mampu menggali kebutuhan dan masalah klien, tidak tanggap terhadap perasaan klien, klien tidak puas dan selanjutnya dapat diperkirankan kredibilitas bidan
tersebut diragukan Ami, 2012, ¶ 4. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan diketahui jumlah ibu
nifas di Kota Medan pada tahun 2011 sebanyak 42.205 orang 86,32 , tahun 2012 sebanyak 38.211 orang 75,31, dan tahun 2013 sebanyak 29.110 orang 56,7.
Dari hasil survey awal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan, diketahui jumlah ibu nifas dari bulan Januari - Desember 2013 sebanyak 1033
orang, dan menurut data yang diperoleh tercatat jumlah ibu nifas pada 3 bulan terakhir yakni bulan September 85 orang, Oktober 88 orang, November 94 orang,
dengan total jumlah sebanyak 267 orang. Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada
Hubungan Komunikasi Verbal dan non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Adakah Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan
Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014.”.
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Penelitian 1.
Umum
Untuk mengetahui Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun
2014”.
2. Khusus
Tujuan khusus penelitian dengan judul “Hubungan Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Oleh Bidan Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Nifas RSIA Sri Ratu Medan
Tahun 2014” adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi verbal oleh bidan.
2. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi non verbal oleh bidan.
3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan ibu nifas.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Diharapkan kepada ibu nifas untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas komunikasi verbal dan nonverbal bidan dengan cara memberikan saran
atau masukan. 2.
Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan memberikan informasi
tambahan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan bagi peserta didik
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan, informasi dan pertimbangan serta sekaligus sebagai bahan perencanaan peningkatan
komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. 4.
Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman nyata dan tak terlupakan bagi
peneliti tentang Komunikasi Verbal dan non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tingkat Kepuasan Ibu Nifas 1. Definisi Kepuasan
Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya.
Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk
mendapatkan pelayanan suatu jasa Purwanto, 2007, ¶ 1. Kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara harapan
dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan
dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan Purwanto, 2007, ¶ 3.
Kepuasan ibu ibu nifas adalah suatu tingkat perasaan yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya Pohan, 2006.
2. Definisi Ibu Nifas
Waktu tertentu setelah melahirkan anak dalam bahasa Latin disebut puerperium, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya melahirkan. Puerperium
berarti masa setelah malahirkan bayinya Bahiyatum,2009.
Universitas Sumatera Utara
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu- minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini “tidak pasti”, sebagian besar menganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu Cunningham G.F, 2012. Menurut Sarwono Wiknjosastro masa nifas puerperium mulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula atau sebelum hamil, yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Menurut Manuaba masa nifas adalah 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari pascapartum 6 minggu.
Menurut Hanifa Wiknjosastro masa nifas adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir setalah kira-kira 6 minggu.
Menurut Varney 1997 masa nifas adalah masa pemulihan, mulai dari partus selesai sampai kembalinya alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lama
masa nifas adalah 6-8 minggu. Dalam masyarakat Indonesia, masa nifas juga disebut periode 40 hari.
3. Pengukuran Tingkat Kepuasan Ibu Nifas
Bertolak dari pengertian tingkat kepuasan pasien yang dijelaskan di atas, ada dua komponen yang akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien yaitu
komponen harapan pasien dan komponen kinerja layanan kesehatan. Banyak cara pengukuran tingkat kepuasan pasien, tetapi yang akan dijelaskan berikut
adalah salah satu cara pengukuran kepuasan pasien berdasarkan kinerja layanan kesehatan yang terdiri atas 5 dimensi mutu jasa pelayanan
Ada 5 lima faktor dominan atau penentu mutu jasa pelayanan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Keandalan reliability yaitu kemampuan bidan untuk memberikan jasa
sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat dan konsisten. 2
Ketanggapan responsiveness yaitu kemauan dari bidan untuk membantu pasien dan memberikan jasa dengan cepat dan bermakna serta kesediaan
mendengarkan dan mengatasi keluhan yang diajukan pasien. 3
Jaminan assurance yaitu berupa kemampuan bidan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada
pasien. 4
Empati empaty yaitu bidan untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pasien.
5 Berwujud tangible yaitu berupa penampilan bidan dalam berkomunikasi.
Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal sebagai berikut Fais dan Sitti Saleha, 2009,¶ 7 :
1 Komunikasi dari mulut ke mulut Informasi yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh
pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan
kesehatan tersebut. 2 Kebutuhan pribadi
Pasien atau masyarakat selalu membutuhkan pelayanan kesehatanyang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat
sesuai dengan kebutuhan. Pasien atau masyarakat mengharapkan adanya
Universitas Sumatera Utara
kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan baik dalam keadaan biasa ataupun gawat darurat.
3 Pengalaman masa lalu Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang terdahulu untuk memperoleh layanan yang memuaskan sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan pengalaman masa lalu.
4 Komunikasi eksternal Sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan kesehatan mengenai fasilitas,
sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh
masyarakat atau pasien. Menurut Syafruddin 2011 puas atau tidak puasnya seseorang tergantung
pada : a.
Sikapnya terhadap ketidaksesuaian rasa senang atau tidak senang b.
Tingkatan dari pada evaluasi “baik atau tidak” untuk dirinya, melebihi atau dibawah standar.
