BAB III PELABELAN PRODUK PANGAN DAN PENGATURAN LABEL
PRODUK PANGAN
A. Pengertian Label
Dalam media massa baik media elektronik maupun media cetak, telah menginformasikan adanya perubahan arah yang terjadi pada industri pangan di
Indonesia. Perubahan tersebut ditandai dengan bertumbuhnya industri pangan fungsional dan pangan suplemen. Pangan fungsional adalah pangan yang tidak
hanya memberikan zat-zat gizi esensial pada tubuh manusia, melainkan juga memberikan efek perlindungan terhadap tubuh bahkan untuk penyembuhan
terhadap beberapa gangguan penyakit. Pertumbuhan pangan fungsional ini didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen yang berhubungan erat dengan
makanan, gizi dan kesehatan. Disamping hal tersebut, tuntutan kehidupan modern sekarang ini telah mengakibatkan konsumen menjadi sangat sibuk. Motif inilah
yang digunakan oleh para produsen pangan untuk menggencarkan produk suplemen makanan.
76
Pengedaran produk pangan baik fungsional maupun suplemen tersebut dapat terlihat dari label dan iklan produk-produk pangan yang ditawarkan oleh
para produsen pangan. Akan tetapi, sampai saat ini masih banyak iklan dan label, yang menggunakan berbagai istilah yang tidak atau kurang jujur, dan cenderung
menyesatkan. Bahkan sering dijumpai pula berbagai klaim yang “terkesan” atau “seolah-olah ilmiah” sehingga membingungkan dan menyesatkan konsumen.
Penggunaan iklan pangan juga diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan. Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1996, pemerintah
76
Artikel Purwiyatno Hariyadi, Gizi dan Kesehatan, Mencermati Label dan Iklan Pangan, diunduh pada tanggal 28 Mei 2013 dari situs
http:google.compelabelanprodukpanganbloggerpurwiyatnogizidankesehatanmencermatilabelda niklanpangan
.
berkewajiban mengatur, mengawasi dan melakukan tindakan yang diperlukan agar iklan mengenai pangan yang diperdagangkan, tidak memuat keterangan yang
menyesatkan. Sehubungan dengan hal tersebut, Pasal 33 UU No. 7 Tahun 1996 menyatakan, setiap label danatau iklan tentang pangan yang diperdagangkan,
harus memuat keterangan mengenai pangan dengan benar dan tidak menyesatkan.
77
Khusus yang berkaitan dengan keyakinan atau agama, Pasal 34 UU No. 7 Tahun 1996 menentukan, setiap orang yang menyatakan dalam label atau iklan
bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama atau kepercayaan tertentu, bertanggungjawab atas kebenaran pernyataan berdasarkan
agama atau kepercayaan tersebut. Pasal ini mengacu kepada pencantuman label halal sesuai dengan Hukum Islam.
78
Sebagaimana ditentukan Pasal 7 butir b, pelaku usaha berkewajiban memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang danatau jasa, serta memberi penjelasan tentang penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Kewajiban Pasal 7 butir b ini ditegaskan dalam Pasal 8 ayat 1
huruf f yang menentukan, bahwa pelaku usaha dilarang untuk memperdagangkan produk yang tidak sesuai janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan produk tersebut. Berkaitan dengan kewajiban pelaku usaha tersebut, diaturlah mengenai pelabelan dan iklan produk pangan dalam
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, sebagai peraturan pelaksanaan dari UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
Pasal 1 angka 3 dari PP No. 69 Tahun 1999 menentukan yang dimaksud dengan “Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian
kemasan pangan, yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Label”. Akan tetapi, sebelum PP No. 69 Tahun 1999 tersebut lahir, pengaturan
77
N.H.T. Siahaan, Op.cit., hal.140.
78
Ibid.
pelabelan secara singkat telah ada dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Pengertian label pangan yang sama terdapat juga pada Pasal 1
angka 15 UU No. 7 Tahun 1996 tersebut. Pelabelan produk pangan menjadi penting karena merupakan sarana
informasi dari produsen kepada konsumennya mengenai produk yang akan dijualnya. Sehingga konsumen benar-benar mengetahui bahan-bahan apa saja
yang digunakan, termasuk perisa yang ditambahkan pada produk yang akan dikonsumsinya. Pelabelan yang benar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
akan membantu terciptanya perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab, dimana semua pihak akan memperoleh informasi yang benar mengenai suatu
produk. Sehingga akan memudahkan dalam pengawasan keamanan pangan dan melindungi konsumen dari terciptanya persepsi yang salah.
B. Label Sebagai Perwujudan Dari Hak Konsumen Mendapatkan Informasi