4 Cleaning, melakukan pembersihan data dengan mengecek kembali data yang
sudah dimasukkan, yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel- variabel yang diteliti dan menilai kategori.
5 Tabulating, yaitu memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam tabel yang
tersedia Hidayat, 2007.
J. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Analisis univariat ini menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase setiap variable penelitian. 2.
Analisis Bivariat Analisa data dengan analisa bivariat menggunakan program komputer SPSS
dengan uji kai kuadrat chi square dengan tingkat kepercayaan 95 artinya jika p hitung α 0,05 maka H0 ditolak atau ada hubungan kedua variabel
secara signifikan, apabila nilai p hitung α 0,05 maka H0 diterima, berarti kedua variabel secara statistik tidak berhubungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti pada Bulan Februari- April 2014 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan. Data diperoleh dengan membagikan
kuesioner kepada ibu nifas di ruangan nifas RSIA SRI RATU sebanyak 67 responden.
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas di RSIA SRI RATU
Medan” di sajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan sesuai dengan tabel sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Analisis Univariat
Merupakan analisis data yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian ke dalam tabel distribusi frekuensi.
a. Karakteristik Responden Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di Ruang Nifas RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014
Karakteristik Frekuensi
Persentase Paritas
Primigravida 23
34,3 Secundi gravid
25 37,3
Multi gravid 19
28,4
Total
67 100
Umur
20 tahun 5
7,5 20-35 tahun
52 77,6
35 tahun 10
14,9
Total 67
100
Pendidikan
Rendah blm tamat SD- SMP
9 13,4
Tinggi SMASMK-PT 58
86,6
Total 67
100
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan
PNS 30
44,8 Non PNS
37 55,2
Total 67
100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa paritas responden mayoritas secundigravida sebanyak 25 orang 37,3, umur responden mayoritas 20-35 tahun
sebanyak 52 orang 77,6, pendidikan responden mayoritas pendidikan tinggi SMASMK-PT sebanyak 58 orang 86,6 dan dari segi pekerjaan responden
mayoritas non PNS sebanyak 37 orang 55,2.
b. Karakteristik Bidan Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Bidan Di Ruang Nifas RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014
Karakteristik Frekuensi
Persentase Umur
21-25 Tahun 2
11,1 26-30 Tahun
4 22,2
31-35 Tahun 9
50,0 36-40 Tahun
2 11,1
41-45 Tahun 1
5,6
Total 18
100,0
Pendidikan
D3 Kebidanan 18
100,0
Universitas Sumatera Utara
Total 18
100,0
Lama Kerja
0-5 Tahun 3
16,7 6-10 Tahun
2 11,1
11-15 tahun 4
22,2 16-20 Tahun
6 33,3
21-25 Tahun 3
16,7
Total 18
100,0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa umur bidan mayoritas 31-35 tahun sebanyak 9 orang 50,0, pendidikan bidan mayoritas d3 kebidanan sebanyak
18 orang 100, lama kerja bidan mayoritas 16-20 tahun sebanyak 6 orang 33,3.
c. Komunikasi Verbal oleh Bidan Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Komunikasi Verbal Oleh Bidan Di Ruang Nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014
Komunikasi Verbal Frekuensi
Persentase Baik
57 85,0
Tidak Baik 10
15, 0 Total
67 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas komunikasi verbal oleh bidan dinyatakan baik sebanyak 57 orang 85,0.
d. Komunikasi Non Verbal oleh Bidan Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Komunikasi Non Verbal Oleh Bidan Di Ruang Nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014
Komunikasi Non Verbal
Frekuensi Persentase
Baik 52
77,6 Tidak Baik
15 22,4
Total 67
100,0
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas komunikasi Non Verbal oleh bidan dinyatakan baik sebanyak 52 orang 77,6.
e. Tingkat kepuasan pasien
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kepuasan Ibu Nifas Di Ruang Nifas RSIA SRI RATU
Medan Tahun 2014
Kepuasan Frekuensi
Persentase Tidak Puas
54 80,6
Puas 13
19,4 Total
67 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden merasa puas oleh komunikasi verbal dan nonverbal bidan sebanyak 54 orang
80,6.
