1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keahlian audit dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik dengan
menempatkan pengalaman sebagai variabel moderating. Sebagaimana diketahui bahwa pihak eksternal selaku pengguna laporan keuangan bisa saja
menganggap bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen mengandung kemungkinan adanya ketidakjujuran yang dilakukan oleh
manajemen dan menguntungkan bagi pihak mereka. Oleh karena itu, diperlukanlah jasa auditor sebagai pihak yang netral dan independen dalam
menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan para pengguna informasi laporan keuangan.
Seorang akuntan publik dalam menjalankan profesinya harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan yaitu Standar Profesional Akuntan Publik
SPAP dari Ikatan Akuntan Publik Indonesia IAPI. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak pada peningkatan hasil auditnya, yaitu
dengan memberikan opini audit yang semakin akurat. Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah perusahaan, maka seorang
auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa memberikan
opini yang tepat Gusti Ali, 2008.
2 Banyaknya kasus perusahaan mengalami kegagalan dalam bisnis akibat
gagalnya auditor dalam mendeteksi dapat mengancam kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini mempengaruhi persepsi masyarakat, khususnya
pemakai laporan keuangan atas opini audit yang diberikan. Pentingnya opini yang diberikan oleh auditor, maka seorang auditor harus mempunyai
kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit dengan baik, sehingga memadai untuk dapat merumuskan sebuah opini yang tepat
Wahyudi et al., 2014. Ad
iloğlu Vuran 2011 dalam penelitiannya menyatakan bahwa setelah terjadinya skandal akuntansi, tanggung jawab auditor untuk menilai
kesesuaian opini-opini audit telah menjadi subyek dari banyak perdebatan dalam profesi audit dan penelitian oleh para akademisi. Kebanyakan
profesional akuntansi setuju bahwa dalam kebanyakan kasus yang terjadi, auditor telah gagal dalam mengungkap salah saji material dan salah dalam
mengeluarkan jenis opini audit dikeluarkan. Salah satu kasus kegagalan auditor adalah kasus Olympus Corporation
yang merupakan sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang optik dan gambar seperti pembuatan kamera, mikroskop, termometer, kartu
memori, dan lensa kamera. Olympus didirikan pada tanggal 12 Oktober 1919 di Tokyo, Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan elit Jepang yang
mampu bertahan dan mampu bersaing dengan para kompetitornya hingga saat ini dan memiliki banyak cabang di berbagai negara di dunia antara lain di
Amerika Serikat dan Jerman. Olympus memiliki pendapatan fantastis dengan
3 rata-rata penjualan tahunan sebesar USD10 miliar dan mempekerjakan lebih
dari 35.000 orang di seluruh dunia. Olympus Corporation mengalami goncangan hebat pada tahun 2011
ketika skandal besar yang di lakukan Olympus terkuak ke permukaan. Skandal yang berhasil di tutupi selama kurang lebih dua dekade akhirnya
terungkap, skandal ini terungkap akibat buntut dari pemecatan CEO Olympus Michael Woodford pada tanggal 14 Oktober 2011 yang baru saja menduduki
jabatan tersebut tidak lebih dari 2 minggu. Alasan pemecatan Woodford karena dia mempertanyakan pengambilan keputusan investasi yang di ambil
oleh manajemen Olympus selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2002 hingga tahun 2008. Salah satu keputusan investasi yang dipertanyakan adalah
akuisisi produsen peralatan medis asal Inggris, Gyrus pada tahun 2008 senilai USD2,2 miliar atau senilai Rp 18,7 triliun. Selain itu juga terdapat biaya
penasihat dalam akuisisi Gyrus tersebut sebesar USD687 juta atau senilai Rp 5,83 triliun dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal sebesar
USD773 juta atau senilai Rp 6,57 triliun. Belakangan terkuak bahwa dana yang dikeluarkan Olympus untuk biaya
penasihat dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal merupakan akal-akalan. Dana itu di gunakan untuk menutupi kerugian investasi yang
dilakukan oleh Olympus di dua dekade lalu. Modus ini pun terlihat terang benderang ketika pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal Jepang
tersebut di hapus dari pembukuan olympus. Awalnya, seperti lazimnya skandal yang harus di tutup rapat-rapat, manajemen Olympus menyangkal
4 mati-matian. Namun, lewat jalan berliku, akhirnya produsen kamera asal
Jepang itu mengakui telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama 20 tahun, sejak era 1980-an. Selama dua puluh tahun
terakhir manajemen Olympus berhasil menyembunyikan kerugian investasi yang di alaminya dari laporan keuangan miliknya bahkan auditor eksternal
Olympus juga tidak mencium aroma kecurangan yang di lakukan oleh manajemen Olympus. Auditor Olympus pada tahun 1990-an adalah Arthur
Andersen afiliasi Jepang, yang dulu adalah salah satu dari perusahaan akuntan big five. Setelah Andersen runtuh pada tahun 2002, KPMG mengakuisisi unit
perusahaan ini di Jepang dan berganti nama menjadi Asasi Co, sejak saat itu audit olympus diambil alih oleh Asashi Co hingga tahun 2009.
