Pengaruh Keahlian Audit Dan Audit Judgment Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Oleh Akuntan Publik Dengan Pengalaman Sebagai Variabel Moderating

(1)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN AUDIT JUDGMENT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI OLEH AKUNTAN PUBLIK DENGAN

PENGALAMAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Dina Mardiana NIM : 1112082000070

PROGRAM STUDIAKUNTASI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Dina Mardiana

2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 28 Desember 1994 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Anak ke- dari : 13 dari 14 bersaudara

6. Alamat : Jl. Mampang Prapatan XIII No. 68c Kec. Mampang Prapatan, Kel. Tegal Parang, Jakarta Selatan 12790

7. Telepon : 083875837897

8. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SD ( 1999-2006) : MI. Sa’adatuddarain 2. SMP (2006-2009) : MTs. Negeri 1 Jakarta 3. SMA (2009-2012) : SMK Negeri 47 Jakarta

4. S1 ( 2012-2016) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Paskibra MTs. Negeri 1 Jakarta (2006-2007)

2. Ekskul Karya Ilmiah Remaja (KIR) MTs. Negeri 1 Jakarta (2007-2008) 3. Rohis SMK Negeri 47 Jakarta (2009-2011)

4. Bendahara Komunitas Tari Tradisional (KONTRAS) Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ( 2014-2015)

IV. LATAR BELAKANG ORANG TUA

1. Ayah : Romli Abdul Hamid

2. Tempat, tangal lahir : Jakarta, 25 Oktober 1948


(7)

viii

4. Ibu : Sunayah

5. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 19 September 1953

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7. Alamat : Jl. Mampang Prapatan XIII No. 68c

Kec. Mampang Prapatan, Kel. Tegal Parang Jakarta Selatan 12790


(8)

ix

INFLUENCE OF AUDIT EXPERTISE AND AUDIT JUDGMENT TO THE ACCURACY OF AUDIT OPINION BY ACCOUNTANT PUBLIC WITH

EXPERIENCE AS MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

This study examines the influence of audit expertise and audit judgment to the accuracy of audit opinion by accountant public with experience as moderating variable. The data reached by distribute the quetioner to Public Accounting Firm in DKI Jakarta. The number of auditor in this study were 63 auditors from 17 Public Accounting Firm. The sample were junior auditor, senior auditor, supervisor, manager, and partner. The method of determining the sample using by convenience sampling method. The data processing methods used by researcher are the multiple regression and moderate regression analysis.

The result shows that audit expertise and audit judgment has significantly influence for the accuracy of audit opinion by accountant public and experience can be a moderating variable to audit expertise and audit judgment.

Keyword: Audit expertise, audit judgment, experience and the accuracy of audit opinion


(9)

x

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN AUDIT JUDGMENT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI OLEH AKUNTAN PUBLIK DENGAN

PENGALAMAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

ABSTRAK

Penelitian ini menguji pengaruh keahlian audit dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik dengan pengalaman sebagai variabel moderating. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta. Jumlah auditor yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 63 auditor dari 17 Kantor Akuntan Publik. Yang menjadi sampel adalah auditor junior, auditor senior, supervisor, manager, dan partner. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

convenience sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda dan analisis regresi moderate.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian audit dan audit judgment

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik dan pengalaman dapat menjadi variabel moderating bagi keahlian audit dan audit judgment.

Kata kunci: Keahlian audit, audit judgment, pengalaman dan ketepatan pemberian opini


(10)

xi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim. Assalammualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Pengaruh Keahlian Audit dan Audit Judgment terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik dengan Pengalaman sebagai Variabel Moderating” dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. teladan bagi insan di muka bumi.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua (Bapak dan Mama) yang telah menjadi penyemangat terbesar dan terbaik dalam hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada henti baik berupa doa maupun kasih sayang berlimpah kepada penulis. 3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen Pembimbing Skripsi yang

telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.


(11)

xii

8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.

9. Seluruh kakak dan adik yang telah memberikan doa, motivasi, inspirasi dan bantuan yang tiada hentinya kepada penulis.

10. Ari Wibowo yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, serta meluangkan banyak waktu kepada penulis untuk menemani menyebarkan kuesioner serta mendengarkan keluh kesah penulis dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga akhir. Terima kasih.

11. Sahabat tercinta dari SMK hingga sekarang alias Ruba (Andyn, Arra, Elis, Febby, Pramesh dan Sifah) yang senantiasa memberikan semangat, dukungan dan doa kepada penulis.

12. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang alias Detoakbocor (Andyn, Aniah, Annisa, Arlia, Hani, Iha, Indah, Tanti dan Wiwi) yang selalu bersama-sama berjuang dari semester awal hingga saat ini, memberikan bantuan, doa, dukungan serta meluangkan waktu untuk penulis terutama Andyn, Annisa dan Indah yang rela mengorbankan waktunya untuk menemani penulis dalam menyebarkan kuesioner. Terima kasih dan see you on top!

13. Teman satu bimbingan alias Perempuan Tanggung (Arlia, Desi, Hani, Inayah dan Indah) yang berjuang bersama, membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

14. Seluruh teman Akuntansi 2012 (khususnya Akuntansi C dan Kelas Konsentrasi Audit) yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis. 15. KKN Heart (Aidha, Al, Andyn, Arif, Atya, Eufrat, Juan, Nanda, Rama, Reza,

Satrio, Sohiman, Taufik, Tegar dan Zakka) yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis terutama Taufik dan Tegar yang telah mengusahakan agar sertifikat KKN dapat dikeluarkan oleh PPM dengan cepat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh


(12)

xiii

karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2016


(13)

xiv DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

COVER ... i

COVER DALAM ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

ABSTRACT ... ix

ABSTRAK ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1. Tujuan Penelitian ... 13

2. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Tinjauan Literatur... 16

1. Theory of Planned Behavior ... 16

2. Teori Atribusi ... 17

3. Keahlian Audit ... 19

4. Audit Judgment ... 23

5. Pengalaman ... 26


(14)

xv

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 33

C. Kerangka Pemikiran ... 41

D. Perumusan Hipotesis ... 43

1. Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik... 43

2. Audit Judgment dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik... 44

3. Pengalaman dalam Memoderasi Keahlian Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik ... 46

4. Pengalaman dalam Memoderasi Audit Judgment terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 51

B. Metode Penentuan Sampel ... 51

C. Metode Pengumpulan Data ... 52

1. Penelitian Pustaka (Library Research) ... 52

2. Penelitian Lapangan (Field Research) ... 52

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 53

1. Keahlian Audit (X1) ... 53

2. Audit Judgment (X2)... 53

3. Pengalaman (X3) ... 54

4. Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik (Y).. 54

E. Metode Analisis Data ... 57

1. Statistik Deskriptif ... 57

2. Uji Kualitas Data ... 57

a. Uji Validitas ... 57

b. Uji Reliabilitas ... 57

3. Uji Asumsi Klasik ... 58


(15)

xvi

b. Uji Normalitas ... 59

c. Uji Heteroskedastisitas ... 59

4. Uji Hipotesis ... 60

a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda ... 60

b. Pengujian dengan Analisis Regresi Moderate (Moderate Regression Analysis-MRA) ... 62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

