72
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi keahlian audit, audit judgment, pengalaman dan ketepatan pemberian opini oleh
akuntan publik akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel keahlian audit jawaban
minimum responden sebesar 21 dan maksimum sebesar 35, dengan rata- rata total jawaban 29,24 dan standar deviasi sebesar 2,804. Variabel audit
judgment jawaban minimum responden sebesar 43 dan maksimum sebesar 65, dengan rata-rata total jawaban 50,95 dan standar deviasi sebesar 6,039.
Pada pengalaman minimum jawaban responden sebesar 22 dan maksimum sebesar 35, dengan rata-rata total jawaban 28,62 dan standar deviasi
sebesar 2,970. Sedangkan pada variabel ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik jawaban minimum responden sebesar 30 dan maksimum
sebesar 45, dengan rata-rata total jawaban 37,06 dan standar deviasi sebesar 3,491.
N Minimum
Maximum Mean Std.
Deviation TKA
63 21
35 29,24 2,804
TAJ 63
43 65 50,95
6,039 TP
63 22
35 28,62 2,970
TKPO 63
30 45 37,06
3,491 Valid N
listwise 63
73 2.
Hasil Uji Kualitas Data a.
Hasil Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation,
pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu keahlian audit TKA, audit
judgment TAJ, pengalaman TP, dan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik TKPO, dengan 63 sampel responden.
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Keahlian Audit
Nomor Butir Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig 2-Tailed Keterangan
1 KA1 0,698
0,000 Valid
2 KA2 0,812
0,000 Valid
3 KA3 0,766
0,000 Valid
4 KA4 0,869
0,000 Valid
5 KA5 0,801
0,000 Valid
6 KA6 0,773
0,000 Valid
7 KA7 0,766
0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.8 menunjukkan variabel keahlian audit mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05.
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas
Audit Judgment Nomor Butir
Pertanyaan Pearson
Corelation Sig 2-Tailed
Keterangan
8 AJ1 0,630
0,000 Valid
9 AJ2 0,723
0,000 Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
74
Tabel 4.9 Lanjutan Nomor Butir
Pertanyaan Pearson
Corelation Sig 2-Tailed
Keterangan
10 AJ3 0,741
0,000 Valid
11 AJ4 0,274
0,030 Valid
12 AJ5 0,661
0,000 Valid
13 AJ6 0,760
0,000 Valid
14 AJ7 0,654
0,000 Valid
15 AJ8 0,752
0,000 Valid
16 AJ9 0,765
0,000 Valid
17 AJ10 0,786
0,000 Valid
18 AJ11 0,618
0,000 Valid
19 AJ12 0,410
0,001 Valid
20 AJ13 0,641
0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.9 menunjukkan variabel audit judgment mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Pengalaman
Nomor Butir Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig 2-Tailed Keterangan
21 P1 0,687
0,000 Valid
22 P2 0,857
0,000 Valid
23 P3 0,825
0,000 Valid
24 P4 0,838
0,000 Valid
25 P5 0,668
0,000 Valid
26 P6 0,890
0,000 Valid
27 P7 0,897
0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.10 menunjukkan variabel pengalaman mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
75
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan
Publik Nomor Butir
Pertanyaan Pearson
Corelation Sig 2-Tailed
Keterangan
28 KPO1 0,857
0,000 Valid
29 KPO2 0,819
0,000 Valid
30 KPO3 0,819
0,000 Valid
31 KPO4 0,775
0,000 Valid
32 KPO5 0,900
0,000 Valid
33 KPO6 0,908
0,000 Valid
34 KPO7 0,840
0,000 Valid
35 KPO8 0,883
0,000 Valid
36 KPO9 0,818
0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.11 menunjukkan variabel ketepatan pemberian opini oleh
akuntan publik mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika
nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,7. Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha Keterangan
Keahlian Audit 0,891
Reliabel Audit Judgment
0,839 Reliabel
Pengalaman 0,907
Reliabel Ketepatan Pemberian Opini
oleh Akuntan Publik 0,947
Reliabel Sumber: Data primer yang diolah
76 Tabel 4.12 menunjukkan nilai
cronbach’s alpha atas variabel keahlian audit sebesar 0,891, audit judgment sebesar 0,839,
pengalaman sebesar 0,907, dan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik sebesar 0,947. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu
memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan
jawaban sebelumnya. 3.