Olympus kemudian beralih ke Ernest Young. Financial Times bulan Oktober 2011 melaporkan ada yang janggal
dengan opini KPMG terkait pembukuan Olympus. Tidak ada perselisihan antara KPMG dan Olympus yang diungkap ke publik, namun kemudian
terkuak dalam artikel 4 November 2011 di Daily Telegraph. Begitu pula dengan opini Ernest Young yang tidak mengungkap terjadi masalah.
Laporan audit terbaru yang ditandatangani pada 28 Juni 2011 menyebutkan laporan keuangan yang sudah diaudit hanya untuk tahun fiskal 2010 dan
2011. Sementara laporan keuangan 2009 diaudit oleh auditor lain. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat dilihat bahwa tidak hanya Arthur
Andersen, melainkan KPMG dan Ernest Young juga tidak cukup kompeten dalam mengaudit Olympus Corp., karena kegagalan dalam mendekteksi
5 maupun mengungkapkan kecurangan laporan keuangan mereka Aliya,
2011. Kasus lain yang ada di Indonesia adalah dikenakannya sanksi pembekuan
akuntan publik yang disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran terhadap Standar Auditing SA-Standar Profesional Akuntan Publik SPAP, yang
nantinya dinilai akan berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Daftar akuntan publik tersebut dapat dilihat
dalam tabel 1.1 berikut ini
Tabel 1.1 Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin
dalam Satu Dekade Terakhir No
Akuntan Publik
Keterangan Alasan
1 Ben Ardi,
CPA No. sanksi:
445KM.12015 Tanggal sanksi:
29 Mei 2015 Lama Sanksi:
6 bulan Belum sepenuhnya mematuhi
SA-SPAP dalam pelaksanaan audit
umum atas
laporan keuangan PT. Bumi Citra
Permai, Tbk tahun 2013
2 Drs Hans
Burhanuddin Makarao
No. sanksi: 1124KM.12009
Tanggal sanksi: 9 September 2009
Lama sanksi: 3 bulan
Belum sepenuhnya mematuhi SA-SPAP dalam pelaksanaan
audit umum
atas laporan
keuangan PTSamcon tahun buku 2008
3 Drs
Basyiruddin Nur
No. sanksi: 1093KM.12009
Tanggal sanksi: 2 September 2009
Lama sanksi: 3 bulan
Belum sepenuhnya mematuhi SA
–SPAP dalam pelaksanaan audit
umum atas
laporan keuangan konsolidasian PT
Datascrip dan anak perusahaan tahun buku 2007
4 Drs
Muhamad Zen
No. sanksi: 896KM.12008
Tanggal sanksi: 22 Desember 2008
Lama sanksi: Melakukan
pelanggaran terhadap
SA-SPAP dalam
pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Pura
Binaka Mandiri tahun buku
Bersambung pada halaman berikutnya
6
Tabel 1.1 Lanjutan No
Akuntan Publik
Keterangan Alasan
3 bulan 2007
5 Drs Ruslan
Hidayat No. sanksi:
866KM.12008 Tanggal sanksi:
15 Desember 2008 Lama sanksi:
9 bulan Melakukan
pelanggaran terhadap
SA-SPAP dalam
pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Serasi
Tunggal Mandiri untuk tahun yang berakhir 31 Desember
2006
6 Dra. Suhartati
Suharso No. sanksi:
481KM.12008 Tanggal sanksi:
21 Juli 2008 Lama sanksi:
3 bulan Melakukan
pelanggaran terhadap
SA-SPAP dalam
pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Batan Teknologi
Persero tahun buku 2004- 2008
7 Drs. Lauddin
Purba No. sanksi:
484KM.12008 Tanggal sanksi:
21 Juli 2008 Lama sanksi:
3 bulan Melakukan
pelanggaran terhadap
SA-SPAP dalam
pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Batan Teknologi
Persero pada periode yang berakhir 30 Juni 2007
8 Drs. Amir
Hadyi Nasution
No. sanksi: 485UM.12008
Tanggal sanksi: 21 Juli 2008
Lama sanksi: 3 bulan
Melakukan pelanggaran
terhadap SA-SPAP
dalam pelaksanaan audit atas laporan
keuangan PT Batan Teknologi Persero tahun buku 2002 dan
2003
9 Drs Petrus
Mitra Winata Tanggal sanksi:
15 Maret 2007 Lama sanksi:
2 tahun Melakukan
pelanggaran terhadap
SPAP berkaitan
dengan pelaksanaan audit atas Laporan
Keuangan PT
Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004
10 Justinus
Aditya Sidharta, SE.,
BAP No. sanksi:
002VISK- BPPAPVI2006