2. Karakteristik Profil Responden ... 68

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 72

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 72

2. Hasil Uji Kualitas Data ... 73

a. Hasil Uji Validitas ... 73

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 75

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 76

b. Hasil Uji Normalitas ... 77

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79

4. Hasil Uji Hipotesis ... 81

a. Pengujian Hipotesis Regresi Berganda ... 81

b. Pengujian Hipotesis Regresi Moderate Uji Interaksi ... 88

BAB V PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Implikasi ... 100

C. Keterbatasan ... 102

D. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(16)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin dalam Satu

Dekade Terakhir ... 5

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 34

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55

4.1 Data Sampel Penelitian ... 68

4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 69

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ... 70

4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 71

4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 71

4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 72

4.8 Hasil Uji Validitas Keahlian Audit ... 73

4.9 Hasil Uji Validitas Audit Judgment ... 73

4.10 Hasil Uji Validitas Pengalaman ... 74

4.11 Hasil Uji Validitas Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik . 75 4.12 Hasil Uji Reliabilitas... 75

4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ... 76

4.14 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov ... 79

4.15 Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas ... 81

4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1 dan X2 ... 81

4.17 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1 dan X2 ... 82

4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1 dan X3 ... 88

4.19 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1 dan X3... 89

4.20 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1 dan X3 ... 90

4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X2 dan X3 ... 94

4.22 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X2 dan X3... 94


(17)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 41

4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 77

4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 78


(18)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 111

2 Surat Penelitian Skripsi... 113

3 Surat Keterangan dari KAP ... 119

4 Kuesioner Penelitian ... 125

5 Daftar Jawaban Responden... 133


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keahlian audit dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik dengan menempatkan pengalaman sebagai variabel moderating. Sebagaimana diketahui bahwa pihak eksternal selaku pengguna laporan keuangan bisa saja menganggap bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen mengandung kemungkinan adanya ketidakjujuran yang dilakukan oleh manajemen dan menguntungkan bagi pihak mereka. Oleh karena itu, diperlukanlah jasa auditor sebagai pihak yang netral dan independen dalam menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan para pengguna informasi laporan keuangan.

Seorang akuntan publik dalam menjalankan profesinya harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak pada peningkatan hasil auditnya, yaitu dengan memberikan opini audit yang semakin akurat. Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah perusahaan, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa memberikan opini yang tepat (Gusti & Ali, 2008).


(20)

2 Banyaknya kasus perusahaan mengalami kegagalan dalam bisnis akibat gagalnya auditor dalam mendeteksi dapat mengancam kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini mempengaruhi persepsi masyarakat, khususnya pemakai laporan keuangan atas opini audit yang diberikan. Pentingnya opini yang diberikan oleh auditor, maka seorang auditor harus mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit dengan baik, sehingga memadai untuk dapat merumuskan sebuah opini yang tepat (Wahyudi et al., 2014).

Adiloğlu & Vuran (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

setelah terjadinya skandal akuntansi, tanggung jawab auditor untuk menilai kesesuaian opini-opini audit telah menjadi subyek dari banyak perdebatan dalam profesi audit dan penelitian oleh para akademisi. Kebanyakan profesional akuntansi setuju bahwa dalam kebanyakan kasus yang terjadi, auditor telah gagal dalam mengungkap salah saji material dan salah dalam mengeluarkan jenis opini audit dikeluarkan.

Salah satu kasus kegagalan auditor adalah kasus Olympus Corporation yang merupakan sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang optik dan gambar seperti pembuatan kamera, mikroskop, termometer, kartu memori, dan lensa kamera. Olympus didirikan pada tanggal 12 Oktober 1919 di Tokyo, Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan elit Jepang yang mampu bertahan dan mampu bersaing dengan para kompetitornya hingga saat ini dan memiliki banyak cabang di berbagai negara di dunia antara lain di Amerika Serikat dan Jerman. Olympus memiliki pendapatan fantastis dengan


(21)

3 rata-rata penjualan tahunan sebesar USD10 miliar dan mempekerjakan lebih dari 35.000 orang di seluruh dunia.

Olympus Corporation mengalami goncangan hebat pada tahun 2011 ketika skandal besar yang di lakukan Olympus terkuak ke permukaan. Skandal yang berhasil di tutupi selama kurang lebih dua dekade akhirnya terungkap, skandal ini terungkap akibat buntut dari pemecatan CEO Olympus Michael Woodford pada tanggal 14 Oktober 2011 yang baru saja menduduki jabatan tersebut tidak lebih dari 2 minggu. Alasan pemecatan Woodford karena dia mempertanyakan pengambilan keputusan investasi yang di ambil oleh manajemen Olympus selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2002 hingga tahun 2008. Salah satu keputusan investasi yang dipertanyakan adalah akuisisi produsen peralatan medis asal Inggris, Gyrus pada tahun 2008 senilai USD2,2 miliar atau senilai Rp 18,7 triliun. Selain itu juga terdapat biaya penasihat dalam akuisisi Gyrus tersebut sebesar USD687 juta atau senilai Rp 5,83 triliun dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal sebesar USD773 juta atau senilai Rp 6,57 triliun.

Belakangan terkuak bahwa dana yang dikeluarkan Olympus untuk biaya penasihat dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal merupakan akal-akalan. Dana itu di gunakan untuk menutupi kerugian investasi yang dilakukan oleh Olympus di dua dekade lalu. Modus ini pun terlihat terang benderang ketika pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal Jepang tersebut di hapus dari pembukuan olympus. Awalnya, seperti lazimnya skandal yang harus di tutup rapat-rapat, manajemen Olympus menyangkal


(22)

4 mati-matian. Namun, lewat jalan berliku, akhirnya produsen kamera asal Jepang itu mengakui telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama 20 tahun, sejak era 1980-an. Selama dua puluh tahun terakhir manajemen Olympus berhasil menyembunyikan kerugian investasi yang di alaminya dari laporan keuangan miliknya bahkan auditor eksternal Olympus juga tidak mencium aroma kecurangan yang di lakukan oleh manajemen Olympus. Auditor Olympus pada tahun 1990-an adalah Arthur Andersen afiliasi Jepang, yang dulu adalah salah satu dari perusahaan akuntan big five. Setelah Andersen runtuh pada tahun 2002, KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di Jepang dan berganti nama menjadi Asasi &Co, sejak saat itu audit olympus diambil alih oleh Asashi & Co hingga tahun 2009. Olympus kemudian beralih ke Ernest & Young.