2. Analisis Bivariat
Merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kedua variabel, yaitu dengan menyilang antara variabel dependent dan variabel
independent.
a. Analisis Hubungan Komunikasi Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat
Kepuasan Ibu Nifas Tabel 5.6
Tabulasi silang antara komunikasi verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu nifas di ruang nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014
No. Komunikasi
Verbal Kepuasan ibu Nifas
Jumlah Tidak Puas
Puas F
F F
1 Baik
3 4,4
53 79,1
56 83,6
2 Tidak Baik
10 15,0
1 1,4
11 16,4
Total 13
19,4 54
80,6 67
100,0
Continuity Correction 0,000
ρ= 0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 53 responden 79,1 yang merasa puas dengan komunikasi verbal bidan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uji chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 95,
maka didapatkan ρ α 0,000 0,05 berarti H
ditolak. Hal ini secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal oleh
bidan dengan kepuasan ibu nifas.
b. Analisis Hubungan Komunikasi Non Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas
Tabel 5.7 Tabulasi silang antara komunikasi non verbal oleh bidan dengan tingkat
kepuasan ibu nifas di ruang nifas RSIA SRI RATU Medan Tahun 2014
No. Komunikasi Non
Verbal Kepuasan ibu Nifas
Jumlah Tidak Puas
Puas F
F F
1 Baik
52 77,6
52 77,6
2 Tidak Baik
13 19,4
2 3,0
15 22,4
Total 13
19,4 54
80,6 67
100,0
Continuity Correction 0,000
ρ= 0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 52 responden 77,6 yang merasa puas dengan komunikasi non verbal bidan yang baik.
Berdasarkan uji chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 95, maka
didapatkan ρ α 0,000 0,05 berarti H ditolak. Hal ini secara statistik
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi nonverbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas.
B. PEMBAHASAN 5.2.1 Komunikasi verbal oleh bidan di RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan
Berdasarkan tabel 5.3 ada 56 responden 83,6 yang mengatakan bahwa bidan di ruang nifas RSIA Sri Ratu Medan berkomunikasi verbal dengan baik dan
ada 11 responden 16,4 yang mengatakan bidan berkomunikasi verbal kurang baik.
Data hasil uji statistik diketahui bahwa mayoritas responden yang mengatakan komunikasi verbal bidan tersebut baik adalah primigravida sebanyak
21 responden 37,5, berumur 20-35 tahun sebanyak 50 responden 89,3, berpendidikan tinggi SMASMK-PT sebanyak 51 responden 91,1, dan
pekerjaan mayoritas non PNS sebanyak 31 responden 55,4. Hal ini dapat diketahui dari jawaban responden yang mayoritas 67
responden 100 mengatakan bahwa bidan berkomunikasi kepada pasien menggunakan bahasa yang jelas agar mudah dimengerti, menggunakan bahasa
yang ringkas, dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk berbicara.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas umur bidan yang bekerja di ruang nifas mayoritas 31-35 tahun sebanyak 9 orang 50,0, pendidikan bidan
mayoritas D3 kebidanan sebanyak 18 orang 100, lama kerja bidan mayoritas 16-20 tahun sebanyak 6 orang 33,3.
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas sesuai dengan pendapat Linda 2012 pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan manusia akan semakin berkualitas, yang mana semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan semakin mudah untuk menerima hal-hal yang baru dan mudah
menyesuaikan diri dengan hal-hal baru tersebut. Sedangkan lama kerja bidan sebagian besar adalah diatas 10 tahun 50. Menurut Notoatmojo 2002
pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Semakin lama bekerja semakin banyak
pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani akan membuat seorang bidan akan mahir dan terampil dalam penyelesaian pekerjaan.
5.2.2 Komunikasi Non Verbal oleh Bidan di RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan
Berdasarkan tabel 5.4 ada 52 responden 77,6 yang mengatakan bahwa bidan di ruang nifas RSIA Sri Ratu Medan berkomunikasi non verbal dengan baik
dan ada 15 responden 22,4 yang mengatakan bidan berkomunikasi non verbal kurang baik.
Data hasil uji statistik diketahui bahwa mayoritas responden yang mengatakan komunikasi non verbal bidan tersebut adalah primigravida sebanyak
21 responden 37,5, berumur 20-35 tahun sebanyak 46 responden 88,5, berpendidikan tinggi SMASMK-PT sebanyak 48 responden 92,3, dan
pekerjaan mayoritas non PNS sebanyak 28 responden 53,8.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat diketahui dari jawaban responden yang mayoritas 67 responden 100 mengatakan bahwa bidan berkomunikasi kepada pasien dengan
cara berdiri agar dapat mengetahui keadaan pasien, menunjukkan ekspresi wajah raut wajah yang bahagia, menggunakan pakaian yang rapi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa umur bidan yang bekerja di ruang nifas mayoritas 31-35 tahun sebanyak 9 orang 50,0, pendidikan bidan mayoritas D3
kebidanan sebanyak 18 orang 100, lama kerja bidan mayoritas 16-20 tahun sebanyak 6 orang 33,3.
