaki
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Pandangan yang terus-menerus
6%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Normal
0%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
1%
Hambatan yang tak terhindarkan
1%
7
Packing
Kebutuhan pribadi : Wanita
2%
12
Tenaga yang dilakukan : Ringan
6%
Sikap kerja : Berdiri di atas dua kaki
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Normal
0%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Cukup
1%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
1%
Hambatan yang tak terhindarkan
1%
8
Printing
Kebutuhan pribadi : Pria
1%
13
Tenaga yang dilakukan : Ringan
7%
Sikap kerja : Berdiri di atas dua kaki
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Pandangan yang terputus- putus
1%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Cukup
1%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
1%
(3)
9
Quality
Control
Kebutuhan pribadi : Wanita
2%
11
Tenaga yang dilakukan : Dapat diabaikan
1%
Sikap kerja : Berdiri di atas dua kaki
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Pandangan yang terus-menerus
6%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Normal
0%
Keadaan lingkungan : Normal
0%
Hambatan yang tak terhindarkan
1%
10
Packing
Kebutuhan pribadi : Wanita
2%
12
Tenaga yang dilakukan : Ringan
6%
Sikap kerja : Berdiri di atas dua kaki
1%
Gerakan kerja : Normal
0%
Kelelahan mata : Normal
0%
Keadaan temperatur : Normal
0%
Keadaan atmosfer : Cukup
1%
Keadaan lingkungan : Sangat bising
1%
(4)
(5)
Skala 1 : 300 Digambar Diperiksa Disetujui Ir. Ukurta Tarigan, MT
Rikson Wesley Sihotang Nama TanggalTanda Tangan F A K U L T A S T E K N I K
16-05-2016 D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ir. Ukurta Tarigan, MT
LAYOUT AWAL PT. GUNA KEMAS INDAH
Jln . Ind ustri 10 11 Quality Control Packing
12Gudang Produk Jadi 13 14 15 Kantor Administrasi Parkir Pos Keamanan SIMBOL KETERANGAN Pintu Produk Bahan Baku Bahan Baku Pengepakan Bahan Afal FASILITAS Mesin Printing Cooling Tower Lemari Peralatan Mesin thermoforming Mesin Fong Kee Lemari kursi Meja Tong Sampah Kursi Aliran PegolahanCup
Forklift Tembok Penampung Air Gerbang Dinding
(6)
Skala 1 : 300 Digambar Diperiksa Disetujui Ir. Ukurta Tarigan, MT
Rikson Wesley Sihotang Nama Tanggal Tanda Tangan F A K U L T A S T E K N I K
16-05-2016 D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ir. Ukurta Tarigan, MT
LAYOUT PT. GUNA KEMAS INDAH DENGANLEAN MANUFACTURING
J ln . Ind u str i 9 10 11 Printing Quality Control Packing
12Gudang Produk Jadi 13 14 15 Kantor Administrasi Parkir Pos Keamanan SIMBOL KETERANGAN Pintu Produk Bahan Baku Bahan Baku Pengepakan Bahan Afal FASILITAS Mesin Printing Cooling Tower Lemari Peralatan Mesin thermoforming Mesin Fong Kee Lemari kursi Meja Tong Sampah Kursi Aliran Pegolahan Cup Forklift Tembok Penampung Air Gerbang Dinding 16Ruang Administrasi Gudang
(7)
Skala 1 : 300 Digambar Diperiksa Disetujui Ir. Ukurta Tarigan, MT
Rikson Wesley Sihotang Nama TanggalTanda Tangan F A K U L T A S T E K N I K
16-05-2016 D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ir. Ukurta Tarigan, MT
LAYOUT PT. GUNA KEMAS INDAH DENGAN ALGORITMA BLOCPLAN
J ln . I nd u str i 7 8 9 10 11 Quality Control Packing Printing Quality Control Packing
12Gudang Produk Jadi 13 14 15 Kantor Administrasi Parkir Pos Keamanan SIMBOL KETERANGAN Pintu Produk Bahan Baku Bahan Baku Pengepakan Bahan Afal FASILITAS Mesin Printing Cooling Tower Lemari Peralatan Mesin thermoforming Mesin Fong Kee Lemari kursi Meja Tong Sampah Kursi Aliran Pegolahan Cup Forklift Tembok Penampung Air Gerbang Dinding
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Apple James, M. 1997. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga.
Bandung. ITB.
Filippo De Carlo, 2013. Layout Design For Low Capacity Manufacturing Line : A
Case study. University Of Florence.
Hines, P., Rich, N. The seven value stream mapping tolls. International Journal of
Operation & Production Management, 17, 1, 46. 1997
Indah Pratiwi, Etika Muslimah & Aqil Waha. 2012. Perancangan Tata Letak
Fasilitas Di Industri Tahu Menggunakan Blocplan. Departemen Teknik
Industri, Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Purnomo, Hari 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Rother M, and Shook J. 2003. Learning to See, Value Stream Mapping to Create
Value and Eliminate Muda. USA: The Lean Enterprise Institute, Inc.
Sinulingga,S.,2011, Metode Penelitian, USU Press, Medan
Sukaria, Sinulingga. 2010. Metodologi Penelitian. Medan : Graha Ilmu
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi
Ketiga. Surabaya: Penerbit Guna Widya.
(17)
LANDASAN TEORI
3.1.
Pengertian Tata Letak Pabrik
1Perencanaan tataletak merupakan suatu landasan utama dalam dunia
industri. Perencanaan tata letak dapat diartikan sebagai tata cara pengaturan
fasilitas–
fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Selain itu
dapat diartikan sebagai desain atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja,
dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi
barang jadi. Dengan kata lain, merupakan pengaturan tempat sumber daya fisik
yang digunakan untuk membuat produk. Perencanaan tataletak merupakan salah
satu tahap perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu
sistem produksi yang efisien dan efektif, sehingga dapat tercapai suatu proses
produksi dengan biaya yang paling ekonomis.
3.2.
Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik
2Jika sebuah tataletak berfungsi untuk menggambarkan sebuah susunan
yang ekonomis dari tempat-tempat kerja yang berkaitan, dimana barang-barang
dapat diproduksi secara ekonmis. Secara garis besar, tujuan utama dari tata letak
pabrik adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling
ekonomis. Secara garis besar, tujuan utama dari tata letak pabrik adalah mengatur
area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi
1James M. Apple. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Penerbit ITB.
Bandung. hal.1
(18)
produksi yang aman dan nyaman sehingga dapat menaikkan moral kerja dan
kinerja (performance) dari operator. Lebih spesifik lagi, suatu tata letak pabrik
yang baik akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem
produksi, sebagai berikut:
1.
Memperlancar proses manufaktur
Tata letak pabrik yang direncanakan haruslah menjamin proses pengolahan
yang efisien. Oleh karena itu diusahakan agar:
a.
Penyusunan peralatan dan mesin yang efektif sehingga aliran bahan
lancar dan mendekati garis lurus dengan mengurangi gerakan
bolakbalik.
b.
Mengurangi waktu menunggu pada proses produksi.
c.
Aliran bahan yang terencana sehingga setiap daerah kerja dapat
dibedakan dengan jelas untuk menghindari tercampurnya alat-alat
kerja.
2.
Mengurangi proses pemindahan bahan (minimalisasi material handling)
Biaya pemindahan bahan merupakan salah satu elemen biaya dari total biaya
produksi yang harus dikeluarkan perusahaan. Perhitungan biaya pemindahan
bahan ini biasanya sebanding dengan jarak pemindahan bahan yang harus
ditempuh, sedangkan jarak pemindahan bahan dapat dianalisis dengan
memperhatikan tata letak fasilitas produksi yang ada di pabrik. Karena itu,
dalam perancangan tata letak pabrik diusahakan agar jarak pemindahan
bahan menjadi seminimal mungkin.
(19)
4.
Menjaga fleksibilitas susunan peralatan
Kemungkinan perubahan jumlah dan bentuk produksi sangat penting dalam
tata letak pabrik. Tata letak pabrik yang baik dapat dengan mudah diubah
menurut kebutuhan produksi.
4.
Mengurangi inventory in proscess
Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin agar bahan
baku berpindah dari satu opersi ke operasi berikutnya dengan
secepat-cepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya barang setengah jadi
(material in process). Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengurangi waktu
tunggu (delay) dan mengurangi antrian bahan yang menunggu untuk segera
diproses.
5.
Menurunkan investasi pada peralatan
Susunan mesin, peralatan dan susunan departemen yang tepat dan dapat
membantu menurunkan jumlah peralatan yang diperlukan.
6.
Penghematan penggunaan luas lantai
Suatu perencanaan tata letak pabrik yang optimal akan mampu mengatasi
segala pemborosan pemakaian ruangan yang disebabkan oleh lalu lintas
bahan dalam pabrik, penumpukan material, jarak antar mesin yang
berlebihan dan lain-lain, serta akan berusaha untuk mengoreksi semua
pemborosan tersebut.
7.
Memelihara pemakaian tenaga kerja seefektif mungkin
Tata letak pabrik yang tidak baik akan membutuhkan tenaga kerja yang
lebih besar sehingga merupakan suatu pemborosan. Pemakaian tenaga kerja
dengan efektif dan efisien dapat dilakukan dengan cara:
(20)
a.
Mengurangi pemindahan bahan yang dilakukan secara menual.
b.
Mengurangi faktor yang mengakibatkan pekerja banyak berjalan
dalam pabrik.
c.
Melakukan keselarasan antara mesin dan operator sehingga antara
mesin dan operator tidak mengalami idle.
d.