Financial Times bulan Oktober 2011 melaporkan ada yang janggal dengan opini KPMG terkait pembukuan Olympus. Tidak ada perselisihan antara KPMG dan Olympus yang diungkap ke publik, namun kemudian terkuak dalam artikel 4 November 2011 di Daily Telegraph. Begitu pula dengan opini Ernest & Young yang tidak mengungkap terjadi masalah. Laporan audit terbaru yang ditandatangani pada 28 Juni 2011 menyebutkan laporan keuangan yang sudah diaudit hanya untuk tahun fiskal 2010 dan 2011. Sementara laporan keuangan 2009 diaudit oleh auditor lain. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat dilihat bahwa tidak hanya Arthur Andersen, melainkan KPMG dan Ernest & Young juga tidak cukup kompeten dalam mengaudit Olympus Corp., karena kegagalan dalam mendekteksi


(23)

5 maupun mengungkapkan kecurangan laporan keuangan mereka (Aliya, 2011).

Kasus lain yang ada di Indonesia adalah dikenakannya sanksi pembekuan akuntan publik yang disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA)-Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang nantinya dinilai akan berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Daftar akuntan publik tersebut dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut ini

Tabel 1.1

Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin dalam Satu Dekade Terakhir

No Akuntan

Publik Keterangan Alasan

1 Ben Ardi, CPA

No. sanksi: 445/KM.1/2015 Tanggal sanksi: 29 Mei 2015 Lama Sanksi: 6 bulan

Belum sepenuhnya mematuhi SA-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Bumi Citra Permai, Tbk tahun 2013

2 Drs Hans Burhanuddin Makarao

No. sanksi: 1124/KM.1/2009 Tanggal sanksi: 9 September 2009 Lama sanksi: 3 bulan

Belum sepenuhnya mematuhi SA-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PTSamcon tahun buku 2008

3 Drs

Basyiruddin Nur

No. sanksi: 1093/KM.1/2009 Tanggal sanksi: 2 September 2009 Lama sanksi: 3 bulan

Belum sepenuhnya mematuhi SA–SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan konsolidasian PT Datascrip dan anak perusahaan tahun buku 2007

4 Drs Muhamad Zen

No. sanksi: 896/KM.1/2008 Tanggal sanksi: 22 Desember 2008 Lama sanksi:

Melakukan pelanggaran terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Pura Binaka Mandiri tahun buku Bersambung pada halaman berikutnya


(24)

6 Tabel 1.1 (Lanjutan)

No Akuntan

Publik Keterangan Alasan

3 bulan 2007

5 Drs Ruslan Hidayat

No. sanksi: 866/KM.1/2008 Tanggal sanksi: 15 Desember 2008 Lama sanksi: 9 bulan

Melakukan pelanggaran terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006

6 Dra. Suhartati Suharso

No. sanksi: 481/KM.1/2008 Tanggal sanksi: 21 Juli 2008 Lama sanksi: 3 bulan

Melakukan pelanggaran terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Batan Teknologi (Persero) tahun buku 2004-2008

7 Drs. Lauddin Purba

No. sanksi: 484/KM.1/2008 Tanggal sanksi: 21 Juli 2008 Lama sanksi: 3 bulan

Melakukan pelanggaran terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Batan Teknologi (Persero) pada periode yang berakhir 30 Juni 2007

8 Drs. Amir Hadyi Nasution

No. sanksi: 485/UM.1/2008 Tanggal sanksi: 21 Juli 2008 Lama sanksi: 3 bulan

Melakukan pelanggaran terhadap SA-SPAP dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Batan Teknologi (Persero) tahun buku 2002 dan 2003

9 Drs Petrus Mitra Winata

Tanggal sanksi: 15 Maret 2007 Lama sanksi: 2 tahun

Melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 10 Justinus

Aditya Sidharta, SE., BAP No. sanksi: 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 Tanggal sanksi: 28 Nopember 2006 Lama sanksi: 2 tahun

Melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk Tahun 2003


(25)

7 Berdasarkan contoh kasus tersebut, dapat dijelaskan bahwa masih adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh auditor dan penyebab terjadinya hal tersebut adalah kurangnya keahlian yang dimiliki auditor dan kemampuan auditor dalam memberikan judgment terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yang sedang diaudit oleh auditor, dimana kurangnya kedua hal tersebut akan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Akan tetapi, dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh auditor, keahlian dan kemampuan auditor dalam memberikan judgment

akan lebih meningkat, sehingga auditor dapat lebih tepat dalam memberikan atau menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang sedang diaudit.

Penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. (2015) menyatakan bahwa ketepatan pemberian opini oleh auditor dapat dipengaruhi oleh keahlian audit. Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.

Wahyudi et al. (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin auditor memiliki keahlian yang baik, maka opini yang akan diberikan semakin tepat. Auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat untuk rencanakan prosedur audit dan mengevaluasi bukti yang diperoleh. Dengan demikian, auditor akan dapat memberikan opini yang akurat. Adrian (2013)


(26)

8 menyatakan bahwa keahlian dapat menjadikan auditor sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan serta keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang professional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.

Oleh karena itu, keahlian dapat dijadikan sebagai salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor, dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan tugas-tugas pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki auditor dapat diperoleh dari pendidikan formal dan non formal. Salah satu sumber peningkatan keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor (Wulandari et al., 2014).

Selain keahlian, ketepatan pemberian opini oleh auditor juga dipengaruhi oleh audit judgment. Menurut Siregar (2012), audit judgment dapat mempengaruhi pertimbangan opini audit. Audit judgment terkait dengan pertimbangan auditor atas tingkat materialitas pada saat mengaudit akan


(27)

9 mempengaruhi opini audit yang dihasilkan. Semakin besar tingkat materialitas semakin auditor cenderung memberikan opini tidak menyatakan pendapat atau disclaimer. Hogarth (1992) dalam Jamilah et al. (2007) menyatakan bahwa judgment memberikan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan/pilihan baru.

Keahlian dan audit judgment berkaitan erat dengan pengalaman. Keahlian dan pengalaman merupakan suatu komponen penting bagi auditor dalam melakukan prosedur audit. Auditor yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman (Butt (1988) dalam Adrian (2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2013) menyatakan bahwa pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan dapat dilihat baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Auditor dengan jam terbang lebih banyak pasti sudah lebih berpengalaman bila dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman. Sabrina & Januarti (2012) menyatakan bahwa pengalaman


(28)

10 audit ditunjukkan dengan jumlah penugasan audit yang pernah dilakukan. Pengalaman seorang auditor menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan.

Menurut Sukendra et al. (2015), pengalaman menjadi indikator penting bagi kualifikasi profesional seorang auditor. Pengalaman audit ditunjukkan dengan jumlah penugasan audit yang pernah dilakukan. Auditor yang telah memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang masih dengan sedikit pengalaman. Wulandari et al. (2014) menyatakan bahwa pengalaman kerja mempengaruhi kemampuan kerja, semakin sering seseorang bekerja dan melakukan pekerjaan yang sama, maka akan semakin terampil orang tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Banyaknya pengalaman kerja di bidang auditing yang dimiliki oleh seorang auditor berupa jumlah penugasan yang pernah dilakukan dalam waktu yang cukup lama, maka keahlian dan kemampuan auditor dalam memberikan opini yang tepat semakin baik sehingga laporan audit yang diterbitkan oleh auditor akan lebih dipercaya oleh pihak eksternal.