Hasil Uji Asumsi Klasik a.
Hasil Uji Multikolonieritas Deteksi ada atau tidaknya problem multiko dapat dilakukan
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF serta besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error
Beta Toleran
ce VIF
1 Constant 1,393
1,241 1,122 ,266
TKA ,871
,056 ,699 15,590 ,000
,553 1,808 TAJ
,200 ,026
,347 7,732 ,000
,553 1,808 a. Dependent Variable: TKPO
Sumber: Data primer yang diolah
77 Berdasarkan tabel 4.13 diatas terlihat bahwa nilai tolerance lebih
dari 0,10 dan nilai variance inflation factor VIF kurang dari 10 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance untuk
keahlian audit dan audit judgment sebesar 0,553 serta VIF sebesar 1,808. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan
regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
78 Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan pada
gambar berikut ini
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
Selain dengan melihat grafik, dalam penelitian ini normalitas data juga dilihat dengan menggunakan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov pada alpha sebesar 5. Jika nilai signifikansi dari pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 berarti data
normal.
79
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,070; dengan nilai signifikansi di atas 0,05 berarti bahwa nilai residual terdistribusi secara normal.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 63
Normal Parameters
a,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,90207101
Most Extreme Differences
Absolute ,107
Positive ,107
Negative -,093
Test Statistic ,107
Asymp. Sig. 2-tailed ,070
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction. Sumber: Data primer yang diolah
80 Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.3 Grafik
Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 nol pada sumbu Y dan
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan
regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik berdasarkan variabel
yang mempengaruhinya, yaitu keahlian audit dan audit judgment.
Analisis grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin
sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan grafik plot. Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang dapat menjamin
keakuratan hasil, salah satunya menggunakan uji glejser.
81
Tabel 4.15 Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1Constant 2,000
,747 2,676
,010 TKA
,000 ,034
,002 ,013
,989 TAJ
-,026 ,016
-,276 -1,654 ,103
a. Dependent Variable: ABS_RES Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t sebesar 0,989 dan 0,103. Tingkat probabilitas diatas 5 tersebut berarti tidak ada
indikasi heteroskedastisitas dalam model regresi. 4.
Hasil Uji Hipotesis a.
Pengujian Hipotesis Regresi Berganda 1
Uji Koefisien Determinasi R
2
Uji koefisisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel
dependen. Tabel 4.16 menyajikan hasil uji statistik F variabel Y, X
1
dan X
2
Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Variabel Y, X
1
dan X
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
,966
a
,933 ,931
,917 a. Predictors: Constant, TAJ, TKA
b. Dependent Variable: TKPO Sumber: Data primer yang diolah
82 Tabel 4.16 menunjukkan nilai adjusted R
2
sebesar 0,931. Hal ini menandakan bahwa variasi variabel Keahlian Audit dan Audit
Judgment dapat menjelaskan 93,1 variasi variabel Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik. Sedangkan sisanya, yaitu
6,9 dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini, misalnya variabel lingkup audit, etika
profesi dan lowballing. 2
Hasil Uji Statistik t Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.17, jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,005 maka Ha diterima dan menolak H
, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,005 maka H
diterima dan menolak Ha Ghazali, 2013:99. Tabel 4.17 berikut ini menyajikan hasil uji statistik t untuk variabel keahlian
audit dan audit judgment
Tabel 4.17 Hasil Uji Statitik t Variabel Y, X
1
dan X
2
Berdasarkan tabel 4.17, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta 1
Constant 1,393
1,241 1,122 ,266
TKA ,871
,056 ,699 15,590 ,000
TAJ ,200
,026 ,347
7,732 ,000 a.