Tanggal sanksi: 28 Nopember 2006
Lama sanksi: 2 tahun
Melakukan pelanggaran
terhadap SPAP
berkaitan dengan Laporan Audit atas
Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International
Tbk Tahun 2003
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
7 Berdasarkan contoh kasus tersebut, dapat dijelaskan bahwa masih adanya
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh auditor dan penyebab terjadinya hal tersebut adalah kurangnya keahlian yang dimiliki auditor dan
kemampuan auditor dalam memberikan judgment terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yang sedang diaudit oleh auditor, dimana kurangnya kedua
hal tersebut akan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Akan tetapi, dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki
oleh auditor, keahlian dan kemampuan auditor dalam memberikan judgment akan lebih meningkat, sehingga auditor dapat lebih tepat dalam memberikan
atau menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang sedang diaudit. Penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. 2015 menyatakan bahwa
ketepatan pemberian opini oleh auditor dapat dipengaruhi oleh keahlian audit. Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian
ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja
pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil
pemeriksaan. Wahyudi et al. 2014 dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin
auditor memiliki keahlian yang baik, maka opini yang akan diberikan semakin tepat. Auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat untuk
rencanakan prosedur audit dan mengevaluasi bukti yang diperoleh. Dengan demikian, auditor akan dapat memberikan opini yang akurat. Adrian 2013
8 menyatakan bahwa keahlian dapat menjadikan auditor sebagai tenaga
profesional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-
tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan serta keunggulan dibandingkan rekan
sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan
cara-cara yang professional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.
Oleh karena itu, keahlian dapat dijadikan sebagai salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor, dengan keahlian yang dimilikinya
memungkinkan tugas-tugas pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki auditor
dapat diperoleh dari pendidikan formal dan non formal. Salah satu sumber peningkatan keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman
dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan ataupun
kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor Wulandari et al., 2014.
Selain keahlian, ketepatan pemberian opini oleh auditor juga dipengaruhi oleh audit judgment. Menurut Siregar 2012, audit judgment dapat
mempengaruhi pertimbangan opini audit. Audit judgment terkait dengan pertimbangan auditor atas tingkat materialitas pada saat mengaudit akan
9 mempengaruhi opini audit yang dihasilkan. Semakin besar tingkat
materialitas semakin auditor cenderung memberikan opini tidak menyatakan pendapat atau disclaimer. Hogarth 1992 dalam Jamilah et al. 2007
menyatakan bahwa judgment memberikan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya,
pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu
proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di
dalam proses incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusanpilihan baru.
Keahlian dan audit judgment berkaitan erat dengan pengalaman. Keahlian dan pengalaman merupakan suatu komponen penting bagi auditor
dalam melakukan prosedur audit. Auditor yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya,
daripada auditor yang kurang berpengalaman Butt 1988 dalam Adrian 2013.