Mengadakan pengawasan yang efektif terhadap karyawan.
8.
Memberikan suasana kerja yang menyenangkan
Memberikan suasana kerja yang menyenangkan kepada para pekerja
seperti pengaturan letak penerangan, ventilasi serta keselamatan kerja
yang terjamin.
3.3.
Activity Relationship Chart (ARC)
3Chart ini menggambarkan dengan jelas dan singkat bagaimana tingkat
hubungan antara aktivitas-aktivitas yang ada pada setiap aspek di dalam pabrik.
Jenis-jenis keterkaitan umumnya adalah:
a. Antara dua kegiatan produksi
b.
Antara suatu kegiatan produksi, kegiatan pelayanan, atau kegiatan tambahan.
c. Antara dua kegiatan pelayanan
Simbol-simbol yang digunakan adalah:
A = mutlak perlu berdekatan
E = sangat perlu berdekatan
I
= penting berdekatan
O = tidak jadi soal (biasa)
(21)
U = tidak perlu berdekatan
X = tidak diharapkan berdekatan
Pada ARC, terdapat departemen-departemen yang dibagi ke dalam 5
bagian yaitu:
a. Production
b. Production Service
c. Personal Service
d. General Service
e. Physical Plant Service
Adapun contoh gambar dari activity relationship chart dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Kode
Alasan
1
Urutan aliran kerja
2
Derajat hubungan kepegawaian
3
Kemudahan pengawasan
4
Perpindahan alat/pegawai
5
Alat informasi dan komonikasi
6
Karyawan sama
7
Bising, debu, bau tidak sedap
(22)
3.4.
Computerized Layout
4Adapun bebrapa metode Computerized Layout di antaranya metode
Blocplan dan Corelap, yang di jelaskan sebagai berikut :
3.4.1. BLOCPLAN
BLOCPLAN merupakan singkatan dari Block Layout Overview with
Layout Planning. Data-data yang dipakai dalam algoritma BLOCPLAN dapat
berupa data kuantitatif
yang
dibentuk
dengan
menggunakan
Activity
Relationsihip Chart (ARC) maupun data kuntitas yang berupa aliran produk dan
ukuran dari area bangunan (departemen) yang ada akan ditempati oleh fasilitas.
Setelah semua data dimasukkan akan dihasilkan layout secara random dimana
pertukaran letak fasilitas-fasilitas terus dilakukan hingga tercapai layout yang lebih
baik tetapi jumlah iterasi terbatas yaitu maksimal 20.
BLOCPLAN dapat menganalisis layout dengan beberapa cara, yaitu:
a.
Random
BLOCPLAN menghasilkan layout secara acak tanpa memperhatikan data
ARC.
b.
Improvement algorithm
Menggunakan sebuah layout awal yang nantinya akan dikembangkan
BLOCPLAN
c.
Automatic search algorithm
Membuat layout dengan cara automatic search
(23)
BLOCPLAN akan mengembangkan layout baru dengan jumlah iterasi
maksimal 20 kali. Prinsip analisis dari algoritma BLOCPLAN adalah nilai
R-Score yang paling besar dari 20 iterasi dan apabila terdapat nilai yang sama maka
dilihat dari Rel-disk yang paling kecil. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam
menggunakan software BLOCPLAN:
1.
Memasukkan semua departemen beserta luas
areanya
2.
Memasukkan Activity Relationship Chart
3.
Memasukkan data luas lokasi
4.
Memilih single story layout menu
5.
Membuat layout dengan cara automatic search
6.
Menganalisa hasil dari semua layout yang sudah
disimpan
Konsep manual pengerjaan algoritma BLOCPLAN adalah dengan memilih
layout terbaik dilihat dari nilai R-Score yang paling besar. Adjency Score (Layout
Score) diperoleh dari hasil pembagian total score pada pembobotan ARC yang
dapat dicapai dengan total score keseluruhan dikalikan 2.
total score yang dapat tercapai
Layout Score
=
x 2
total score keseluruhan
Nilai rel disk score diperoleh dari perpindahan semua nilai rel disk score
pada tiap departemen i ke departemen j.
(24)
Keterangan:
dij = Jarak rectilinear antara fasilitas i dan j
rij = Nilai hubungan kedekatan antara fasilitas i dan j
R-score dari masing-masing layout yang mungkin dengan layout yang terbaik
adalah dengan R-score yang paling besar. Nilai R-score adalah antara 0 dan 1 (0 <
R-score < 1).
Dimana :
R-score =
1
–
rel dist score
–
lower bound
upper bound
–
lower bound
Lower bound = d21s1 + d20s0 + ....
Artinya nilai d (nilai d adalah jarak antar fasilitas terendah) dengan nilai s
(nilai s adalah hubungan kedekatan antara fasilitas) terendah kemudian nilai
d tertinggi selanjutnya dikalikan dengan nilai s terendah, demikian
seterusnya.
Lower bound = d1s1 + d2s2 + ...
Artinya nilai d (nilai d adalah jarak antara fasilitas terendah dengan nilai s
(nilai s adalah nilai hubungan kedekatan antara fasilitas) terendah kemudian
nilai d terendah selanjutnya dikalikan dengan nilai s terendah berikutnya,
demikian seterusnya.
3.4.2. Corelap
Corelap (Computerized Relationship Layout Planning) menghitung
kegiatan-kegiatan yang paling sibuk pada tata letak atau yang mempunyai kaitan
terbanyak. Jumlah dari keterkaitan kedekatan kegiatan dengan kegiatan lain
(25)
dibandingkan, dan kegiatan dengan jumlah tertinggi TCR (Total Closeness
Rating) diletakkan pertama pada matriks tataletak. Berikutnya, dipilih sebuah
kegitan yang harus dekat dengannya dan ditempatkan sedekat mungkin.
Adapun langkah-langka Dalam menerapkan Corelap yaitu sebagai berikut:
1.
Penentuan Urutan Pengalokasian
a. Pilih salah satu departemen dengan TCR maksimum. Jika terdapat
departemen yang memiliki nilai TCR tertinggi yang sama maka pilih salah
satu yang memiliki lebih banyak A. Departemen N merupakan fasilitas
yang memiliki nilai TCR terbesar dan dipilih departemen N karena untuk
dialokasikan pertama. Departemen N ini ditempatkan pada pusat layout.
b. Departemen yang dialokasikan kedua, pilih departemen yang mempunyai
hubungan A dengan departemen yang telah terpilih. Jika terdapat beberapa
maka pilih yang mempunyai TCR terbesar. Jika tidak ada yang
mempunyai hubungan A, pilih departemen yang mempunyai hubungan E
dengan departemen yang terpilih. Maka departemen yang memiliki
hubungan A dengan deopartemen terpilih adalah departemen E. Untuk
dialokasikan ke dua karena memiliki nilai TCR terbesar.
c. Departemen yang dialokasikan ketiga, pilih departemen yang mempunyai
hubungan A dengan departemen terpilih pertama. Dipilih departemen O
karena memiliki TCR terbesar kedua.
2.
Untuk departemen selanjutnya dipilih yang memiliki hubungan A, E, I, O, U
dengan departemen terpilih kedua, atau ketiga dan yang terakhir ditempatkan
jika terdapat
hubungan X dengan departemen terpilih pertama. Jika terdapat
(26)
beberapa pilihan yang mempunyai hubungan yang sama lihat dari nilai TCR
yang paling besar, jika masih sama lihat ukuran luas departemen terbesar.
3.5.
Lean Manufacturing
Menurut Wikipedia, lean merupakan kumpulan alat atau tools yang
membantu dalam mengidentifikasi dan mengeliminasi waste, memperbaiki
kualitas, dan mereduksi waktu dan biaya produksi. disebut lean karena pada
akhirnya, proses dapat berlangsung dengan menggunakan material yang lebih
sedikit, membutuhkan investasi yang lebih kecil, menggunakan persediaan yang
lebih sedikit, menggunakan ruang atau areal kerja yang lebih kecil, dan
menggunakan pekerja yang lebih sedikit. Lean process dikarakteristikkan dengan
aliran dan prediksi bahawa secara keseluruhan mereduksi ketidakpastian dan
kekacauan pada pabrik manufaktur.
Dalam bukunya Lean Thinking, James Womack dan Daniel Jones
mendefinisikan lean manufacturing sebagai suatu proses yang terdiri dari lima
langkah: mendefinisikan nilai bagi pelanggan, menetapkan value stream,
membuatnya
“mengalir”,
“ditarik” oleh pelanggan, dan berusaha keras untuk
mencapai yang terbaik. Untuk menjadi perusahaan manufaktur yang lean
diperlukan suatu pola pikir yang terfokus pada membuat produk mengalir melalui
proses penambahan nilai tanpa interupsi (one-piece flow), suatu sistem
“tarik”
yang berawal dari permintaan pelanggan, dengan hanya menggantikan apa yang
diambil oleh proses berikutnya dalam interval yang singkat, dan suatu budaya
(27)
dimana semua orang berusaha keras melakukan peningkatan secara
terus-menerus.
5Berikut ini merupakan prinsip utama konsep lean.
61. Specify value
Menentukan nilai pada produk merupakan langkah awal. Value hanya
dapat didefinisikan oleh pelanggan sebagai tujuan akhir. Dan ini hanya
memiliki arti ketika ditunjukkan pada kasus produk yang spesifik.
Yang bertemu dengan kebutuhan pelanggan pada harga yang spesifik
pada waktu yang spesifik.