Dependent Variable: TKPO Sumber: Data primer yang diolah
83 Dimana:
Y = Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik
X
1
= Variabel Keahlian Audit X
2
= Variabel Audit Judgment e
= Error
Hipotesis 1: Pengaruh Keahlian Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel
keahlian audit mempunya tingkat signifikansi 0,000. Hal ini berarti menerima H
1
sehingga dapat dikatakan bahwa keahlian audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh
akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel keahlian audit lebih kecil dari 0,05.
Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga
profesional. Hal ini sesuai dengan standar umum pertama menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor SA seksi 210 dalam SPAP.
Keahlian audit mencakup seluruh pengetahuan auditor akan dunia audit itu sendiri, tolak ukurnya adalah tingkat sertifikasi
pendidikan dan jenjang pendidikan sarjana formal Gusti Ali, Y = 1,393 + 0,871X
1
+ 0,200X
2
+ 1,241
84 2008.
Auditor harus
memiliki keahlian
audit dalam
melaksanakan tugasnya, keahlian ini antara lain: merencanakan, menyusun, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun
kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan sampai pada penyusunan laporan hasil pemeriksaan.
Keahlian audit yang dimiliki oleh auditor merupakan hasil dari pendidikan formal, pelatihan teknis yang cukup dalam
praktik akuntansi dan teknik auditing, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain.
Pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan prosedur audit merupakan syarat menjadi akuntan pubik yang dapat
diperoleh melalui pendidikan formal. Pendidikan formal dan pendidikan profesi yang berkelanjutan tersebut berguna untuk
membuat para auditor menjadi semakin ahli atau memiliki keahlian yang tinggi, sehingga auditor memiliki kualifikasi dalam
melakukan pekerjaannya dan menjalankan tugasnya dengan baik dan tepat.
Auditor harus memiliki keahlian dalam memahami kriteria yang digunakan serta mengetahui tipe dan banyaknya bukti audit
yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti audit tersebut selesai diuji dan dapat
menghindari adanya kesalahan dalam merumuskan opini audit.
85 Adanya keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor
menyebabkan auditor akan lebih baik dan lebih tepat dalam memberikan atau menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang sedang diaudit sehingga opini yang dikeluarkan oleh auditor akan semakin akurat dan dipercaya oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Wahyudi et al. 2014, Adrian 2013 dan Sukendra et al. 2015 yang menyatakan bahwa keahlian audit berpengaruh signifikan
positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin banyak keahlian yang dimiliki
oleh auditor, maka dalam pemeriksaan dan pemberian opini oleh auditor semakin handal dan akurat.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surfeliya et al. 2014, Gusti Ali 2008, Siregar
2012 dan Sabrina Januarti 2012 yang menyatakan bahwa keahlian audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan pemberian
opini.
Hipotesis 2: Pengaruh Audit Judgment terhadap Ketepatan
Pemberian Opini oleh Akuntan Publik
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel
audit judgment mempunya tingkat signifikansi 0,000. Hal ini
86 berarti menerima H
2
sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh
akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel audit judgment lebih kecil dari 0,05.
Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan yang
dilakukan, baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pertimbangan
profesional tersebut diantaranya berkaitan dengan gangguan terhadap independensi, pertimbangan tentang hasil pemeriksaan
sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan, pertimbangan
profesionalnya terhadap prosedur pemeriksaan yang dirancang untuk menilai salah saji material dan mempertimbangkan
pengendalian intern dari entitas yang diperiksa Praditaningrum Januarti, 2012.
Dalam pelaksanaan prosedur audit yang mendetail, auditor membuat berbagai pertimbangan judgment yang mempengaruhi
dokumentasi bukti dan keputusan pendapat auditor Taylor 2000 dalam Jamilah et al. 2007.