Berdasarkan uraian di atas, motivasi untuk melakukan penelitian ini adalah pertama, ketepatan opini merupakan hal yang sangat penting bagi


(29)

11 berbagai pihak dan kesalahan auditor dalam menyatakan pendapat pada laporan audit akan berdampak negatif bagi banyak pihak yang berkepentingan seperti pihak manajemen, investor, publik yang memerlukan informasi atas laporan audit tersebut serta kantor akuntan publik dimana auditor itu bekerja. Kedua, berbagai penelitian sebelumnya mengenai keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. (2015), Wahyudi et al. (2014), dan Adrian (2013) menunjukkan bawa keahlian audit mempengaruhi ketepatan pemberian opini sementara penelitian yang dilakukan oleh Surfeliya et al. (2014), Siregar (2012), Sabrina & Januarti (2012), serta Gusti & Ali (2008) menunjukkan bahwa keahlian audit tidak mempengaruhi ketepatan pemberian opini. Ketiga, dari penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menggunakan variabel pengalaman sebagai variabel moderasi dalam melakukan penelitian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba memasukkan variabel pengalaman sebagai variabel moderasi karena dengan adanya pengalaman diduga akan lebih meningkatkan keahlian dan audit judgment, sehingga auditor dapat melaksanakan tugasnya dan tepat dalam menyatakan opini atas laporan keuangan yang telah diaudit.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Keahlian Audit dan Audit Judgment terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik dengan Pengalaman sebagai Variabel Moderating”.


(30)

12 Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sukendra et al. (2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:

1. Variabel independen yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah skeptisme professional, pengalaman auditor, keahlian audit yang diduga mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Sedangkan, dalam penelitian ini menambahkan satu variabel independen yaitu variabel audit judgment, mengurangi satu variabel dari penelitian sebelumnya yaitu variabel skeptisme professional serta menjadikan variabel pengalaman sebagai variabel moderating karena dengan adanya pengalaman bagi auditor eksternal akan lebih membantu auditor dalam melaksanakan prosedur audit. Variabel moderating inilah yang merupakan ciri khusus dalam penelitian ini karena dalam penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menggunakan variabel pengalaman sebagai variabel moderating.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah staf auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2015 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya adalah semua auditor yang bekerja pada Inspektorat Kabupaten Buleleng, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem.


(31)

13 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah keahlian audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik?

2. Apakah audit judgment berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik?

3. Apakah pengalaman memoderasi pengaruh keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik?

4. Apakah pengalaman memoderasi pengaruh audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang:

a. Pengaruh keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik

b. Pengaruh audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik

c. Peran pengalaman dalam memoderasi pengaruh keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik


(32)

14 d. Peran pengalaman dalam memoderasi pengaruh audit judgment

terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik 2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

b. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang profesi akuntan publik serta menambah pengetahuan akuntansi dan auditing dengan memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit.

c. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

d. Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan ketepatan pemberian opini auditnya dan auditor diharapkan melakukan pengambilan keputusan secara profesional sesuai dengan keahlian yang dimiliki bardasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sehingga auditor dapat menghasilkan kinerja yang baik. e. Pemakai Jasa Akuntansi, sebagai sumber informasi agar klien

auditor dapat mengerti hal-hal yang berhubungan dengan keahlian audit, audit judgment dan pengalaman terhadap opini auditor. Selain


(33)

15 itu, diharapkan kepada klien auditor dapat terus mempertahankan keberlangsungan usahanya sesuai dengan aturan dan tidak melakukan manipulasi bisnis yang dapat merugikan pihak-pihak lain.


(34)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Theory of Planned Behavior

Menurut Ajzen (2005:117 dan 118) Theory Planned of Behavior ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya akan berperilaku pantas (behave in a sensible manner). Pada dasarnya teori ini merupakan fungsi dari tiga dasar determinan. Pertama, terkait dengan sikap dasar seseorang (person in nature) disebut dengan attitude toward the behavior (sikap seorang terhadap perilaku). Contohnya adalah sikap seorang terhadap intuisi, terhadap orang lain, atau terhadap suatu objek. Dalam hal ini, sikap auditor terhadap lingkungan dimana ia bekerja (kantor), terhadap atasannya atau terhadap penjelasan dari kliennya, dan tentunya terhadap pemberian opininya atas laporan keuangan.

Fungsi dasar determinan yang kedua, menggambarkan pengaruh sosial (sosial influence) yang disebut norma subjektif (subjective norm). Persepsi seseorang terhadap perilaku yang bersifat normatif (sesuai dengan norma yang dapat diterima orang lain) akan membentuk suatu norma subyektif dalam diri seseorang. Ketiga, yang berkaitan dengan isu kontrol (issues of control) yang disebut dengan perceived behavioral control (persepsi mengenai kontrol perilaku). Faktor ini berkaitan dengan


(35)

17 pengalaman masa lalu dan persepsi seseorang mengenai seberapa sulit untuk melakukan suatu perilaku tertentu.

Teori ini digunakan untuk menjelaskan pengalaman auditor dalam melakukan prosedur audit sampai memberikan opini atas laporan keuangan. Dengan adanya pengalaman yang dimiliki auditor, auditor dapat menentukan hal-hal atau sikap yang pantas untuk dilakukan, sesuai dengan norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan tempat ia bekerja. Selain itu, pengalaman auditor juga mampu mengontrol atau mengendalikan sikapnya karena pada dasarnya sikap adalah kepercayaan postif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, sehingga intensi untuk berperilaku ditentukan dari sikap.

Diantara faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi dimana pembentukan sikap ini penting dan akan berpengaruh pada prosedur audit yang dijalani auditor sehingga opini yang diberikan akan tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya serta auditor yang berpengalaman mampu menjelaskan hasil audit yang lebih luas. Oleh karena itu pemilihan landasan teori ini dapat menjelaskan pengalaman dan perannya dalam memoderasi pengaruh keahlian dan audit judgment terhadap ketepatan pemberian opini.

2. Teori Atribusi

Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang mengintrepestasikan suatu peristiwa, mempelajari proses bagaimana seseorang mengintrepestasikan alasan atau sebab perilakunya. Teori ini


(36)

18 dikembangkan oleh Fritz Haider yang mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang itu ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal

(internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang misalnya kemampuan atau usaha dan kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar misalnya kesulitan tugas atau keberuntungan (Suartana, 2010:181).

Teori atribusi menekankan gagasan bahwa seseorang termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa lebih baik akan dirinya sendiri. Atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil yang diperoleh berdasarkan persepsi individu atau pemikiran dan pendapat masing-masing individu.