2. Identify Value stream
Value stream merupakan kumpulan semua aktifitas spesifik yang
dibutuhkan untuk membawa produk yang spesifik melalui tiga aktivitas
manajemen
yaitu tugas pemecahan masalah, aktivitas manajemen
informasi, aktivitas transformasi fisik. Pada bagian ini mengidentifikasi
tahap
a
n-tahapan yang diperlukan berdasarkan keseluruhan value stream
untuk menemukan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah.
3.
Flow
Melakukan aktivitas yang dapat menciptakan suatu nilai tanpa adanya
gangguan, proses rework, aliran balik, aktivitas menunggu (waiting)
ataupun sisa produksi.
5
Liker, Jeffrey K. 2006. The Toyota Way. Jakarta: Penerbit Erlangga
(28)
4. Pulled
Melakukan atau membuat produk sesuai dengan dan hanya yang diminta
konsumen.
5. Perfection
Mencapai kesempurnaan dengan menghilangkan pemborosan
(waste).
3.6.
Seven Waste
7Toyota telah mengidentifikasi tujuh jenis pemborosan yang tidak
menambah nilai dalam proses bisnis atau manufaktur, yang dijelaskan di bawah
ini.
1. Produksi berlebih (overproduction).
Memproduksi barang-barang yang belum dipesan, akan menimbulkan
pemborosan
seperti
kelebihan
tenaga kerja
dan kelebihan
tempat
penyimpanan dan biaya transportasi
yang meningkat karena adanya
persediaan yang berlebih.
2. Waktu menunggu.
Para kerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang berjalan atau
berdiri menunggu langkah proses selanjutnya, alat, pasokan komponen
selanjutnya, dan lain sebagainya atau menganggur saja karena kehabisan
material, keterlambatan proses, mesin rusak, dan bottleneck (sumbatan)
kapasitas.
(29)
3. Transportasi yang tidak perlu
Membawa barang dalam proses (WIP) dalam jarak yang jauh, menciptakan
angkutan yang tidak efisien, atau memindahkan material, komponen atau
barang jadi ke dalam atau ke luar gudang atau antar proses.
4. Memproses secara berlebih atau memproses secara keliru
Melakukan langkah yang tidak diperlukan untuk memproses komponen.
Melaksanakan pemrosesan yang tidak efisien karena alat yang buruk dan
rancangan produk yang buruk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu dan
memproduksi barang cacat. Pemborosan terjadi ketika membuat produk yang
memiliki kualitas lebih tinggi dari pada yang diperlukan.
5. Persediaan berlebih
Kelebihan material, barang dalam proses, atau barang jadi menyebabkan lead
time yang panjang, barang kadaluarsa, barang rusak, peningkatan biaya
pengangkutandan penyimpanan, dan keterlambatan. Persediaan berlebih
juga
menyembunyikan masalah seperti
ketidakseimbangan
produksi,
keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan
waktu set up yang panjang.
6. Gerakan yang tidak perlu
Setiap gerakan karyawan yang mubazir saat melakukan pekerjaannya, seperti
mencari, meraih, atau menumpuk komponen, alat, dan sebagainya. Berjalan
juga merupakan pemborosan.
7. Produk cacat
Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan. Perbaikan
atau perbaikan pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti dan
(30)
inspeksi berari tambahan penanganan, waktu dan upaya yang sia-sia.
Ohno menganggap pemborosan yang paling mendasar adalah produksi
berlebih
karena mengakibatkan
sebagian
besar pemborosan
lainnya.
Memproduksi lebih dari pada yang diinginkan oleh pelanggan dalam operasi
manapun pada
suatu proses manufaktur
akan
menyebabkan
bertumpuknya persediaan di salah satu proses hilir: material hanya diam
dan menunggu untuk diproses oleh operasi selanjutnya.
3.7.
Tools yang Digunakan dalam Lean Manufacturing
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam lean manufacturing
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta kemungkinan penerapannya.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam lean manufacturing diantaranya
sebagai berikut.
3.7.1. Value Stream Mapping
Value stream mapping adalah suatu proses yang sederhana yang
mengobservasi secara langsung aliran informasi dan material yang terjadi,
menjelaskan secara visual, dan kemudian merencanakan keadaaan ke depannya
dengan performansi yang lebih baik.
Value stream merupakan semua kegiatan (aktivitas non value added dan
value added) yang saat ini dibutuhkan untuk membawa produk melalui aliran
utama yang penting ke setiap produk yaitu aliran produksi dari bahan baku ke
tangan pelanggan, dan rancangan aliran dari perencanaan ke peluncuran.
Melakukan perspektif value stream berarti bekerja pada gambar besar, bukan
(31)
hanya proses-proses individual, dan perbaikan keseluruhan, bukan hanya
pengoptimisasian elemen.
Value stream mapping adalah peralatan pensil dan kertas yang membantu
melihat dan memahami aliran material dan informasi sebagai produk yang
melakukan caranya melalui value stream. Arti sederhana value stream mapping
adalah mengikuti aliran produksi produk dari pelanggan ke pemasok, dan dengan
teliti menggambarkan suatu gambaran visual dari setiap proses pada aliran
informasi dan material. Kemudian minta kumpulan pertanyaan kunci dan gambar
future state map bagaimana seharusnya aliran value.
Value stream mapping merupakan suatu alat yang penting karena:
1. Membantu
memvisualisasikan
banyak
level
proses
tunggal
seperti
perakitan, pengelasan, dan lain-lain pada produksi. Aliran dapat dilihat.
2. Membantu melihat banyak waste. Mapping membantu melihat sumber
waste pada value stream.
3. Menyediakan
bahasa
yang
umum
untuk
membahas
mengenai
proses manufaktur.
4. Membuat keputusan mengenai aliran yang jelas kelihatan, sehingga dapat
didiskusikan. Selain itu, banyak perincian dan keputusan pada lantai produksi
dari kegagalan yang terjadi.
5. Mengikat
konsep
dan
teknik
lean
secara
bersama,
yang
membantu menghindari
“cherry picking”
6. Membentuk dasar rencana implementasi. Membantu merancang cara
keseluruhan aktivitas seharusnya beriperasi
–
bagian yang hilang dalam
(32)
berbagai usaha lean
–
value stream map menjadi perencanaan untuk
implementasi lean. Bayangkan membangun rumah tanpa perencaaan,
7. Menunjukkan hubungan antara aliran informasi dan aliran material.
Tidaka ada alat lain yang melakukannya.
8. Banyak kegunaannya dari alat yang kuantitatif dan diagram tataletakyang
menghasilkan sejumlah langkah kegiatan non-value added, lead time, jarak
perjalanan, sejumlah persediaan, dan selanjutnmlah langkah kegiatan
non-value added, lead time, jarak perjalanan, sejumlah persediaan, dan
selanjutnya. Value stream mapping merupakan alat yang kualitatif dimana
menjelaskan secara detail bagaimana fasilitas seharusnya beroperasi agar
menciptakan suatu aliran.
3.7.2 5S (Workplace Organization)
Merupakan suatu metodologi untuk
pengorganisasian, pembersihan,
pengembangan, dan memungkinkan lingkungan kerja yang produktif. Berikut ini
merupakan rincian dari 5S.
1. Sort - Membersihkan kekacauan
Merupakan suatu item yang tidak digunakan pada area kerja yang seharusnya
dihilangkan.
Item
yang dengan
jarang
digunakan seharusnya
diidentifikasi dengan baik dan dijauhkan dari pandangan.
2. Set in order
–
mengorganisasikan area kerja
Suatu tempat untuk semuanya dan setiap benda ada pada tempatnya. Semua
item
produksi
dan
lokasi
penyimpanannya
sebaiknya
diidentifikasi
dengan baik, aksesibilitas seharusnya di prioritaskan dengan referensi
(33)
untuk digunakan, pembersihan material/peralatan harus disimpan di area
kerja, pembagian pembersihan material/peralatan antara area kerja seharusnya
dikurangi/dikecilkan.
3. Shine
–
membersihkan dan mengkilapkan area kerja
Hal ini penting bahwa perhatian yang cukup dibayar pada kerapian stasiun
kerja sehingga pekerja akan mendapatkan kebanggaan tersendiri.
4. Standardize
Menyusun standar tertulis untuk pemesanan dan kebersihan, waktu yang
spesifik seharusnya di sediakan untuk kebersihan stasiun kerja.
5. Sustain
Mempertahankan standar melalui pelatihan, kewenangan, komitmen dan
disiplin.
3.7.3. SMED (Single Minute Exchange of Die)
Merupakan suatu metodologi untuk mereduksi
waktu set up. Dasar
pendekatannya adalah:
1. Memisahkan setup eksternal dan internal yang ada
2. Mengkonversikan setup internal menjadi setup eksternal
3. Melangsingkan semua aspek dari setup operasi
4. Melakukan
aktivitas
setup
dengan
paralel
atau
mengeliminasi
secara keseluruhan
(34)
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian
Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian
deskriptif (Description Reseach),
yaitu penelitian yang berusaha untuk
memaparkan pemecahan masalah terhadap suatu masalah yang ada sekarang
secara sistematis dan faktual berdasarkan data. Jadi penelitian ini meliputi proses
pengumpulan, penyajian dan pengolahan data serta analisis interpretasi pada PT.
Guna Kemas Indah.
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yaitu pada pabrik PT. Guna Kemas Indah yang
berlokasi di di Jl. Industri No.11 Kebun Sayur Tanjung Morawa Medan, Sumatra
Utara. waktu penelitian dilakukan pada hari senin 17 April 2016 sampai selesai.
4.3.
Kerangka Teoritis Penelitian
Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah rancangan kerangka
berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis.
Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan
penelitian. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1. berikut:
(35)
Gambar 4.1. Kerangka Teoritis Penelitian
Tata Letak Awal
Perbaikan Tataletak
(36)
1. Frekuensi Perpindahan
Variabel frekuensi perpindahan
menyatakan seberapa sering proses
pengangkutan yang dilakukan dari satu departemen ke departemen yang
lain.
2. Jarak Perpindahan
Variabel jarak perpindahan menyatakan seberapa jauh pengangkutan yang
dilakukan satu departemen ke departemen yang lain.
3. Letak Departemen
Variabel letak departemen ini menyatakan susunan
departemen-departemen yang ada di lantai produksi.
4. Space Available
Variabel ini menyatakan seberapa luas area atau lokasi yang disediakan
untuk suatu departemen.
5. Tingkat Keterkaitan
Variabel ini menyatakan tingkat hubungan keterkaitan atau yang memiliki
hubungan kedekatan antar departemen.
6. Volume Produksi
Variabel ini menyatakan jumlah unit produk yang dapat di produksi
7. Lead Time
Variabel ini menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses
produksi
(37)
proses produksi baik itu bersifat value added activities maupun yang bersifat
non value added activities.
4.3.2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel-variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam
rancangan penelitian ini adalah :
a. Tata Letak Optimum
Menyatakan tata letak yang memiliki perpindahan material handling yang
minimum sehingga tata letak lantai produksi optimum.
b. Momen Perindahan
Variabel momen perpindahan menyatakan seberapa banyak
perpindahan yang terjadi dalam satu tahun sesuai dengan frekuensi
perpindahan dan jarak perpindahan yang dialami
.
4.4.
Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar checklist yang digunakan untuk mengarahkan observasi
(pengamatan) agar terfokus pada objek penelitian.
2. Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu elemen kerja
3. Meteran digunakan untuk mengukur dimensi panjang dan lebar dari
mesin-mesin dan peralatan.
(38)
4.5.
Sumber Data
Berdasarkan cara memperolehnya maka sumber data yang diperoleh
dari penelitian ini terdiri dari :
1. Data Primer
Data ini diperoleh dari hasil observasi langsung terhadap objek penelitian di
lapangan, yaitu data waktu proses produksi, rating factor, dan allowance, yang
diperoleh dengan menggunakan metode stopwatch time study, ukuran luas area
dan Gambar departemen produksi, dilakukan pengukuran terhadap ukuran
mesin- mesin dan luas area setiap stasiun kerja yang ada di lantai produksi,
frekuensi perpindahan bahan, urutan proses produksi.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh tidak berdasarkan pengukuran secara langsung terhadap
objek yang diteliti. Data sekunder ini dikumpulkan dengan cara melakukan
wawancara dengan pimpinan atau karyawan untuk mendapatkan informasi yang
relevan dan mencatat data
–
data yang diperlukan dari arsip perusahaan. Data
sekunder yang dibutuhkan adalah data jumlah produksi per hari ju mlah operator,
jam kerja efektif, volume produksi, data mesin/ peralatan, data bahan baku, bahan
tambahan dan bahan penolong.
(39)
adalah berupa :
1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung proses produksi dan mengetahui urutan
proses serta mengukur waktu elemen kerja. Alat yang digunakan dalam
pengumpulan data secara observasi ini adalah stopwatch, meteran. digunakan
untuk
mengukur
dimensi
panjang
dan lebar dari mesin-mesin dan
peralatan serta untuk mengukur dimensi panjang dan lebar setiap stasiun
kerja di lantai produksi dan semua ukuran departemen di pabrik
tersebut.
2. Wawancara
Melakukan tanya jawab dengan pihak manajemen dan operator yang bekerja
saat kegiatan penelitian berlangsung mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan objek penelitian dan untuk melengkapi data yang diperoleh dari
observasi.
3. Pedoman dokumentasi
Untuk mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan mencatat data-data
dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
4. Studi Literatur, yakni membaca buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan
(40)
langkah sebagai berikut:
1. Pembentukan Current State Map
Langkah-langkah untuk membentuk current state map adalah sebagai
berikut:
a. Penetapan Model Line Produk
b. Penentuan Value Stream Manager
c. Pembentukan Diagram SIPOC
d. Perhitungan Waktu Baku
e. Pembuatan peta untuk setiap kategori proses
f. Pembuatan aliran peta keseluruhan
g. Perhitungan Matrix Lean pada Current State Map
h. Identifikasi waste (non value added activity) pada Current State
Map
i. dengan PAM (Process Activity Mapping)
2. Analisa Current State Map
Analisa perbaikan current state map dilakukan dengan mengidentifikasikan
pemborosan-pemborosan apa saja yang terdapat di sepanjang
value
stream Current State. Kemudian akan dicari akar permasalahan dan
cara mengatasinya. Beberapa langkah yang dilakukan yaitu:
a. Perincian aktivitas value added dan non value added
b. Analisa cycle time
(41)
keadaaan yang ingin dicapai oleh perusahaan kedepannya. Beberapa langkah
yang perlu dilakukan yaitu:
a. Penyusunan tindakan perbaikan berdasarkan analisa
b. Pembuatan PAM (Process Activity Mapping) usulan
c. Pembuatan peta aliran keseluruhan usulan
d. Perhitungan Matrix Lean pada Future State Map
Blok diagram pengolahan data untuk Lean Manufacturing dapat dilihat
pada Gambar 4.2.
(42)
(43)
dalam bentuk blok (kotak), dimana
blok tersebut
menggambarkan
stasiun kerja. Penggambaran lantai produksi dalam bentuk block layout
dilakukan dengan meninjau dari tata letak pabrik yang ada saat ini. Pada
penggambaran block layout
tersebut
juga gambarkan titik koordinat
untuk setiap stasiun kerja.
5. Penentuan Jarak Antar Departemen
Jarak antar departemen diukur dengan menggunakan jarak rectilinear,
dimana jarak diukur mengikuti jalur tegak lurus antara dua stasiun
kerja. Jarak departemen dihitung dengan mengambil titik pusat departemen
(center point of department). Dalam pengukuran jarak rectilinear digunakan
rumus sebagai berikut.
d
ij= |x
i- x
j| + |y
i- y
j|
6. Penentuan Frekuensi Perpindahan Bahan Antar Departemen
Frekuensi perpindahan ditentukan untuk memperlihatkan banyaknya jumlah
aliran perpindahan bahan yang terjadi dalam proses produksi.
7. Perhitungan total momen perpindahan awal
Total momen perpindahan pada lantai produksi awal dapat ditentukan
dengan mengalikan frekuensi perpindahan material dari satu departemen ke
departemen lainnya dengan jarak antar departemen yang berkaitan.
8. Pembentukan Activity Relationship Chart.
ARC dibuat berdasarkan pertimbangan frekuensi aliran perpindahan material
antar tiap departemen. Hubungan kedekatan antar fasilitas merupakan data
(44)
Pemecahan
masalah
dengan
algoritma
BLOCPLAN
dilakukan
dengan menggunakan software BLOCPLAN melalui langkah-langkah
berikut ini :
a. Melakukan input data Departemen
Data mengenai jumlah depertemen, nama departemen, dan ukuran luas
masing
–
masing departemen/stasiun kerja dimasukkan ke input data
software BLOCPLAN
b. Melakukan input data Derajat Kedekatan antar Departemen
Nilai derajat kedekatan yang sudah dihitung di ARC digunakan sebagai
data masukkan berikut juga dengan penentuan bobot dari masing-masing
nilai kedekatan.
c. Mencari solusi layout terbaik
Setelah semua data dikumpulkan maka software akan mencari alternatif
pemecahan masalah tataletak tersebut sampai maksimal 20 kali iterasi.
Layout terbaik dilihat dari nilai R-score yang paling besar.
Blok diagram pengolahan data dengan Algoritma BLOCPLAN dapat
dilihat pada Gambar 4.3.
(45)
Melakukan Input data jumlah departemen yang akan disusun
Melakukan input data Nama Departemen dan Luas Area
Melakukan input data nilai hubungan pada masing-masing aktivitas
PilihSingle Story-Layout Menu
MemilihRatiountukLayoutpemecahan masalah :Random Layout
Memilih cara pencarian pemecahan masalah :Random Layout
Menganalisis tabel hasil pemecahan masalah yang tersimpan
Me-review layoutdengan nilaiR-Score Tertinggi
Selesai
Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data Algoritma BLOCPLAN
4.8.
Analisa dan Evaluasi
4.8.1. Analisa
Setelah dilakukan perbaikan melalui pembentukan future state map, maka
pada tahap ini dilakukan analisa terhadap hasil rancangan. Analisa meliputi
analisa current state map dan future state map. Pada tahap ini, akan dibandingkan
(46)
kondisi ideal yang mungkin untuk diterapkan dalam perusahaan melalui
rancangan future-state, selanjutnya Analisis hasil dilakukan terhadap layout awal,
layout hasil rancangan dari metode Lean Manufacturing dengan BLOCPLAN
layout akan dipilih layout terbaik dengan membandingkan fungsi tujuan yaitu
minimum momen perpindahan.
4.8.2. Evaluasi
Pada tahap evaluasi dilakukan penyusunan strategi implementasi. Strategi
implementasi dibutuhkan sebagai langkah awal melakukan perbaikan untuk
peningkatan produktivitas. Dengan demikian, tahapan ini akan dijadikan acuan
untuk
melakukan
tindakan
perbaikan
selanjutnya. Penyusunan
strategi
implementasi berdasarkan pengamatan dan informasi hasil diskusi dengan value
stream manager.