Kenyataan ini membuat auditor harus mengenali resiko- resiko dan tingkat materialitas suatu saldo akun yang telah
ditetapkan pada saat perencanaan audit. Judgment dari audit akan
87 dijumpai pada setiap tahap-tahap audit. Pada tahap perencanaan
audit, judgment digunakan untuk menetapkan prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan judgment pada tahap
awal audit ditentukan berdasarkan pertimbangan pada tingkat materialitas yang diramalkan. Dalam kaitannya dengan laporan
keuangan, judgment yang diputuskan oleh auditor akan berpengaruh pada opini seorang auditor mengenai kewajaran
laporan keuangan. Tetapi, opini auditor tersebut tidak semata- mata hanya didasarkan atas materialitas tidaknya bukti audit. Ada
berbagai faktor pembentuk opini dari seorang auditor mengenai wajar atau tidaknya suatu laporan keuangan kliennya, yaitu
keandalan sistem pengendalian intern klien, kesesuaian pencatatan transaksi akuntansi dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, ada tidaknya pembatasan audit yang dilakukan oleh klien dan konsistensi pencataan transaksi akuntansi.
Audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit yaitu opini atas laporan keuangan perusahaan yang diaudit karena
audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti-bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Siregar 2012 dan Achim 2014 yang menyatakan bahwa adanya
pengaruh pertimbangan
profesional professional
88 judgment dalam opini audit. Menggunakan proffesional
judgment dalam melaksanakan tugas audit merupakan hal wajib bagi
auditor. Dengan
adanya pertimbangan
profesional professional judgment, auditor akan terhindar dari kesalahan
dalam mengeluarkan opini atas laporan keuangan. Mengeluarkan pendapat yang salah pada laporan keuangan dapat mengakibatkan
hilangnya reputasi, litigasi dan kerugian finansial bagi perusahaan audit Kantor Akuntan Publik.
b. Pengujian Hipotesis Regresi Moderate Uji Interaksi
Berikut ini menyajikan hasil interaksi dengan menggunakan MRA, dengan hasil sebagai berikut:
1 Interaksi Antara Keahlian Audit X
1
dengan Pengalaman X
3
Mempengaruhi Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik Y
a Uji Koefisien Determinasi R
2
Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi untuk variabel Y, X
1
dan X
3
Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Variabel Y, X
1
dan X
3
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
,989
a
,978 ,977
,527 a. Predictors: Constant, Moderasi_TKA, TKA, TP
b. Dependent Variable: TKPO Sumber: Data primer yang diolah
89 Tabel 4.18 menunjukkan variasi keahlian audit,
pengalaman, dan moderasi TKA dapat menjelaskan 97,7 variasi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik.
Sisanya 2,3 dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model misalnya variabel audit tenure dan profesionalisme.
b Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F
Tabel 4.19 menyajikan hasil uji statistik F untuk variabel Y, X
1
dan X
3
Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X
1
dan X
3
Tabel di atas menunjukkan nilai F hitung sebesar 886,635
dengan tingkat
signifikansi 0,000.
Karena probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik, atau dapat dikatakan
bahwa variabel keahlian audit, pengalaman, dan moderasi TKA secara secara bersama-sama berpengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik.