Teori atribusi berkaitan dengan proses di mana individu menginterpretasikan bahwa peristiwa di sekitar mereka disebabkan oleh bagian lingkungan mereka yang secara relatif stabil. Secara singkat, teori atribusi berusaha untuk menjelaskan bagian mengapa dari perilaku. Secara lebih spesifik, individu akan berusaha menganalisis mengapa peristiwa tertentu muncul dan hasil dari analisis tersebut akan mempengaruhi perilaku mereka di masa mendatang (Ivancevich et al., 2005:123).

Teori ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh dari keahlian dan

audit judgment. Atribusi menyebabkan diri auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya dengan baik. Auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat


(37)

19 untuk merencanakan prosedur audit dan mengevaluasi bukti yang diperoleh. Dengan demikian, akan dapat memberikan opini yang tepat akurat.

Auditor juga harus menggunakan kemahirannya untuk membuat pertimbangan (judgment), sehingga auditor dapat memperoleh dan mengevaluasi bukti yang memadai untuk ditariknya kesimpulan audit dan mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, pencapaian hasil yang diharapkan akan lebih terealisasi. Keberhasilan atau kegagalan menurut persepsi individu menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan di masa mendatang dan menimbulkan emosional. Dalam hal ini, auditor yang memiliki pengalaman yang kurang baik menyebabkan munculnya suatu tindakan untuk lebih baik di akan datang dan akan mengetahui dengan baik bagaimana pertimbangan yang harus dilakukan, sehingga dapat memberikan opini yang tepat.

3. Keahlian Audit

Standar umum pertama menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor (SA seksi 210 dalam SPAP). Standar ini menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar ini jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Pendidikan formal auditor independen dan


(38)

20 pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain (Agoes, 2012:32). Dan standar umum ketiga menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (SA seksi 230 dalam SPAP).

Menurut Rai (2008:51) menyatakan bahwa dasar pemikiran standar umum ketiga ini adalah keahlian atau keterampilan serta kebebasan bertindak dan berpendapat akan mencapai mutu pekerjaan yang baik apabila audit dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan. Seorang auditor harus memiliki latar belakang pendidikan yang memadai dibidang auditing. Dalam melakukan pemeriksaan audit terhadap sistem keuangan, catatan atas laporan keuangan, maka para auditor wajib mempunyai suatu keahlian yang mendukungnya, karena dalam melakukan suatu pemeriksaan, tidak sembarang orang dapat melakukan teknik audit. Oleh karena itu, setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.

Menurut Hosseinniakani et al. (2014), keahlian audit memainkan peran penting dalam kualitas audit. Auditor dituntut memiliki kompetensi dan informasi teknis yang lebih tinggi sehingga auditor mampu mendeteksi salah saji material yang ada dalam laporan keuangan. Keahlian audit yang lebih tinggi dapat menyebabkan kualitas audit yang lebih tinggi.


(39)

21 Keahlian adalah keterampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Seorang yang ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan (Sukendra et al., 2015).

Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang professional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing (Adrian, 2013).

Menurut Tan dan Libby (1997) dalam Adrian (2013), keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan


(40)

22 keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis mapupun pendidikan umum. Asisten junior untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi (Christiawan, 2002).

Orang lain akan menilai seseorang yang berkeahlian tinggi pasti akan berperilaku baik, oleh karena itu setiap individu dengan keahlian


(41)

23 tertentu biasanya akan bersikap sesuai dengan bagaimana persepsi orang lain terhadap dirinya (Sabrina & Januarti, 2012).

Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa keahlian audit adalah kemampuan auditor dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan serta jarang terjadinya kesalahan dalam melakukan pekerjaan yang diberikan. Dengan banyaknya pengetahuan yang didapat dari belajar baik formal maupun non formal, pelatihan yang memadai, serta banyaknya pengalaman dalam bidang audit, maka keahlian audit dapat terus meningkat.

4. Audit Judgment

Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Menurut Siregar (2012), audit judgment

adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi yang terus menerus, sehingga dapat mempengaruhi pilihan dan cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah dalam proses incremental judgment, jika informasi terus menerus datang akan muncul pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan baru.


(42)

24

Judgment sering dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu entitas. Audit judgment melekat pada setiap tahap dalam proses audit laporan keuangan, yaitu penerimaan perikatan audit, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit, dan pelaporan audit.

Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pertimbangan profesional tersebut diantaranya berkaitan dengan gangguan terhadap independensi, pertimbangan tentang hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan, pertimbangan profesionalnya terhadap prosedur pemeriksaan yang dirancang untuk menilai salah saji material dan mempertimbangkan pengendalian intern dari entitas yang diperiksa (Praditaningrum & Januarti, 2012).

Pertimbangan (judgment) auditor dapat menjadi bias terhadap perlakuan akuntansi yang dipreferensikan klien tersebut karena auditor dibayar oleh klien dan ingin memberikan kepuasan kepada kliennya untuk mempertahankan bisnisnya. Tetapi di lain pihak, auditor


(43)

25 dihadapkan pada kemungkinan perkara hukum yangakan timbul di masa yang akan datang, kehilangan reputasi, dan sangsi dari organisasi profesi yang dapat menetralkan bias tersebut. Lagi pula auditor harus mempertahankan objektivitas dan independensinya (Arum, 2008).

Siregar (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa hubungan

judgment didasari oleh dua konsep yaitu konsep materialitas dan resiko dan dikaitkan dengan laporan keuangan judgment yang ditentukan dengan mempertimbangkan kedua konsep tersebut akan berpengaruh pada opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.

Materialitas berhubungan dengan judgment, ketika dikaitkan dengan evaluasi resiko, pertimbangan inilah yang akan mempengaruhi cara-cara pencapaian tujuan audit, ruang lingkup dan arah pekerjaan terperinci serta disposisi kesalahan dan kelalaian. Sedangkan resiko menunjukan tingkat resiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapat atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material (Arifuddin (2002) dalam Siregar (2012).

Menurut FASB no. 2 mendefinisikan materialitas adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut. Materialitas suatu error

sangat sulit diukur dan ditentukan dan sangat tergantung pada pertimbangan (judgment) dari auditor. Keadaan tersebut


(44)

26 mengidentifikasikan bahwa dalam suatu audit dibutuhkan akurasi prosedur-prosedur audit yang tinggi untuk mengetahui atau bila mungkin, meminimalkan unsur resiko dalam suatu audit.

Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa audit judgment adalah pertimbangan audit yang berhubungan dengan materialitas dan resiko, dimana jika terjadi kekeliruan pertimbangan audit atas materialitas akan menimbulkan resiko audit sehingga terjadi kekeliruan dalam menyatakan opini atas laporan keuangan.

5. Pengalaman

Definisi pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang diperoleh dari suatu peristiwa melalui pengamatan langsung ataupun berpartisipasi dalam peristiwa tersebut (Sukendra et al., 2015).

Arens menyebutkan:

Auditor harus menjalani pendidikan formal dibidang akuntansi, pengalaman praktis yang cukup banyak dalam bidang kerja yang dilakukannya, serta pendidikan profesi yang berkelanjutan. Auditor harus memiliki kualifikasi teknis serta berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens, 2003).

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi berperilaku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Adrian, 2013).