4.9.
Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi
butir-butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan perumusan dari
tahap analisis sebelumnya. Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan
hasil
penelitian
dan
pemberian
saran
kepada
pihak
perusahaan
untuk, mengimplementasikan hasil penelitian ini. Adapun blok diagram
langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.4.
(47)
(48)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGELAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data5.1.1. Data Permintaan Produk
Produk yang akan dijadikan objek penelitian adalah Cup. Data jumlah permintaan Cup untuk setiap jenisnya pada bulan Mei 2015 s.d. April 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Jumlah Permintaan Cup Tahun 2015/2016 Bulan Permintaan (unit)
Mei 181300 Juni 180100 Juli 181400 Agustus 181000 September 180300 Oktober 181300 November 181700 Desember 182000 Januari 182000 Februari 182500 Maret 182500 April 183000
Sumber: PT. Guna Kemas Indah
5.1.2. Data Jumlah Mesin dan Eperator
Mesin - mesin yang digunakan dan jumlah operator untuk mendukung kegiatan proses produksi di PT. Guna Kemas Indah dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :
(49)
Tabel 5.2. Jumlah Mesin yang digunakan Dalam Produksi Cup Work Nama WC Nama Mesin Jumlah Jumlah
Eperator
Cenoer (Unit)
I Penimbangan Bahan Timbangan 1 1 II Pencampuran Bahan Mesin Mixer 1 1 III Pemanasan Bahan Mesin Extruder 1 1 IV Pembentukan Sheet Mesin Polisher 1 1
V Pencetakan Cup MesinThermoformer Vaccum (Dong
Long) 2 2
VI Quality Control Manual Oleh Operator 2 2
VII Packing Manual Oleh Operator 2 2
VIII Printing Mesin Printing 1 1 IX Quality Control Manual Oleh Operator 1 1 X Packing Manual Oleh Operator 1 1
Sumber: PT. Guna Kemas Indah 5.1.3. Data Aliran Proses
Proses pembuatan cup di PT. Guna Kemas Indah berdasarkan hasil pengamatan secara umum terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu pembuatan sheet
pencetakan cup dan printing. Pembuatan sheet terdiri dari kegiatan pencampuran, pemanasan, dan pencetakan sheet, sedangkan pembuatan cup terdiri dari pemansan, pencetakan dan pemotongan dan pada bagian printing terdiri dari kegiatan penyinaran dengan sinar UV dan pengecatan . Gambaran aliran proses dapat dilihat pada Gambar 5.1. dan untuk aktivitas dalam proses produksi cup
(50)
(51)
Tabel 5.3. Aktivitas - Aktivitas Pembuatan Cup
No Aktivitas Mesin/Alat Bantu Keterangan
1 Bahan baku dibawa ke lantai produksi Forklift - 2 Ditimbang bahan baku Timbangan WC I 3 Hasil penimbangan dibawa untuk
dimasukkan kedalam hopper secara manual - - 4 Dicampur bahan baku didalam hopper
dengan cara diputar oleh mesin mixer Mesin Mixer WC II
5 Hasil pencampuran dibawa menuju ke
mesin extruder Pneumatic Conveying -
6 Dipanaskan hingga meleleh pada suhu
230oC Mesin Extruder WC III
7 Hasil lelehan dibawake mesin polisher Pneumatic Conveying - 8 Dibentuk menjadi sheet Polisher WC IV 9 Digulung sheet Mesin Polishing WC IV 10 Dibawa ketempat penimbangan Kereta Sorong - 11 Ditimbang sheet Timbangan Gantung WC IV 12 Ditumpuk sheetsebelum dicetak - - 13 Dibawa sheet kemesin Vaccum
Thermoformer (Dong Long) Kereta Sorong -
14 Dipanaskan sheet Heater WC V 15 Sheet dibawa ke pencetakan Rantai dan Gir Beroda - 16 Sheet ditekan dari atas dengan jantan untuk
memasukkan kedalam cetakan - WC V 17 Dipotong cup yang sudah terbentuk Pisau Bulat Pada
Cetakan WC V 18 Cup dihembuskan dengan udara bertekanan
ke conveyor Compresor WC V
19 Dibawa cupkebagian quality control Conveyor WC VI
20 Cup disortir - WC VI
(52)
Tabel 5.3. Aktivitas - Aktivitas Pembuatan Cup (Lanjutan)
No Akoivioas Mesin/Alat Bantu Keterangan
22 Cup dipacking - WC VII
23 Ditumpuk hasil packing - WC VII
24 Cup dibawa kebagian printing Kereta sorong - 25 Cup dikeluarkan dari dalam dus - - 26 Cup dibawa kemesin printing Conveyor - 27 Disinari cup dengan sinar UV - WC VIII 28 Dicat cup sesuai dengan permintaan
konsumen Mesin Printing WC VIII 29 Dibawa kebagian quality control Conveyor 30 Diperiksa cup oleh quality control Conveyor WC IX
31 Dibawa kebagian packing WC IX 32 Disortir cup dan dipacking sesuai pesanan - WC X 33 Ditumpuk hasil packing - X
34 Diangkat keluar dari departemen packing Kereta Sorong - 35 Ditumpuk dibagian luar departemen packing - -
36 Diangkut ke gudang produk dengan forklift Forklift - Sumber :Hasil Pengamatan
5.1.4. Penilaian Raoing Facoor Eperator
Penentuan rating factor yang digunakan pada penelitian ini adalah cara westinghouse. Penilaian ini dilakukan terhadap semua pekerja pada setiap work centre untuk menentukan pekerja yang bekerja secara normal sehingga waktu kerja pekerja tersebut dapat digunakan sebagai waktu proses. Penilaian rating factor dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.1.5. Data Waktu Proses
(53)
stop watch time study dengan melakukan pegukuran sebanyak 10 kali. Data waktu yang diukur adalah waktu operator normal. Data waktu dapat dilihat pada Tabel 5.4. di bawah ini.
Tabel 5.4. Waktu Siklus Produk Cup
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
WC I 35,50 36,20 35,40 34,76 35,34 35,93 35,84 35,88 35,74 35,01 WC II 300,56 300,50 300,22 300,19 300,60 300,64 300,32 300,21 300,02 300,49 WC III 4,12 4,52 4,92 4,35 4,39 4,09 4,53 4,52 4,16 4,78 WC IV 14,54 14,89 14,72 14,75 14,16 14,41 14,64 14,35 14,71 14,69 WC V 32,20 32,53 32,06 32,64 32,09 32,79 32,36 32,33 32,85 32,83 WC VI 20,35 19,75 20,03 21,93 20,47 20,11 21,25 20,01 22,02 20,32 WC VII 24,30 24,81 24,96 24,61 24,16 24,10 24,28 24,47 24,65 24,70 WC VIII 5,40 5,30 5,25 5,47 5,24 5,02 5,06 5,85 5,51 5,38 WC IX 15,75 15,25 16,28 15,01 15,69 14,71 15,35 15,67 15,79 15,55 WC X 19,91 19,79 19,58 20,20 19,49 19,96 19,49 19,75 19,74 19,26
Sumber :Hasil Pengamatan
5.1.6. Allowance
Dalam penelitian ini, juga ditetapkan allowance untuk masing-masing proses produksi pembuatan cup berdasarkan karakteristik pekerjaannya dan juga kelonggaran–kelonggaran (allowance) kepada operator untuk memenuhi kebutuhan pribadi, menghilangkan fatigue (kelelahan), atau untuk hambatan– hambatan yang tak terhindarkan. Penilaian allowance yang dilakukan untuk operator pada setiap work centre dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.1.7. Ukuran Departemen Produksi
Bagian produksi PT. Guna Kemas Indah Hardware Industry memiliki 12 departemen yang digunakan oleh perusahaan tersebut untuk menghasilkan
(54)
produk-produk dari bahan baku biji plastik. Data nama setiap stasiun kerja, ukuran dan luasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Data Departemen dan Ukurannya
No Aktivitas Ukuran Stasiun kerja (p x l) (Dalam Meter) Luas Area (m2)
1 Gudang Bahan Baku 20 x 20 400 2 Penimbangan Bahan 4 x 3 12 3 Pencampuran Bahan 5 x 3 15 4 Pemanasan Bahan 8 x 3 24 5 Pembentukan Sheet 10 x 3 30 6 Pembentukan Cup 16 x 8 128
7 Quality Control 4 x 2 8
8 Packing 4 x 2 8
9 Printing 8 x 13 104
10 Quality Control 4 x 2 8
11 Packing 4 x 2 8
12 Gudang Produk Jadi 20 x 20 400
Sumber :Hasil Pengamatan
5.1.8. Urutan Proses Produksi
Block Diagram urutan Proses produksi pembuatan produk yaitu penimbangan bahan, pencampuran bahan, pemanasan bahan, pembentukan sheet , pencetakan sheet, pencetakan cup, quality control, packing, printing, quality control, packing dapat dilihat pada Gambar 5.2.
5.1.9. Block Layout Lantai Produksi Awal
Hasil pengamatan tataletak di lantai produksi PT. Guna Kemas Indah digambarkan dalam bentuk block layout dengan ukuran yang menggunakan skala. Setiap area dari stasiun kerja digambarkan dalam bentuk block (kotak). Block – block pada layout tersebut diberi kode huruf untuk mempersingkat pembacaan,
(55)
pengkodean dilakukan sesuai dengan Tabel 5.6. Gambar Block Layout Lantai Produksi Awal dari PT. Guna Kemas Indah dapat dilihat pada Gambar 5.2.