ANOVA
a
Model Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
739,346 3 246,449 886,635 ,000
b
Residual 16,400
59 ,278
Total 755,746
62 a. Dependent Variable: TKPO
b. Predictors: Constant, Moderasi_TKA, TKA, TP Sumber: Data primer yang diolah
90 c
Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t Tabel 4.20 menyajikan hasil uji statistik t untuk variabel
Y, X
1
dan X
3
Tabel 4.20 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X
1
dan X
3
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta 1
Constant 33,174
5,209 6,369
,000 TKA
-,597 ,172
-,479 -3,469 ,001
TP -,266
,190 -,226 -1,402
,166 Moderasi_
TKA ,034
,006 1,669
5,961 ,000
a. Dependent Variable: TKPO Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.20, maka dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:
Keterangan: X
1
= Keahlian Audit X
3
= Pengalaman X
1
X
3
= Variabel perkalian antara keahlian audit dengan pengalaman yang menggambarkan pengaruh
variabel moderating
pengalaman terhadap
hubungan keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik
Y = 33,174 - 0,597X
1
- 0,266X
3
+ 0,034X
1
X
3
+ 5,209
91
Hipotesis 3: Pengaruh Keahlian Audit terhadap Ketepatan
Pemberian Opini
oleh Akuntan Publik dengan Pengalaman
sebagai Variabel Moderating
Hasil uji hipotesis 3 pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa
variabel moderasi
keahlian audit
moderasi_TKA mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti
menerima H
3
sehingga dapat dikatakan pengalaman dapat menjadi variabel moderating antara keahlian audit dan
ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel moderasi keahlian audit
moderasi_TKA lebih kecil dari 0,05. Pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan yang telah
diaudit akan memberikan suatu pengalaman yang lebih bervariasi dan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan
dan keahlian auditor. Auditor yang memilki banyak pengalaman dalam melakukan audit akan lebih baik dalam
memberikan opini audit Sabrina Januarti, 2012. Ashton 1991 dalam penelitiannya menyatakan bahwa
keahlian akan lebih baik jika auditor memiliki pengetahuan dan pengalaman. Dari hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa auditor yang memiliki pengetahuan melalui
pengalaman memiliki tingkat kesalahan yang lebih sedikit
92 dalam melaksanakan tugasnya dibandingkan dengan auditor
yang kurang berpengalaman. Menurut Pemerintah Peraturan Menteri Keuangan
No.17PMK.012008 Tanggal 05 Februari 2008, pemerintah mengisyaratkan pengalaman kerja di bidang audit umum atas
laporan keuangan paling sedikit 1000 seribu jam dalam 5 lima tahun terakhir dan paling sedikit 500 lima ratus jam
diantaranya memimpin danatau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh PemimpinPemimpin Rekan KAP
bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik.
Guntur et al. 2002 dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengalaman auditor lebih dari dua tahun dapat
menentukan profesionalisme, kinerja komitmen terhadap organisasi, serta kualitas auditor melalui pengetahuan yang
diperolehnya dari pengalaman melakukan audit. Adrian 2013 dalam penelitiannya menyatakan bahwa
auditor yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan
auditor yang belum berpengalaman. Pengalaman
dapat diperoleh
auditor selama
melaksanakan proses audit atas suatu laporan keuangan perusahaan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya
93 penugasan yang pernah dilakukan. Auditor yang telah
memiliki banyak pengalaman tidak hanya memiliki kemampuan yang lebih dalam menemukan kekeliruan atau
kecurangan tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi auditor tersebut juga dapat memberikan
penjelasan yang
lebih akurat
terhadap temuannya
dibandingkan dengan auditor yang kurang pengalaman. Pengalaman dapat menunjang kualitas audit yang
dihasilkan. Dengan pengalaman yang dimiliki seorang auditor maka pengetahuan dan keahlian yang dimiliki akan
semakin luas dan auditor akan terbiasa dalam menghadapi masalah atau pekerjaan yang serupa atau sejenis.
Banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh auditor akan lebih meningkatkan keahlian yang dimiliki oleh auditor
sehingga auditor dapat lebih baik dalam melaksanakan pekerjaannya dan dalam memberikan atau menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang sedang diaudit. 2
Interaksi Antara Audit Judgment X
2
dengan Pengalaman X
3
Mempengaruhi Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik Y
a Uji Koefisien Determinasi R
2
Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi untuk variabel Y, X
2
dan X
3
94
Tabel 4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Variabel Y, X
2
dan X
3
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
,983
a
,966 ,964
,659 a. Predictors: Constant, Moderasi_TAJ, TP, TAJ
b. Dependent Variable: TKPO Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.21 menunjukkan variasi audit judgment, pengalaman, dan moderasi TAJ dapat menjelaskan 96,4
variasi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Sisanya 3,6 dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model
misalnya variabel adversity quotient dan pengetahuan auditor.
b Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F
Tabel 4.22 menyajikan hasil uji statistik F untuk variabel Y, X
2
dan X
3
Tabel 4.22 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X
2
dan X
3
ANOVA
a
Model Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
730,153 3 243,384 561,078 ,000
b
Residual 25,593
59 ,434
Total 755,746
62 a. Dependent Variable: TKPO
b. Predictors: Constant, Moderasi_TAJ, TP, TAJ
Sumber: Data primer yang diolah
95 Tabel di atas menunjukkan nilai F hitung sebesar
561,078 dengan
tingkat signifikansi
0,000. Karena
probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi ketepatan
pemberian opini oleh akuntan publik, atau dapat dikatakan bahwa variabel audit judgment, pengalaman, dan moderasi
TAJ secara bersama-sama berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik.
c Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t
Tabel 4.23 menyajikan hasil uji statistik t untuk variabel Y, X
2
dan X
3
Tabel 4.23 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X
2
dan X
3
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta 1
Constant 32,176
8,581 3,750
,000 TAJ
-,430 ,161
-,744 -2,678 ,010
TP ,058
,282 ,049
,205 ,838
Moderasi_ TAJ
,017 ,005
1,607 3,340
,001 a. Dependent Variable: TKPO
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.23, maka dapat diperoleh model
persamaan regresi sebagai berikut: Y = 32,176 - 0,430X
2
+ 0,058X
3
+ 0,017X
2
X
3
+ 8,581
96 Keterangan:
X
2
= Audit Judgment X
3
= Pengalaman X
2
X
3
= Variabel perkalian antara audit judgment dengan pengalaman yang menggambarkan pengaruh
variabel moderating
pengalaman terhadap
hubungan audit judgment dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik
Hipotesis 4: Pengaruh Audit Judgment terhadap
Ketepatan Pemberian
Opini oleh
Akuntan Publik dengan Pengalaman sebagai Variabel Moderating
Hasil uji hipotesis 4 pada tabel 4.23 menunjukkan bahwa
variabel moderasi
audit judgment
moderasi_TAJ mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini berarti
menerima H
4
sehingga dapat dikatakan pengalaman dapat menjadi variabel moderating antara audit judgment dan
ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel moderasi audit judgment
moderasi_TAJ lebih kecil dari 0,05. Butt 1988 dalam Adrian 2013 memperlihatkan dalam
penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan
97 membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas
profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Ada beberapa studi dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ríos-figueroa Cardona 2013 yang telah mengaitkan pengalaman tingkat auditor dengan professional judgment
mereka dan kemampuan untuk membuat keputusan. Auditor yang lebih berpengalaman memiliki kemudahan dalam
menjelaskan judgment mereka dari auditor yang kurang berpengalaman. Ada perbedaan pengetahuan antara auditor
yang lebih
berpengalaman dan
kurang auditor
berpengalaman. Perbedaan-perbedaan ini dapat menyebabkan auditor yang lebih berpengalaman untuk menggunakan
proses pengambilan keputusan yang berbeda dari kurang auditor berpengalaman. Auditor berpengalaman dapat
mencapai kesimpulan yang tepat dan lebih cepat daripada auditor yang kurang berpengalaman. Kemampuan untuk
mengenali dan memilih informasi yang relevan dalam proses judgment yang kompleks berbeda antara peningkatan kinerja
yang dicapai oleh mereka yang membuat keputusan dan mereka yang memiliki pengalaman.
Pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil. Seseorang
dengan banyak pengalaman dalam suatu bidang akan
98 memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya
dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Penggunaan pengalaman
didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang
memberikan peluang
untuk belajar
melaksanakan tugasnya dengan baik. Auditor yang berpengalaman akan lebih selektif terhadap
informasi yang relevan dan tidak mudah dipengaruhi oleh informasi yang tidak relevan. Selain itu, auditor yang
berpengalaman lebih memingat kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sehingga auditor memperoleh pembelajaran
dan lebih berhati-hati dalam membuat judgment. Banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh auditor akan
lebih meningkatkan judgment yang dimiliki oleh auditor sehingga auditor dapat lebih baik dalam melaksanakan
tugasnya dan dalam dalam memberikan atau menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang sedang diaudit.
99
BAB V PENUTUP