(45)

27 Pengalaman kerja seseorang akan menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukannya dan memberikan peluang yang lebih besar baginya untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Jika seseorang memasuki karir sebagai akuntan publik, ia harus lebih dahulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Bahkan agar akuntan yang baru (junior) selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani latihan teknis dalam profesinya, pemerintah mengisyaratkan pengalaman kerja di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 Tanggal 05 Februari 2008).

Pengalaman menjadi indikator penting bagi kualifikasi profesional seorang auditor. Pengalaman audit adalah pengalaman yang diperoleh auditor selama melakukan proses audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Auditor yang telah memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang


(46)

28 lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang masih dengan sedikit pengalaman (Sukendra et al., 2015).

Cara memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan berbeda, demikian halnya dalam memberikan kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa (Wahyudi et al., 2014).

Butt (1988) dalam Adrian (2013) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat

judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Serta Pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit akan memberikan suatu pengalaman yang lebih bervariasi dan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian auditor. Auditor yang memilki banyak pengalaman dalam melakukan audit akan lebih baik dalam memberikan opini audit (Sabrina & Januarti, 2012).

Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah suatu hal yang dapat dijadikan pembelajaran bagi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga auditor dapat memiliki kemampuan yang lebih dalam menemukan kekeliruan

(error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan.


(47)

29 6. Opini Audit

Opini audit merupakan final report atas audit yang dilakukan. Dengan pemberian opini oleh auditor sesuai kode etik yang berlaku, tentu ini akan membawa citra positif bagi masyarakat dan dunia usaha. Perusahaan yang mendapat opini unqualified secara konsisten atas laporan keuangan perusahaan akan memberi keyakinan masyarakat untuk mempercayai pengelola dananya secara pasti (Surfeliya et al., 2014).

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik yang berbasis

International Standard on Audits (ISA) (SA 700 dan SA 705), ada duabentuk opini audit, yaitu:

a. Opini tanpa modifikasian

Opini yang dinyatakan oleh auditor ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Laporan audit harus menyatakan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan

Publik Indonesia (“IAPI”). Laporan auditor juga harus menjelaskan

bahwa standar tersebut mengharuskan auditor untuk mematuhi ketentuan etika dan bahwa auditor merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.

Ketika laporan keuangan disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, penjelasan tentang audit dalam laporan auditor harus


(48)

30

merujuk pada “penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan

entitas.”

Laporan auditor harus menyatakan bahwa auditor meyakini bahwa bukti audit yang telah diperoleh oleh auditor sudah cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opiniauditor.

b. Opini modifikasian

Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika: 1) Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang

diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material; atau

2) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.

Ada tiga jenis opini modifikasian, yaitu: 1) Opini wajar dengan pengecualian

Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:

(a) Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material, tetapi tidak pervasif, terhadap laporan keuangan; atau

(b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan


(49)

31 bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif.

Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian karena terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, kecuali untuk dampak hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian:

(a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka penyajian wajar; atau

(b) Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka kepatuhan. 2) Opini tidak wajar

Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan.


(50)

32 menyatakan dalam paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar:

(a) Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka penyajian wajar; atau (b) Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang

material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka kepatuhan. 3) Opini tidak menyatakan pendapat

Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif. Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang sangat jarang yang melibatkan banyak ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa, meskipun telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut, auditor tidak dapat merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan kemungkinan dampak kumulatif dari ketidakpastian tersebut terhadap laporan keuangan.


(51)

33 Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuannya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini bahwa:

(a) Karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit, danoleh karena itu; (b) Auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1


(52)

34 Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Putu Sukendra,

Gede Adi

Yuniarta, Anantawikrama Tungga Atmadja (2015) Pengaruh Skeptisme Profesional, Pengalaman Auditor, dan Keahlian Audit terhadap

Ketepatan

Pemberian Opini oleh Auditor

Jenis data primer. Variabel

pengalaman dan keahlian audit.

Populasi dalam

penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja pada Inspektorat Kabupaten Buleleng, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem. Tidak ada variabel audit judgment dan skeptisme profesional.

Skeptisme profesional, pengalaman auditor, keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini olehauditor secara parsial.

2 Andra Maria Achim (2014)

Proffesional

Judgment The

Key to A

Succesful Audit

Variabel judgment

dan opini audit.

Metodologi penelitian kualitatif. Tidak terdapat variabel keahlian audit dan pengalaman.

Proffesional judgment

berpengaruh terhadap opini audit.

3 Dwi Putra

Wahyudi,

Emrinaldi Nur DP, dan Julita Saidi (2014)

Hubungan Etika Profesi, Keahlian, Pengalaman, dan Situasi Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini

Jenis data primer. Variabel keahlian dan pengalaman.

Populasi dan sampel: auditor yang terdaftar pada Direktori IAPI tahun 2013 di kota Batam, Pekanbaru, dan Palembang, tidak

Etika profesi, keahlian, dan pengalaman memiliki hubungan langsung dengan ketepatan pemberian opini akuntan publik. Pertimbangan materialitas menunjukkan bahwa etika Bersambung pada halaman berikutnya


(53)

35 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

dalam Audit Laporan

Keuangan melalui Pertimbangan Materialitas dan Skeptisisme Profesional Auditor

terdapat variabel etika profesi, dan situasi audit serta variabel mediasinya adalah pertimbangan materialitas, skeptisisme profesional auditor dan

audit judgment.

profesi dan skeptisisme profesional memiliki hubungan dengan ketepatan opini akuntan publik dan pengujian dengan mediasi skeptisisme profesional auditor menunjukkan bahwa variabel etika dan situasi audit yang memiliki hubungan signifikan terhadap ketepatan pemberian opini.

4 Fanny Surfeliya, Andreas, dan Yusralaini (2014)

Pengaruh Skeptisisme Profesional, Situasi Audit, Kompetensi, Etika Audit, Pengalaman dan Keahlian Audit terhadap

Ketepatan dalam Pemberian Opini

Jenis data primer. Variabel keahlian

audit, dan

pengukuran variabel menggunakan skala likert.

Populasi: auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan tidak terdapat variabel skeptisisme profesional, situasi audit, kompetensi, etika audit dan audit judgment.

Skeptisisme profesional berpengaruh signifikan terhadap ketepatan dalam memberikan pendapat auditor. Dan situasi audit, kompetensi, etika, pengalaman dan keahlian audit mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap ketepatan dalam memberikan pendapat auditor.


(54)

36 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

oleh Auditor BPK 5 Arfin Adrian

(2013)

Pengaruh Skeptisme Profesional, Etika,

Pengalaman, dan Keahlian Audit terhadap

Ketepatan

Pemberian Opini oleh Auditor

Jenis data primer. Variabel

pengalaman dan keahlian audit.

Populasi dan sampel: auditor yang bekerja pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Riau. Tidak ada variabel audit judgment,

skeptisme profesional auditor, dan etika.

Skeptisme profesional,etika, pengalaman, dan keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor BPK Perwakilan Provinsi Riau.