(56)
(57)
Tabel 5.6. Stasiun Kerja dan Pengkodean Pada Lantai Produksi PT. Guna Kemas Indah
No Aktivitas Kode
1 Gudang Bahan Baku A 2 Penimbangan Bahan B 3 Pencampuran Bahan C 4 Pemanasan Bahan D 5 Pembentukan Sheet E 6 Pencetakan Cup F
7 Quality Control G
8 Packing H
9 Printing I
10 Quality Control J
11 Packing K
12 Gudang Produk Jadi L
Berdasarkan data urutan proses dan pemberian kode terhadap setiap stasiun kerja maka dapat dibuat urutan proses dengan menggunakan kode-kode seperti pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Urutan Proses
Produk Urutan Proses
Cup A → B → C → D → E → F →G → H → I → J →K→L
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Pembentukan Curreno Soaoe Map
Current State Map diperlukan untuk memberikan gambaran awal proses yang berlangsung dalam perusahaan. Langkah-langkah pembentukan Current State Map berdasarkan penelitan yang dilakukan pada PT. Guna Kemas Indah adalah sebagai berikut :
(58)
5.2.1.1. Penentuan Produk Model
Produk yang menjadi model line didalam pembentukan Current State Map pada PT. Guna Kemas Indah
permintaan yang paling tinggi di antara produk yang lainnya yang dihasilkan ol perusahaan dalam satu tahun terakhir. Selain itu
lebih beragam, sehingga
analisis dalam penelitian. Proporsi permintaan varian produk pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Proporsi Pe
MG 150 ml MG 220 (2000) ml MG
MK MG
Lolly
MG
Gambar 5.4. Histog
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
5.2.1.1. Penentuan Produk Model Line
Produk yang menjadi model line didalam pembentukan Current State PT. Guna Kemas Indah adalah cup karena memiliki persentase permintaan yang paling tinggi di antara produk yang lainnya yang dihasilkan ol perusahaan dalam satu tahun terakhir. Selain itu cup memiliki varian produk yang lebih beragam, sehingga cup menjadi perhatian utama dalam melakukan analisis dalam penelitian. Proporsi permintaan varian produk cup dapat dilihat
. Proporsi Permintaan Varian Produk Cup Jenis Kemasan Proporsi (%)
MG 150 ml 4,66 MG 220 (2000) ml 1,24 MG-t 240 ml 27,95 MK-Wtmk 230 P 43,17 MG-220 ml (3000 pcs) 10,56
Lolly 8,07
MG-2000 D 4,35
gram Permintaan Cup Berdasarkan Jenis Kemasan
Permintaan
Permintaan
Produk yang menjadi model line didalam pembentukan Current State karena memiliki persentase permintaan yang paling tinggi di antara produk yang lainnya yang dihasilkan oleh memiliki varian produk yang menjadi perhatian utama dalam melakukan
dapat dilihat
Jenis Kemasan
(59)
Walaupun produk cup yang dihasilkan memiliki jenis kemasan yang berbeda-beda, akan tetapi proses produksi yang dilalui oleh setiap jenis produk
cup adalah sama.
5.2.1.2. Penentuan Value Soream Manager
Value Stream Manager memegang peranan penting dalam proses produksi dan harus memahami keseluruhan proses secara mendetail. Dalam penelitian ini, Value Stream Manager yang dipilih adalah manager produksi. Melalui Value Stream Manager dapat diketahui semua informasi dan data sekunder perusahaan.
5.2.1.3. Diagram SIPEC (Supplier-Inpuo-Process-Ouopuo-Cusoomer)
Diagram SIPOC menggambarkan informasi mengenai Supplier, Input, Process, Output dan Customer yang terlibat dalam proses produksi cup. Elemen- elemen yang digunakan dalam diagram SIPOC adalah sebagai berikut :
1. Supplier : Gudang bahan baku, dan Gudang peralatan
2. Input : Titro Propylenna, Cesa Nukleant, REMF 56, Air, Cat UV LC 416, Kardus, Pembungkus plastik dan Isolasi
3. Process : Penimbangan bahan (WC I), Pencampuran bahan (WC II), Pemanasan bahan (WC III), Pembentukan sheet (WC IV), Pencetakan cup (WC V), Quality control (WC VI), Packing (WC VII), Printing (WC VIII),
Quality control (WC IX) dan Packing (WC X). 4. Output : Produk cup
(60)
Diagram SIPOC untuk proses produksi cup dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5. Diagram SIPEC Proses Produksi Cup
5.2.1.4. Perhitungan Waktu Baku 1. Uji Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data waktu berada dalam batas kontrol (BKA dan BKB) atau tidak (out of control). Pengujian keseragaman data akan dilakukan untuk setiap work centre pada semua jenis kemasan produk.
Sebagai contoh akan dihitung keseragaman data work centre I untuk produk cup yang ditunjukkan sebagai berikut:
(61)
X =∑
=35,50 + 36,20 + + 35,0110 =355,6010
=355,6010 = 35,56
b. Mengjitung Nilai Standar Deviasi
σ = ∑( 1 )
= ∑(35,50 35,56) + + ∑(35,01 35,56) 10 1
= 0,4447
c. Mengjitung Batas Kontrol (BKA dan BKB)
Dengan tingkat keyakinan 95 % dan Ketelitian 5% maka nilai Z= 2
BKA = X + Z BKB = X – Z
= 35,56 + 2 . 0,4447 = 35,56 - 2 . 0,4447 = 36,45 = 34,67
(62)
Gambar 5.6. Peta Kontrol Waktu Siklus WC I
Berdasarkan Gambar 5.6. dapat dilihat bahwa semua data pada WC I telah seragam. Artinya semua data berada dalam batas control, Selanjutnya. semua uji keseragaman pada masing-masing work centre dapat dilakukan dengan cara yang sama. Rekapitulasi uji keseragaman data dapat dilihat pada Tabel 5.9. berikut ini.
33.50 34.00 34.50 35.00 35.50 36.00 36.50 37.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
WC I BKA BKB
(63)
Tabel 5.9. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Siklus Cup (detik)
WC No. Pengujian X-bar BKA BKB Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I 35.50 36.20 35.40 34.76 35.34 35.93 35.84 35.88 35.74 35.01 35.56 36.4494 34.6706 Seragam II 300.56 300.50 300.22 300.19 300.60 300.64 300.32 300.21 300.02 300.49 300.375 300.796 299.954 Seragam III 4.12 4.52 4.92 4.35 4.39 4.09 4.53 4.52 4.16 4.78 4.438 4.98805 3.88795 Seragam IV 14.54 14.89 14.72 14.75 14.16 14.41 14.64 14.35 14.71 14.69 14.586 15.0265 14.1455 Seragam V 32.20 32.53 32.06 32.64 32.09 32.79 32.36 32.33 32.85 32.83 32.468 33.0739 31.8621 Seragam VI 20.35 19.75 20.03 21.93 20.47 20.11 21.25 20.01 22.02 20.32 20.624 22.2564 18.9916 Seragam VII 24.30 24.81 24.96 24.61 24.16 24.10 24.28 24.47 24.65 24.70 24.504 25.0802 23.9278 Seragam VIII 5.40 5.30 5.25 5.47 5.24 5.02 5.06 5.85 5.51 5.38 5.348 5.82454 4.87146 Seragam IX 15.75 15.25 16.28 15.01 15.69 14.71 15.35 15.67 15.79 15.55 15.505 16.3923 14.6177 Seragam X 19.91 19.79 19.58 20.20 19.49 19.96 19.49 19.75 19.74 19.26 19.717 20.2616 19.1724 Seragam
(64)
Dari rekapitulasi tabel di atas dapat dilihat bahwa semua data telah seragam sehingga tidak dilakukan eliminasi data. Setelah data seragam maka proses selanjutnya yang akan dilakukan adalah uji kecukupan data.
2. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data waktu yang diambil pada penelitian ini sudah memenuhi jumlah yang semestinya atau belum. Uji kecukupan data ini dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
N = (∑ )(∑ ) (∑ )
Dimana :
X = data ke-i dari N sampel
k = tingkat kepercayaan (bernilai 2 untuk tingkat keyakinan 95%) s = tingkat ketelitian yang digunakan sebesar 5%
N = jumlah data aktual untuk sampel N’ = jumlah data yang seharusnya
Data dinyatakan cukup jika nilai N>N’ berdasarkan hasil perhitungan. Sebaliknya. jika N<N’ maka data yang telah diambil belum mencukupi sehingga harus ditambahkan jumlah data sebagai sampel. Sebagai contoh. dilakukan uji kecukupan data untuk WC I yang ditunjukkan pada Tabel 5.10.
(65)
Tabel 5.10. Uji Kecukupan Data WC I No Waktu Siklus (X) X2
1 35.50 1260.2500 2 36.20 1310.4400 3 35.40 1253.1600 4 34.76 1208.2576 5 35.34 1248.9156 6 35.93 1290.9649 7 35.84 1284.5056 8 35.88 1287.3744 9 35.74 1277.3476 10 35.01 1225.7001
Total 355.60 12646.9158
Sumber : Pengolahan Data
= 2
0,05 10(12646,9158) (355,60) 355,60
= 1,0010
Karena N’ < N (1,0010<10) maka data cukup sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan data tambahan untuk WC I. Selanjutnya, dengan cara yang sama dilakukan uji kecukupan data untuk semua proses. Rekapitulasi uji kecukupan data produk cup dapat dilihat pada Tabel 5.11. berikut.