Berdasarkan data tersebut sesuaai dengan pendapat Linda 2011 bahwa umur, pendidikan dan lama kerja bidan dapat berpengaruh dalam berkomunikasi Non
Verbal sehingga dapat mempengaruhi kepuasan ibu nifas sebagai komunikan. Komunikasi nonverbal yang diperlukan bidan sebagai pelaku komunikasi
kebidanan dalam pelayanan kebidanan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan kehangatan. Komunikasi bahasa sikap atau tubuh ini merupakan cara yang
paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
5.2.3 Tingkat kepuasan ibu nifas di RS Ibu dan Anak Sri ratu Medan
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden merasa puas oleh komunikasi verbal dan nonverbal bidan sebanyak 54 orang
80,6 dan tidak puas sebanyak 13 orang 19,4 . Data hasil uji statistik diketahui bahwa mayoritas responden yang
mengatakan puas tersebut adalah primigravida sebanyak 21 responden 37,5, berumur 20-35 tahun sebanyak 47 responden 87,0, berpendidikan tinggi
Universitas Sumatera Utara
SMASMK-PT sebanyak 50 responden 92,6, dan pekerjaan mayoritas non PNS sebanyak 30 responden 55,6.
Menurut Siagian 2001 dalam Rohyadi, 2004 bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar keinginan dan harapannya, maka
tingkat pendidikan yang tinggi cenderung tingkat kepuasannya tinggi. Tingkat kepuasan pasien kemungkinan juga dipengaruhi oleh pekerjaan. Menurut
Sarumpaet 1998, dalam Zaini, 2001 menyatakan bahwa responden yang tidak bekerja lebih puas dibandingkan responden yang bekerja.
Hal ini dapat diketahui dari jawaban responden yang mayoritas 65 responden 97,01 mengatakan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien melakukannya dengan sungguh- sungguh, bidan berkomunikasi kepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Kepuasan ibu nifas dalam penelitian ini juga di pengaruhi oleh karakteristik bidan yang bekerja di ruangan tersebut yakni berumur 31-35 tahun
sebanyak 9 orang 50,0, berpendidikan D3 kebidanan sebanyak 18 orang 100, lama kerja bidan mayoritas 16-20 tahun sebanyak 6 orang 33,3.
5.2.4 Hubungan Komunikasi verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas di ruang nifas RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan
Pada penelitian ini berdasarkan uji statistik chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 95, maka didapatkan ρ α 0,000 0,05 berarti H
ditolak. Maka, secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
Universitas Sumatera Utara
komunikasi verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan.
Hal ini pun sesuai dengan penelitan sebelum nya yang dilakukan oleh Linda 2011 di RSKIA Bandung bahwa ada hubungan yang sangat kuat dan signifikan
antara komunikasi verbal dengan kepuasan pasien dengan didapatkan nilai signifikan α = 0,05 95, maka didapatkan ρ α 0,000 0,05.
Sujatmiko 2012, juga melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini di RSUD kab Madiun, dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara komunikasi verbal dengan kepuasan pasien dengan didapatkan nilai signifikan α = 0,05 95, maka didapatkan ρ α 0,000 0,05.
Siswadi A.F 2012, juga melakukan penelitian tentang komunikasi dan diperoleh Adanya hubungan komunikasi verbal dengan tingkat kepuasan pasien
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pamekasan. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 0,492 dengan nilai p-
value 0,000 α = 0,05.