6 Hamideh Daneshmandi Bafqi,

Mahmood MoeinAddin

and Abbas

AlaviRad (2013)

The Relationship between Auditor’s Characteristics and Audit Quality

Terdapat variabel keahlian audit.

Jenis data sekunder. Populasi: Perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Teheran. Variabel kualitas audit.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

audit tenure dan kualitas audit. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara keahlian audit dan kualitas audit.

7 A. A. Istri Dewi Rharasati

I. D. G. Dharma

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi

Jenis data primer. Variabel

pengalaman.

Populasi: Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Bali

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, etika profesi, komitmen profesional, pengalaman kerja, Bersambung pada halaman berikutnya


(55)

37 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Suputra (2013) Auditor dalam Pengambilan Keputusan untuk Memberikan Opini Audit

yang tergabung dalam Institut Akuntan Publik Indonesia. Tidak ada variabel audit judgment,

etika profesi, komitmen profesional, dan indepedensi auditor.

dan indepedensi auditor

berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan untuk memberikan opini audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

8 Silky Raditya Siregar (2012)

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pertimbangan Opini Auditor atas Laporan Keuangan

Pemerintah

Daerah Istimewa Yogyakarta

Jenis data primer. Variabel keahlian audit dan audit judgment.

Pengukuran variabel menggunakan skala likert.

Populasi: auditor yang bekerja pada Kantor Badan Pengawasan

Keuangan (BPK)

Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak ada variabel independensi dan lingkup audit.

Independensi, keahlian audit, lingkup audit, dan audit

judgment secara simultan

mempengaruhi pertimbangan opini audit. Secara parsial independensi, keahlian audit, lingkup audit, audit judgment

berpengaruh terhadap

pertimbangan opini audit. 9 Rr. Sabrina K.

Indira Januarti (2012)

Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, dan

Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor

Tidak terdapat variabel situasi audit, etika, gender dan audit judgment.

Penelitian ini memberikan bukti bahwa gender dan situasi audit berpengaruh positif dengan ketepatan pemberian opini Bersambung pada halaman berikutnya


(56)

38 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Gender terhadap Ketepatan

Pemberian Opini Auditor melalui Skeptisisme Profesional Auditor

Akuntan Publik di Jakarta. Variabel pengalaman dan keahlian audit.

auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Sedangkan faktor lainnya pengalaman, keahlian, situasi dan etika tidak berpengaruh langsung terhadap ketepatan pemberian opini.

10 Burcu Adiloğlu

dan

Bengu Vuran, (2011)

A Multicriterion Decision Support Methodology For Audit Opinions:

The Case Of

Audit Reports Of Distressed Firms In Turkey

Variabel opini audit. Jenis data sekunder. Menggunakan analisis regresi logistik untuk menguji model akan keputusan opini audit. Sampel perusahaan yang mengalami kesulitan

keuangan yang

beroperasi di sektor manufaktur di Bursa Efek Istanbul (ISE) antara periode 1998- 2006.

Opini audit perusahaan yang bermasalah menunjukkan bahwa

auditor gagal untuk

mengeluarkan opini-opini audit yang tepat pada laporan audit satu tahun sebelum kegagalan.


(57)

39 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

11 Ferdinand A. Gul,

DonghuiWu, and Zhifeng Yang (2011)

Do Individual Auditors Affect Audit Quality?

Evidence from

Archival Data

Jenis data primer. Terdapat variabel pengalaman.

Variabel kualitas audit. Menggunakan metode regresi least trimmed squares (LTS).

Hasil ini menunjukkan bahwa karakteristik individu auditor dapat mempengaruhi penilaian dan keputusan mereka, akhirnya menerjemahkan ke dalam variasi dalam kualitas audit pada setiap individu auditor.

12 Maghfirah Gusti dan Syahril Ali (2008)

Hubungan Skeptisme Profesional

Auditor dan Situasi Audit, Etika,

Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik

Jenis data primer. Variabel

pengalaman dan keahlian audit.

Populasi dan sampel: partner dan auditor senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Sumatera. Tidak terdapat variabel skeptisme profesional dan situasi audit, etika dan audit judgment.

Skeptisme profesional memiliki hubungan yang signifikan dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Sementara itu, hanya situasi audit yang memiliki hubungan yang signifikan dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Tiga variabel lainnya (etika, pengalaman dan keahlian audit) mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan


(58)

40 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

publik. 13 Ida Suraida

(2005)

Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional

Auditor dan Ketepatan

Pemberian Opini Akuntan Publik

Jenis data primer. Variabel

pengalaman.

Populasi: para auditor

yang berhak

menandatangani laporan akuntan. Tidak terdapat variabel keahlian audit dan audit judgment.

Etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme professional auditor secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.


(59)

41 Keahlian

Audit (X1)

Audit Judgment

(X2)

Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan

Publik (Y) Pengalaman

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1

GAP

Pengaruh Keahlian Audit dan Audit Judgment terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publikdengan Pengalaman sebagai Variabel

Moderating

Basis Teori : Theory of Planned Behavior dan Teori Atribusi

Variabel Dependen Teori : Auditor Harus

Mematuhi Standar Profesional Akuntan

Publik (SPAP)

Praktik : Masih Terdapat Auditor yang

Tidak Mematuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)


(60)

42 Keahlian

Audit (X1)

Audit Judgment

(X2)

Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan

Publik (Y) Pengalaman

Gambar 2.1 (Lanjutan)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Regresi Berganda

Regresi Moderate

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran Metode Analisis :Regresi


(61)

43 D. Perumusan Hipotesis

1. Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik

Keahlian audit adalah kemampuan auditor dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan serta jarang terjadinya kesalahan dalam melakukan pekerjaan yang diberikan. Dengan banyaknya pengetahuan yang didapat dari belajar baik formal maupun non formal, pelatihan yang memadai, serta banyaknya pengalaman dalam bidang audit, maka keahlian audit dapat terus meningkat. Dengan keahlian audit yang terus meningkat, maka kegagalan auditor dalam memberikan dalam laporan audit dapat diminimalisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh DaneshmandiBafqi et al. (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keahlian audit dan kualitas audit. Dengan keahlian audit, auditor lebih mampu mengenai dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan perusahaan serta mampu untuk menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan audit atas laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi et al. (2014) menyatakan bahwa keahlian memiliki hubungan langsung dengan ketepatan pemberian opini akuntan publik. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2013) yang menyatakan bahwa keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor dan penelitian yang dilakukan


(62)

44 oleh Sukendra et al. (2015) menyatakan bahwa keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin banyak keahlian yang dimiliki oleh auditor, maka dalam pemeriksaan dan pemberian opini oleh auditor semakin handal dan akurat.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Surfeliya et al. (2014) menyatakan bahwa keahlian audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Gusti & Ali (2008) yang menyatakan bahwa keahlian audit mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik serta penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2012), Sabrina & Januarti (2012) yang menyatakan bahwa keahlian audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

Berdasarkan ketidakkonsistenan dari penelitian-penelitian tersebut, maka keterkaitan antara keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini audit dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H1: Keahlian audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik.