Tabel 5.11. Uji Kecukupan Data Waktu Proses Produksi Cup
WC N’ N Keterangan
I 1.0010
10
Cukup II 0.0266 Cukup III 2.3516 Cukup IV 0.5730 Cukup V 0.3541 Cukup VI 1.5017 Cukup VII 0.4462 Cukup VIII 1.6907 Cukup IX 1.0858 Cukup X 0.5240 Cukup
(66)
Berdasarkan Tabel 5.11. terlihat bahwa semua data pengamatan yang dikumpulkan telah cukup sehingga tidak diperlukan lagi pengambilan waktu pengamatan yang baru. Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa waktu siklus tiap
work centre adalah waktu rata-rata yang telah dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data.
3. Waktu Normal
Setelah didapatkan waktu siklus rata-rata maka akan dilakukan perhitungan waktu normal terlebih dahulu sebelum menghitung waktu baku. Sebelumnya, dalam penentuan rating factor telah ditetapkan pekerja yang bekerja dalam kondisi paling mendekati normal sehingga dalam perhitungan waktu normal ini mempunyai nilai rating factor sebesar 1 (kondisi normal). Selanjutnya, dilakukan perhitungan waktu baku dimana waktu normal yang telah didapatkan akan dikalikan dengan nilai allowance yang telah diberikan. Sebagai contoh akan dihitung waktu baku untuk WC I yang ditunjukkan sebagai berikut:
WN = Waktu siklus × rating factor = 35,50 × 1
= 35,50 detik
= 100% 100%
=100% 12%100%
Selanjutnya, dengan cara yang sama dihitung waktu normal dan waktu baku semua data work centre setiap produk. Tabel rekapitulasi hasil perhitungan waktu normal dan waktu baku dapat dilihat pada Tabel 5.12. berikut ini
(67)
Tabel 5.12. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku
WC Waktu Proses (detik) Rating factor Normal Waktu Allowance Waktu Baku
I 35.5600 1 35.5600 12 40.4091 II 300.3750 1 300.3750 12 341.3352 III 4.4380 1 4.4380 13 5.1011 IV 14.5860 1 14.5860 13 16.7655
V 32.4680 1 32.4680 10 36.0756 VI 20.6240 1 20.6240 12 23.4364 VII 24.5040 1 24.5040 12 27.8455 VIII 5.3480 1 5.3480 13 6.1471
IX 15.5050 1 15.5050 11 17.4213 X 19.7170 1 19.7170 12 22.4057
5.2.1.5. Pembuatan Peta Untuk Setiap Kategori Proses di Sepanjang Valuesoream
Setelah diperoleh waktu standar untuk setiap proses, langkah selanjutnya adalah pembuatan peta untuk setiap kategori proses dengan menggunakan data waktu standar setiap proses ditambah dengan data lainnya seperti change over time, scrap, uptime, dan jumlah operator. Berikut ini akan diberikan contoh pembuatan peta kategori proses penimbangan bahan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan nama proses di bagian atas process box.
2. Melengkapi process box dengan data jumlah operator (Op), waktu baku (C/T), changeover time (C/O), uptime dan available time (jam kerja tersedia). 3. Memasukkan lead time proses sebagai non value added time di depan process
(68)
Setelah ketiga langkah di atas dilakukan, maka diperoleh peta kategori proses penimbangan bahan untuk pembuatan cup seperti yang terlihat pada Gambar 5.7.
Gambar 5.7. Peta Kategori Penimbangan Bahan
Untuk peta kategori proses berikutnya yaitu proses pencampuran bahan juga dilakukan ketiga langkah tersebut. Kedua peta tersebut kemudian dihubungkan dengan tanda panah yang berarti perpidahan material ke proses selanjutnya dan dilengkapi dengan jumlah persediaan di antara kedua proses tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.8.
(69)
Gambar 5.8. Peta Kategori Penimbangan Bahan dan Pencampuran Bahan
5.2.1.6. Pembentukan Peta Aliran Keseluruhan Pabrik
Pada tahap ini, setiap proses sepanjang value stream digabungkan dengan aliran material dan aliran informasi sehingga menjadi satu kesatuan aliran dalam pabrik. Penjelasan kedua aliran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Aliran Material
Aliran material menggambarkan pergerakan material utama dalam proses produksi di sepanjang value stream. Material utama yang digunakan adalah
Polyprophylene, Afal, TP SM 98, Cesa Nukleat. 2. Aliran Informasi
Aliran informasi yang digunakan perusahaan ada dua jenis, yaitu: a. Manual Information Flow
Merupakan aliran informasi yang terjadi secara manual. Aliran informasi ini terjadi antara manajer produksi terhadap setiap proses yang berlangsung dilantai produksi. Jadwal yang diberikan adalah jadwal
(70)
kegiatan harian setelah mendapat penyesuaian dari jumlah bahan yang masuk.
b. Electronic Information Flow
Merupakan informasi yang disampaikan dengan menggunakan perangkat elektronik. Aliran informasi ini terjadi antara manajer produksi dengan Bagian pemasaran. Pemesanan bervariasi, umumnya dilakukan secara
weekly orders. Aliran informasi ini juga terjadi pada konsumen yang ingin memesan dengan telepon atau email.
Setelah semua informasi diperoleh, dengan demikian current state map
dapat dibentuk dengan menempatkan semua aliran material dan informasi ke dalam map. Current State Map produk cup di PT Guna Kemas Indah dapat dilihat pada Gambar 5.9.
(71)
(72)
5.2.1.7. Perhitungan Meorik Lean Curreno Soaoe Map
Perhitungan metrik lean yang terdiri atas perhitungan manufacturing lead time, process cycle efficiency. Perhitungan metrik lean dilakukan untuk mengetahui keadaaan pabrik dari sudut pandang lean. Setelah mengetahui keadaan dari pabrik melalui metrik lean, maka akan diberikan usulan berdasarkan prinsip-prinsip lean untuk memperbaiki keadaan pabrik tersebut.
1. Perhitungan Manufacturing Lead Time
Manufacturing lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi dari awal sampai dengan akhir. Perhitungan
manufacturing lead time ini dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh waktu proses kerja. Berdasarkan Gambar 5.9. yang telah dipetakan urutan proses kerja beserta dengan waktu bakunya, diperoleh manufacturing lead time sebesar 5725,74 detik.
2. Perhitungan Value to Waste Ratio dan Process Cycle Efficiency
Dalam melakukan perhitungan nilai value to waste ratio dan process cycle efficiency, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pemisahan antara kegiatan atau proses kerja yang bernilai tambah (value added activity) dengan kegiatan atau proses kerja yang tidak bernilai tambah (non value added activity). Berdasarkan Gambar 5.9. yang telah dipetakan maka dapat diketahui bahwa besar waktu untuk kegiatan yang bernilai tambah (value added activity) adalah 545.61 detik, sedangkan lama waktu untuk waste atau kegiatan yang tidak bernilai tambah (non value added activity) adalah 5180.13 detik dan total waktu dari seluruh kegiatan sebesar 5725,74 detik. Perhitungan process cycle efficiency
(73)
Value To Waste Ratio = value added activity / waste
= 545.61 / 5180,30 = 0,1053 ≈ 10,53 %
Process Cycle Efficiency = value added time/manufacturing lead time
= 545.61 / 5715.1938 = 0.0952 ≈ 9,52 %
Rata-rata kecepatan penyelesaian = ( ) = .
= 6483 unit/hari
5.2.1.8. Identifikasi Wasoe dengan Process Acoivioy Mapping
Dalam mengidentifikasi adanya kegiatan-kegiatan non value added bagi perusahaan, dilakukan pengamatan secara langsung ke dalam perusahaan yang didukung wawancara dengan para pekerja dan pengawas. Selain itu, dapat digunakan suatu tool yang dapat mengidentifikasi adanya waste yaitu Process Activity Mapping (PAM) dapat dilihat pada Tabel 5.13.