Penelitian yang dilakukan oleh Adrian 2013 menyatakan bahwa pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan dapat
dilihat baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Auditor dengan jam terbang lebih banyak pasti sudah lebih
berpengalaman bila
dibandingkan dengan
auditor yang
kurang berpengalaman. Sabrina Januarti 2012 menyatakan bahwa pengalaman
10 audit ditunjukkan dengan jumlah penugasan audit yang pernah dilakukan.
Pengalaman seorang auditor menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman
dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan. Menurut Sukendra et al. 2015, pengalaman menjadi indikator penting
bagi kualifikasi profesional seorang auditor. Pengalaman audit ditunjukkan dengan jumlah penugasan audit yang pernah dilakukan. Auditor yang telah
memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan error atau kecurangan fraud yang tidak lazim
yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut
dibandingkan dengan auditor yang masih dengan sedikit pengalaman. Wulandari et al. 2014 menyatakan bahwa pengalaman kerja mempengaruhi
kemampuan kerja, semakin sering seseorang bekerja dan melakukan pekerjaan yang sama, maka akan semakin terampil orang tersebut dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Banyaknya pengalaman kerja di bidang auditing yang dimiliki oleh
seorang auditor berupa jumlah penugasan yang pernah dilakukan dalam waktu yang cukup lama, maka keahlian dan kemampuan auditor dalam
memberikan opini yang tepat semakin baik sehingga laporan audit yang diterbitkan oleh auditor akan lebih dipercaya oleh pihak eksternal.
Berdasarkan uraian di atas, motivasi untuk melakukan penelitian ini adalah pertama, ketepatan opini merupakan hal yang sangat penting bagi
11 berbagai pihak dan kesalahan auditor dalam menyatakan pendapat pada
laporan audit akan berdampak negatif bagi banyak pihak yang berkepentingan seperti pihak manajemen, investor, publik yang memerlukan informasi atas
laporan audit tersebut serta kantor akuntan publik dimana auditor itu bekerja. Kedua, berbagai penelitian sebelumnya mengenai keahlian audit terhadap
ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al.
2015, Wahyudi et al. 2014, dan Adrian 2013 menunjukkan bawa keahlian audit mempengaruhi ketepatan pemberian opini sementara penelitian
yang dilakukan oleh Surfeliya et al. 2014, Siregar 2012, Sabrina Januarti 2012, serta Gusti Ali 2008 menunjukkan bahwa keahlian audit
tidak mempengaruhi ketepatan pemberian opini. Ketiga, dari penelitian- penelitian sebelumnya belum ada yang menggunakan variabel pengalaman
sebagai variabel moderasi dalam melakukan penelitian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor. Oleh karena itu,
penelitian ini mencoba memasukkan variabel pengalaman sebagai variabel moderasi karena dengan adanya pengalaman diduga akan lebih meningkatkan
keahlian dan audit judgment, sehingga auditor dapat melaksanakan tugasnya dan tepat dalam menyatakan opini atas laporan keuangan yang telah diaudit.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini berjudul
“Pengaruh Keahlian Audit dan
Audit Judgment terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik dengan Pengalaman sebagai Variabel
Moderating”.
12 Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. 2015. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
1. Variabel independen yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah
skeptisme professional, pengalaman auditor, keahlian audit yang diduga mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik.
Sedangkan, dalam penelitian ini menambahkan satu variabel independen yaitu variabel audit judgment, mengurangi satu variabel dari penelitian
sebelumnya yaitu variabel skeptisme professional serta menjadikan variabel pengalaman sebagai variabel moderating karena dengan adanya
pengalaman bagi auditor eksternal akan lebih membantu auditor dalam melaksanakan prosedur audit. Variabel moderating inilah yang
merupakan ciri khusus dalam penelitian ini karena dalam penelitian- penelitian sebelumnya belum ada yang menggunakan variabel
pengalaman sebagai variabel moderating. 2.
Populasi dalam penelitian ini adalah staf auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan
Publik 2015 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI. Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya adalah semua auditor
yang bekerja pada Inspektorat Kabupaten Buleleng, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem.
13
B. Perumusan Masalah