2. Audit Judgment dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik

Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat


(63)

45 atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pertimbangan profesional tersebut diantaranya berkaitan dengan gangguan terhadap independensi, pertimbangan tentang hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan, pertimbangan profesionalnya terhadap prosedur pemeriksaan yang dirancang untuk menilai salah saji material dan mempertimbangkan pengendalian intern dari entitas yang diperiksa (Praditaningrum & Januarti, 2012).

Ríos-figueroa & Cardona (2013)dalam penelitiannya menyatakan bahwa auditor menggunakan pertimbangan profesional (professional judgment) dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk mengeluarkan pendapat atas kewajaran laporan keuangan entitas bisnis serta Idris (2012) dalam Ariyantini et al. (2014) menyatakan bahwa dalam setiap proses audit digunakan judgment. Ketepatan judgment auditor akan mempengaruhi kualitas hasil audit dan opini auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2012) menyatakan bahwa adanya pengaruh audit judgment terhadap pertimbangan pemberian opini. Hasil Penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Achim (2014) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh


(64)

46 pertimbangan profesional (professional judgment) dalam opini audit. Menggunakan proffesional juugement dalam melaksanakan tugas audit merupakan hal wajib bagi auditor. Dengan adanya pertimbangan profesional (professional judgment), auditor akan terhindar dari kesalahan dalam mengeluarkan opini atas laporan keuangan. Mengeluarkan pendapat yang salah pada laporan keuangan dapat mengakibatkan hilangnya reputasi, litigasi dan kerugian finansial bagi perusahaan audit (Kantor Akuntan Publik).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka keterkaitan antara audit judgment dengan ketepatan pemberian opini audit dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H2: Audit judgment berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik.

3. Pengalaman dalam Memoderasi Keahlian Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik

Pengalaman dari banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit akan memberikan suatu pengalaman yang lebih bervariasi dan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian auditor. Auditor yang memilki banyak pengalaman dalam melakukan audit akan lebih baik dalam memberikan opini audit (Sabrina & Januarti, 2012).

Ashton (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keahlian akan lebih baik jika auditor memiliki pengetahuan dan pengalaman. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa auditor yang memiliki


(1)

164

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

1. HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Toleran

ce VIF 1 (Constant) 1,393 1,241 1,122 ,266

TKA ,871 ,056 ,699 15,590 ,000 ,553 1,808 TAJ ,200 ,026 ,347 7,732 ,000 ,553 1,808 a. Dependent Variable: TKPO

Coefficient Correlationsa

Model TAJ TKA

1 Correlations TAJ 1,000 -,668 TKA -,668 1,000 Covariances TAJ ,001 -,001 TKA -,001 ,003 a. Dependent Variable: TKPO


(2)

165

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 63

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std.

Deviation ,90207101 Most Extreme

Differences

Absolute ,107

Positive ,107

Negative -,093

Test Statistic ,107

Asymp. Sig. (2-tailed) ,070c a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(3)

166

3. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Hasil Uji Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1(Constant) 2,000 ,747 2,676 ,010

TKA ,000 ,034 ,002 ,013 ,989

TAJ -,026 ,016 -,276 -1,654 ,103 a. Dependent Variable: ABS_RES


(4)

167

HASIL UJI REGRESI BERGANDA Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TAJ, TKAb . Enter

a. Dependent Variable: TKPO b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,966a ,933 ,931 ,917

a. Predictors: (Constant), TAJ, TKA b. Dependent Variable: TKPO

ANOVAa

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 705,295 2 352,647 419,391 ,000b

Residual 50,451 60 ,841

Total 755,746 62

a. Dependent Variable: TKPO b. Predictors: (Constant), TAJ, TKA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,393 1,241 1,122 ,266

TKA ,871 ,056 ,699 15,590 ,000

TAJ ,200 ,026 ,347 7,732 ,000


(5)

168

HASIL UJI REGRESI MODERATE UJI INTERAKSI

1. Interaksi Antara Keahlian Audit (X1) dengan Pengalaman (X3) Mempengaruhi Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik (Y)

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Moderasi_T

KA, TKA, TPb

. Enter a. Dependent Variable: TKPO

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,989a ,978 ,977 ,527

a. Predictors: (Constant), Moderasi_TKA, TKA, TP b. Dependent Variable: TKPO

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 739,346 3 246,449 886,635 ,000b

Residual 16,400 59 ,278

Total 755,746 62

a. Dependent Variable: TKPO

b. Predictors: (Constant), Moderasi_TKA, TKA, TP

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 33,174 5,209 6,369 ,000

TKA -,597 ,172 -,479 -3,469 ,001

TP -,266 ,190 -,226 -1,402 ,166

Moderasi_TKA ,034 ,006 1,669 5,961 ,000 a. Dependent Variable: TKPO


(6)

169

2. Interaksi Antara Audit Judgment (X2) dengan Pengalaman (X3) Mempengaruhi Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik (Y)

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Moderasi_T

AJ, TP, TAJb . Enter a. Dependent Variable: TKPO

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,983a ,966 ,964 ,659

a. Predictors: (Constant), Moderasi_TAJ, TP, TAJ b. Dependent Variable: TKPO

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 730,153 3 243,384 561,078 ,000b

Residual 25,593 59 ,434

Total 755,746 62

a. Dependent Variable: TKPO

b. Predictors: (Constant), Moderasi_TAJ, TP, TAJ

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 32,176 8,581 3,750 ,000

TAJ -,430 ,161 -,744 -2,678 ,010

TP ,058 ,282 ,049 ,205 ,838

Moderasi_TAJ ,017 ,005 1,607 3,340 ,001 a. Dependent Variable: TKPO


Dokumen yang terkait

Pengaruh Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit terhadap Ketepatan

1 14 158

Pengaruh Indepensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing serta Skeptisme Profesional Auditor terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit oleh Akuntan Publik

0 28 159

“PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN TERHADAP AUDIT JUDGMENT” Pengaruh Keahlian Audit, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Pengalaman Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik d

0 1 31

PENGARUH ETIKA PROFESI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN Pengaruh Etika Profesi, Pengalaman Kerja, Independensi dan Keahlian Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di

0 4 14

PENGARUH ETIKA PROFESI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN Pengaruh Etika Profesi, Pengalaman Kerja, Independensi dan Keahlian Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di

0 4 20

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH AKUNTAN PUBLIK.

0 2 8

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA, PENGALAMAN DAN KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Etika, Pengalaman Dan Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik Di Kota Surakarta.

0 1 12

PENDAHULUAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Etika, Pengalaman Dan Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik Di Kota Surakarta.

0 0 10

Pengaruh Skeptisisme Profesional, Audit, Etika, Keahlian dan Pengalaman terhadap Ketepatan Pemberian Opini oleh Auditor (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Ernst & Young).

2 11 21

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL, SITUASI/ RESIKO AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN, KEAHLIAN, DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDIT OLEH AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SEMARANG - Unika Repository

0 0 14