(74)
Tabel 5.13. Process Acoivioy Mapping (PAM) untuk Produksi Cup
No Aktivitas Mesin/Alat Bantu
Jar ak (m ) Wak tu (d et ik ) Ju m lah E pe rat or Kategori E pe ras i ( E ) T ran sp or tas i ( T ) In spe co ion (I ) St or age (S ) D el ay (D )
1 Bahan baku dibawa ke lantai produksi Forklift 64 300.00 1 T 2 Ditimbang bahan baku Timbangan 40.41 1 I
3
Hasil penimbangan dibawa untuk dimasukkan kedalam hopper secara
manual - 5 12.30 T
4 Dicampur bahan baku didalam hopper dengan cara diputar oleh mesin mixer Mesin Mixer 341.34 O 5 Hasil pencampuran dibawa menuju ke mesin extruder Pneumatic Conveying 7 5.35 1 T 6 Dipanaskan hingga meleleh pada suhu
230oC Mesin Extruder 5.10 O
7 Hasil lelehan dibawake mesin polisher Pneumatic Conveying 3 10,55 T 8 Dibentuk menjadi sheet Polisher 10.47 O 9 Digulung sheet seberat 600-1315 Kg Mesin Polishing 6.30 O 10 Dibawa ketempat penimbangan Kereta Sorong 5 15.45 1 T
(75)
Tabel 5.13. Process Acoivioy Mapping (PAM) untuk Produksi Cup (Lanjutan)
No Aktivitas Mesin/Alat Bantu
Jar ak (m ) Wak tu (d et ik ) Ju m lah E pe rat or (E ran g) Kategori E pe ras i ( E ) T ran sp or tas i ( T ) In spe co ion (I ) St or age (S ) D el ay (D )
11 Ditimbang sheet Timbangan Gantung 8.68 I
12 Ditumpuk sheetsebelum dicetak - 1800.00 D 13 Dibawa Thermoformer (Dong Long) sheet kemesin Vaccum Kereta Sorong 7 35.63 1 T
14 Dipanaskan sheet Heater 22.20 O 15 Sheet dibawa ke pencetakan Rantai dan Gir Beroda 1.4 5.43 T 16 Sheet untuk memasukkan kedalam cetakanditekan dari atas dengan jantan 2.54 O 17 Dipotong cup yang sudah terbentuk Pisau Bulat Pada Cetakan 0.65 O 18 Cup dihembuskan dengan udara bertekanan ke conveyor Compresor 5.25 T
19 Dibawa cup kebagian quality control Conveyor 3.5 12.34 2 T
20 Cup disortir - 23.44 I
21 Dibawa kebagian packing 0.5 5.20 T
22 Cup dipacking - 27.85
1 O
(76)
Tabel 5.13. Process Acoivioy Mapping (PAM) untuk Produksi Cup (Lanjutan)
Sumber : Pengolahan Data
No Aktivitas Mesin/Alat Bantu
Jar ak (m ) Wak tu (d et ik ) Ju m lah E pe rat or (E ran g) Kategori E pe ras i ( E ) T ran sp or tas i ( T ) In spe co ion (I ) St or age (S ) D el ay (D )
24 Cup dibawa kebagian printing Kereta sorong 15 32.42 1 T 25 Cup dikeluarkan dari dalam dus - 30.97 1 T 26 Cup dibawa kemesin printing Conveyor 2.3 7.56 T 27 Disinari cup dengan sinar UV - 3.07 O 28 Dicat konsumencup sesuai dengan permintaan Mesin Printing 3.07 O 29 Dibawa kebagian quality control Conveyor 3.2 10.45 T 30 Diperiksa cup oleh quality control 17.42 1 I 31 Dibawa kebagian packing 0.5 6.34 T 32 Disortir cup dan dipacking sesuai pesanan - 22.41 O
33 Ditumpuk hasil packing - 1680.68 D
34 Dibawa keluar dari departemen packing Kereta Sorong 7.6 6.70 1 T
35 Ditumpuk dibagian luar departemen packing - 30.85 D
(1)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
VI ANALISA DAN EVALUASI ... VI-1 6.1. Analisisi Kondisi Awal Pada Lantai Produksi... VI-1 6.2. Analisisi Kondisi Pada Lantai Produksi Setelah Dilakukan
Perbaikan dengan Lean Manufacturing ... VI-1 6.3. Analisisi Kondisi Pada Lantai Produksi Setelah Dilakukan
Perbaikan dengan Mengintegrasikan Lean Manufacturing dan BLOCPLAN ... VI-4
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan... VII-1 7.2. Saran ... VII-1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(2)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Guna Kemas Indah ... II-9 2.2. Jadwal Hari Kerja Bagian Kantor (Administrasi) pada PT. Guna
Kemas Indah ... II-9 5.1. Jumlah Permintaan Cup Tahun 2015/2016... V-1 5.2. Jumlah Mesin yang digunakan Dalam Produksi Cup ... V-2 5.3. Aktivitas - Aktivitas Pembuatan Cup... V-4 5.4. Waktu Siklus Produk Cup... V-6 5.5. Data Departemen dan Ukurannya ... V-7 5.6. Stasiun Kerja dan Pengkodean Pada Lantai Produksi PT. Guna
Kemas Indah ... V-10 5.7. Urutan Proses ... V-10 5.8. Proporsi Permintaan Varian Produk Cup... V-11 5.9. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Siklus Cup (detik) ... V-16 5.10. Uji Kecukupan Data WC I ... V-18 5.11. Uji Kecukupan Data Waktu Proses Produksi Cup... V-18 5.12. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku... V-20 5.13. Process Activity Mapping (PAM) untuk Produksi Cup ... V-27 5.14. Rekapitulasi Process Activity Mapping ... V-30 5.15. Aktivitas yang Termasuk Value added time dan Non Value Added
Time ... V-31 5.16. Total Value added time ... V-32 5.17. Total Non Value added time ... V-33 5.18. Analisis aktivitas dengan metode 5W dan 1 H ... V-37 5.19. Jumlah Permintaan Cup Tahun 2015/2016... V-41 5.20. Perhitungan Parameter Peramalan dengan Metode Kuadratis ... V-43 5.21. Perhitungan Parameter Peramalan dengan Metode Eksponensial .... V-44 5.22. Perhitungan SEE untuk Metode Kuadratis ... V-45 5.23. Perhitungan SEE untuk Metode Eksponensial ... V-46
(3)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.24. Rekapitulasi Hasil Perhitungan SEE... V-46 5.25. Perhitungan Hasil Verifikasi ... V-47 5.26. Rekapitulasi Hasil Peramalan 2016 s/d 2017... V-49 5.27. Keterangan Layout ... V-53 5.28. Legenda Layout... V-53 5.29. Process Activity Mapping (PAM) untuk Produksi Cup Usulan... V-56 5.30. Process Activity Mapping (PAM) untuk Produksi Cup 2016/2017 . V-59 5.31. Rekapitulasi Process Activity Mapping Usulan ... V-61 5.32. Nilai Koordinat Tiap Stasiun Kerja ... V-66 5.33. Jarak Antar Stasiun Kerja (dij) (meter)... V-68 5.34. Frekuensi Perpindahan Bahan Antar Stasiun Kerja per Tahun
dengan Material Handling untuk Pembuatan Produk Cup ... V-69 5.35. Momen Perpindahan pada Lantai Produksi ... V-70 5.36. Jarak Antar Stasiun Kerja pada Tataletak Usulan dengan
Algoritma BLOCPLAN (dij) (meter)... V-78 5.36. Momen Perpindahan pada Lantai Produksi ... V-79 6.1. Momen Perpindahan pada Lantai Produksi Awal... VI-5 6.2. Momen Perpindahan pada Lantai Produksi Setelah Perbaikan ... VI-6
(4)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
1.1. Tata Letak Fasilitas Produksi PT. Guna Kemas Indah ... Ii2 1.2. Handlift ... Ii3 1.3. Forklift ... Ii3 2.1. Struktur Organisasi PT. Guna Kemas Indah ... IIi4 2.2. Bahan Baku Biji Plastik Polyprophylene ... IIi11 2.3. Bahan Baku Biji Plastik Titanlene ... IIi11 2.4. Bahan Katalis Cesa Nukleant ... IIi12 2.5. Bahan REMF 56 ... IIi12 2.6. Air... IIi12 3.1. Activity Rrelationship Chart ... IIIi5 4.1. Kerangka Teoritis Penelitian ... IVi2 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data Lean Manufacturing ... IVi9 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data Algoritma BLOCPLAN ... IVi12 4.4. Blok Diagram Langkahilangkah Penelitian ... IVi14 5.1. Aliran Proses Pembuatan Cup ... Vi2 5.2. Blok Diagram Produksi Pembuatan Cup ... Vi8 5.3. Block Layout Lantai Produksi Awal... Vi9 5.4. Histogram Permintaan Cup Berdasarkan Jenis Kemasan ... Vi11 5.5. Diagram SIPOC Proses Produksi Cup ... Vi13 5.6. Peta Kontrol Waktu Siklus WC I ... Vi15 5.7. Peta Kategori Penimbangan Bahan ... Vi21 5.8. Peta Kategori Penimbangan Bahan dan Pencampuran Bahan ... Vi22 5.9. Current State Map Produk Cup ... Vi24 5.10. Pie Chart Value Added dan Non Value Added Activity ... Vi34 5.11. Diagram Pencar Data Permintaan Produk Cup ... Vi42 5.12. Moving range Chart Data Permintaan Produk ... Vi48 5.13. Activity Relationship Chart pada Proses Pembuatan Cup di
(5)
xi
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
5.14. Layout Usulan ... Vi55 5.15. Future State Map Produk Cup ... Vi62 5.16. Koordinat (x,y) Tiap Lokasi Stasiun Kerja ... Vi67 5.17. Activity Relationship Chart Antar Work Center ... Vi71 5.18. Spesifikasi Departemen dengan Software BLOCPLAN ... Vi72 5.19. Derajat Hubungan Kedekatan Antar Stasiun Kerja dengan
Software BLOCPLAN ... Vi73 5.20. Skor Untuk Masingimasing Stasiun Kerja dengan Software
BLOCPLAN ... Vi74 5.21. Hasil Iterasi dengan Cara Random Layout pada Software
BLOCPLAN ... Vi74 5.22. Layout Terpilih dengan Menggunakan Software BLOCPLAN .... Vi75 5.23. Titik Pusat Koordinat dan Ukuran Setiap Stasiun Kerja Layout
Iterasi 6 ... Vi76 5.24. Tataletak Usulan dengan Algoritma BLOCPLAN ... Vi76 5.25. Tataletak Usulan dengan Algoritma BLOCPLAN ... Vi77
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Allowance ... L-1 2. Rating Factor ... L-2 3. Layout Produksi Awal PT. Guna Kemas Indah ... L-3 4. Layout Produksi Usulan PT. Guna Kemas Indah dengan
Metode Lean Manufacturing ... L-4 5. Layout Produksi Usulan PT. Guna Kemas Indah dengan
Metode BLOCPLAN ... L-5 6. Surat Permohonan Tugas Akhir... L-6 7. Surat Riset Tugas Akhir... L-7 8. Surat Balasan Riset Tugas Akhir ... L-8 9. Surat Keterangan Tugas Akhir ... L-9 10. Form Asistensi ... L-10