Hubungan yang signifikan ini dipengaruhi banyak hal antara lain yang bersangkutan dengan pendekatan atau prilaku petugas, perasaan klien terutama
saat pertama kali datang, mutu informasi yang diterima seperti, apa saja yang dikerjakan, yang dapat diharapkan, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas
umum dan out came terapi serta perawatan yang diterima. Kebutuhan klien akan komunikasi merupakan salah satu unsur dalam
parameter tingkat kepuasan klien yang telah dibuat oleh Depkes RI 1995
Universitas Sumatera Utara
seperti yang dikutip oleh Nursalam 2003; bidan memperkenalkan diri, bersikap sopan dan ramah, menjelaskan peraturan di RS, menjelaskan fasilitas yang
tersedia di RS, menjelaskan penyakit atau masalah yang dialami, menjelaskan perawat yang bertanggung jawab setiap pergantian dinas, mendengarkan dan
memperhatikan keluhan klien, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien tujuan dan manfaat, prosedur, akibat atau resiko samping,
alternatif tindakan. Pemberi pelayanan kesehatan dapat dan bersedia memberikan perhatian
yang cukup kepada klien secara pribadi, menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelasjelasnya
tentang segala hal yang ingin diketahui oleh klien. Sehingga hal ini dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi klien dari sudut keperawatan akan
kebutuhan komunikasi dari bidan atau tenaga kesehatan.
5.2.5 Hubungan komunikasi nonverbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas di ruang nifas RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan
Pada penelitian ini berdasarkan uji statistik chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 95, maka didapatkan ρ α 0,000 0,05 berarti H
ditolak. Maka, secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
komunikasi Non Verbal oleh bidan dengan kepuasan ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan.
Hal ini pun sesuai dengan penelitan sebelum nya yang dilakukan oleh Linda 2011 di RSKIA Bandung bahwa ada hubungan yang sangat kuat dan signifikan
Universitas Sumatera Utara
antara komunikasi Non Verbal dengan kepuasan pasien dengan didapatkan nilai signifikan α = 0,05 95, maka didapatkan ρ α 0,000 0,05.
Sujatmiko 2012, juga melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini di RSUD kab Madiun, dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara komunikasi Non Verbal dengan kepuasan pasien dengan didapatkan nilai signifikan α = 0,05 95, maka didapatkan ρ α 0,000 0,05.
Siswadi A.F 2012, juga melakukan penelitian tentang komunikasi dan diperoleh Adanya hubungan komunikasi Non Verbal dengan tingkat kepuasan
pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pamekasan. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 0,492 dengan nilai p-value 0,000
α = 0,05. Hubungan yang signifikan ini dipengaruhi banyak hal antara lain yang
bersangkutan dengan pendekatan atau prilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang, mutu informasi yang diterima seperti, apa saja yang
dikerjakan, yang dapat diharapkan, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum dan out came terapi serta perawatan yang diterima.
Kebutuhan klien akan komunikasi merupakan salah satu unsur dalam parameter tingkat kepuasan klien yang telah dibuat oleh Depkes RI 1995
seperti yang dikutip oleh Nursalam 2003. Hal ini bisa terjadi karena penampilan fisik secara umum, ekspresi muka,
gerak tubuh dan postur, serta sentuhan bidan di dalam melaksanakan asuhan yang menyebabkan klien puas. Menurut Ellis 1994, bidan, perawat perlu
Universitas Sumatera Utara
menginterpretasikan tingkah laku non verbal dalam penampilan fisik secara umum yaitu memahami latar belakang orang yang diobservasi dan meluaskan
pemahaman serta penajaman akan kemampuan interpretasi tingkah laku non verbal.
Menurut Ellis 1994, sentuhan juga merupakan salah satu komunikasi non verbal di mana menunjukkan sifat keibuan, nyaman atau perhatian. Namun
persepsi tentang sentuhan sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu seseorang, asumsi dan situasi saat itu.
Pelaksanaan komunikasi verbal dan non verbal bidan kepada ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan merupakan kebutuhan klien dalam hal ini adalah
kebutuhan interpersonal yaitu komunikasi terapeutik perawat baik verbal dan non verbal yang merupakan pelayanan jasa dalam praktek profesional. Bidan harus
mampu memahami kebutuhan klien, maka bidan tersebut akan berada di dalam posisi yang lebih baik untuk mengetahui bagaimana seharusnya memuaskan
klien, sehingga kebutuhan klien akan kepuasan pelayanan akan terpenuhi dengan baik.
Penilaian pasien terhadap mutu rumah sakit bersumber dari pengalaman pasien terhadap bidan pelaksana karena bidanlah yang paling dekat dengan
pasien. Penampilan yang tenang, suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan rasa belas kasihan atau kasih sayang bidan terhadap
klien.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi nonverbal yang diperlukan bidan sebagai pelaku komunikasi kebidanan dalam pelayanan kebidanan adalah kemampuan menunjukkan empati
dengan kehangatan. Komunikasi bahasa sikap atau tubuh ini merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
C. Keterbatasan penelitian