Pelabelan Produk Pangan Bagi Konsumen Dalam Mendapatkan Perlindungan

mengikuti petunjukprosedur pemakaian dan peringatan atau pemanfaatan barang danatau jasa demi keamanan dan keselamatan dari konsumen sendiri. Hak untuk mendapatkan informasi adalah salah satu hak konsumen yang paling mendasar. Melalui informasi yang benar dan lengkap inilah konsumen dapat menentukanmemilih produk pangan yang sesuai dengan kebutuhannya. Memberikan informasi yang salah, menyesatkan dan tidak jujur melalui label adalah melanggar hak konsumen. Melanggar hak orang lain berarti pula melakukan perbuatan melanggar hukum. Oleh karena itu, memberikan informasi yang benar mengenai produk berarti membantu konsumen menentukan pilihannya secara benar dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhannya. Ini berarti juga memberikan kesempatan kepada konsumen mempergunakan haknya yang lain, yakni hak untuk memilih. Sebaiknya produsen tidak mengharapkan konsumen memilih produknya karena praktis, khilafsesat, tetapi cerminan dari keinginan dan kesesuaian dengan kebutuhannya. Dengan demikian, kebanggaan bagi produsen jika produk pangannya benar-benar diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Atas dasar inilah produsen menyusun kebijakanstrategi pengembangan melalui usahanya. Dengan demikian, memberi informasi yang benar melalui label adalah kebutuhan bersama antara konsumen dan produsen karena akan memberi keuntungan kepada produsen dan konsumen. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan hak konsumen atas informasi yang benar, yang didalamnya tercakup juga hak atas informasi yang proporsional dan diberikan secara tidak diskriminatif.

C. Pelabelan Produk Pangan Bagi Konsumen Dalam Mendapatkan Perlindungan

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan memberikan definisi bahwa “Pangan adalah segala sesuatu sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, danatau pembuatan makanan atau minuman”. Informasi mengenai pangan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena manusia hidup bergantung dengan pangan. Pangan merupakan kebutuhan mendasar kebutuhan primer bagi keberlangsungan hidup manusia. Pangan yang aman, bermutu, dan bergizi merupakan syarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berharkat, bermartabat dan berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan unsur terpenting dan tujuan utama dalam pembangunan nasional Indonesia. Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan dengan tingkat konsumsi panganmakanan yang bergizi serta tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan manusia serta menjamin ketersediaan pangan yang memadai dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Agar pangan yang aman dan bergizi tersedia secara memadai, diperlukan upaya mewujudkan suatu sistem pangan yang dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat yang mengkonsumsi produk pangan tersebut. Maka produk pangan yang beredar dikalangan masyarakat harus memenuhi persyaratan keamanan pangan yang telah ditentukan dan diatur oleh undang-undang. Satu- satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia adalah SNI Standar Nasional Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional. Agar SNI dapat diterima oleh para stakeholder, maka SNI menganut 6 enam asas, yaitu: 1. Asas Keterbukaan, 2. Asas Transparansi, 3. Asas Konsensus dan Tidak Memihak, 4. Asas Efektif dan Relevan, 5. Asas Koheren, dan 6. Asas Berdimensi Pembangunan. Pada dasarnya, produk pangan yang beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat melalui suatu proses yang meliputi produksi, penyimpanan, pengangkutan, peredaran sampai produk pangan tersebut ada ditangan konsumen. Agar proses-proses tersebut memenuhi syarat keamanan, mutu dan gizi makanan perlu diaplikasikan suatu sistem pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang efektif. Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah mengatur larangan bagi pelaku usaha. Salah satu bentuk larangan bagi pelaku usaha yaitu dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. 89 Tanpa adanya informasi yang jelas tersebut akan timbul kecurangan- kecurangan yang merugikan para konsumen pangan. Permasalahan pangan di Indonesia yang banyak terjadi adalah para pelaku usaha yang tidak mengindahkan ketentuan tentang pencantuman label, sehingga merugikan masyarakat. Dalam memproduksi produk pangan tersebut, pelaku usaha tidak boleh melalaikan kewajibannya untuk mencantumkan label dalam produk pangan produksinya. Dari label pangan tersebut, konsumen memperoleh informasi yang benar, jelas, dan lengkap, baik mengenai kualitas, isi, dan kuantitas maupun hal-hal lain yang diperlukan oleh konsumen. Produk pangan yang kadaluarsa, menggunakan bahan pewarna yang tidak diperuntukkan dalam makanan, berformalin, mengandung bahan pengawet, atau perbuatan-perbuatan lain yang dapat merugikan konsumen hingga mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, terutama bagi yang mengkonsumsi makanan itu adalah anak-anak. Pelaku usaha banyak melakukan penipuan pada label pangan produknya. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyatakan bahwa setiap label harus memuat keterangan mengenai pangan dengan benar dan jujur. Produk pangan seharusnya tidak 89 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, Op.cit., hal.42. dinyatakan, dideskripsikan atau dipresentasikan secara salah sehingga menyesatkan atau menjurus munculnya tanggapan yang salah terhadap karakter produk pangan tersebut. Informasi yang benar dan tidak menyesatkan yang ada dalam label pangan inilah yang hendaknya diartikan sama, baik oleh pemerintah bagi kepentingan pengawasan, pelaku usahaprodusen bagi keperluan persaingan usaha yang sehat dan konsumen guna keperluan menentukan pilihannya dalam pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena itu, informasi yang tercantum dalam label harus dikaji dan dievaluasi berdasarkan prinsip ilmiah yakni bersandar pada fakta dan data ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal tersebut sangat penting dalam perdagangan bebas yang menyangkut dunia internasional. Akan tetapi, fakta dan data ilmiah tersebut bisa berubah setiap waktu. Maka diperlukan transparansi dan pengharmonisasian informasi. Bentuk informasi yang lebih komprehensif dan benar pada label dan iklan pangan dengan tidak semata-mata menonjolkan unsur komersialisasi memberikan pendidikan kepada konsumen. Makin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka makin tinggilah penghormatannya pada hak-hak dirinya dan orang lain. Upaya memberikan pendidikan kepada konsumen tidak harus melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat juga melewati media massa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat. 90

D. Pengaturan Pelabelan Produk Pangan