Ada tiga tingkat kepuasan pelanggan menurut Syafruddin 2011, hlm 63 yaitu:
a. Bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak puas
b. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas
Universitas Sumatera Utara
c. Bila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa
pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya
dimaspramu, ¶ 1. Pengukuran tingkat kepuasan pasien dapat dilakukan dengan membuat
kuesioner. Kemudian pasien diminta menilai setiap aspek, sesuai dengan kebutuhan bagi pasien yang bersangkutan. Jika apa yang diterima sesuai dengan
harapan pasien maka dikatakan bahwa pasien puas, tetapi bila yang diterima tidak sesuai dengan harapan pasien maka pasien tidak puas.
4. Dimensi Kepuasan
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam yaitu Syafrudin,2009.
a. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan
profesi kebidanan. Kepuasan yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan mengenai:
a Hubungan bidan dengan pasien
b Kenyamanan pelayanan
c Kebebasan melakukan pilihan
d Pengetahuan dan kompetensi tekhnis scientific knowledge dan technical
skill
Universitas Sumatera Utara
e Efektifitas pelayanan effectiveness
b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan. Suatu pelayanan yang dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran
pelayanan kebidanan yang bermutu adalah: a
Ketersediaan pelayanan kebidanan available b
Kewajaran pelayanan kebidanan appropriate c
Kesinambungan pelayanan kebidanan continue d
Penerimaan jasa pelayanan kebidanan acceptable e
Ketercapaian pelayanan kebidanan accessible f
Keterjangkauan pelayanan kebidanan affordable g
Efisiensi pelayanan kebidanan efficient h
Mutu pelayanan kebidanan quality
5. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kepuasan
Aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan yaitu; 1
Karakteristik produk Produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik
antara lain bangunan dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas
kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.
Universitas Sumatera Utara
2 Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien.
3 Pelayanan
Kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan. Dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih dan memperhatikan kebutuhan pasien
maupun orang lain yang berkunjung. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
4 Lokasi
Meliputi letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih BPS. Umumnya semakin dekat
BPS dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi
pasien yang membutuhkan BPS tersebut. 5
Fasilitas Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan pilihan kepuasan
pasien. 6
Image Citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image
juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses
penyembuhan.
Universitas Sumatera Utara
7 Desain Visual
Meliputi dekorasi ruangan dan desain jalan yang tidak rumit 8
Suasana Meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu
9 Komunikasi
Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan- keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh bidan dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien Purwanto, 2007, ¶ .
B. Komunikasi 1. Definisi Komunikasi
Dalam perilaku manusia, komunikasi merupakan proses khusus dan bermakna. Pada profesi kebidanan, komunikasi merupakan metode utama dalam
memberikan asuhan kebidanan Uripni, 2003.
Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan menerangkan arti komunikasi. Kata “komunikasi” communication berasal dari
bahasa latin “communicatio” yang berarti “bersama-sama dengan” atau “bersatu dengan orang lain” Liliweri, 2007.
Beberapa ahli menyampaikan pengertian komunikasi. Taylor 1993 mengemukakan komunikasi adalah proses pertukaran informasi. Burgess
1988 mengemukakan komunikasi adalah proses penyampaian informasi, makna, dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima
pesan. Yuwono 1985 mengemukakan komunikasi adalah kegiatan
Universitas Sumatera Utara
mengajukan pengertian yang diinginkan dari pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang diinginkan
penerima informasi Uripni, dkk. 2003: 5. Ketiga pengertian diatas, intinya adalah komunikasi merupakan seni
penyampaian informasi pesan, ide, sikap, gagasan dari komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan atau
penerima berita pola, sikap, pandangan, dan pemahamannya ke pola dan pemahaman yang dikehendaki bersama Uripni, 2003.
Secara sederhana, komunikasi merupakan salah satu proses pertukaran informasi yang memberikan atau menimbulkan arti. Dalam proses komunikasi
terdapat penambahan pengertian antara pemberi dengan penerima informasi. Akan tetapi, dalam komunikasi tidak hanya sekedar pertukaran informasi, juga
memiliki gagasan atau perasaan yang diungkapkan melalui percakapan, tulisan, ekspresi atau bahasa tubuh Pieter HZ, 2012.
2. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Artinya dalam proses
komunikasi, terjadi suatu pengertian yang diinginkan bersama sehingga tujuan lebih mudah tercapai Uripni, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan komunikasi dalam praktik kebidanan mencakup 3 yaitu : a.
Menemukan b.
Untuk berhubungan c.
Untuk meyakinkan Pieter HZ, 2012. Ada lima kategori fungsi utama komunikasi, yaitu:
a. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui
penerima. b.
Sumber menyebarluaskan informasi dalam rangka mendidik penerima. c.
Sumber memberikan instruksi agar dilaksanakan penerima. d.
Sumber memengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasif untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima.
e. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambil
memengaruhi penerima Liliweri, 2007.
3. Komponen-Komponen Komunikasi
Salah satu cara bidan untuk melakukan interaksi dengan klien atau kerabat keluarganya klien adalah melalui komunikasi. Namun, untuk mencapai atau
membangun komunikasi maka diperlukan komponen- komponen komunikasi. Komunikasi tidak akan terbentuk jika tidak memiliki salah satu dari unsur- unsur
komponen komunikasi Pieter HZ, 2012.
Universitas Sumatera Utara
a. Komunikator Pengirim Pesan
Yaitu seseorang yang mempunyai inisiatif untuk menyampaikan pesan kepada orang lain dimana pesan tersebut disampaikan secara verbal maupun
non verbal Yulifah, 2009. Peranan bidan sebagai seorang komunikator adalah untuk menciptakan
suasana yang baik dalam proses komunikasi kebidanan Pieter HZ, 2012.
b. Komunikan Penerima Pesan
Yaitu seorang yang menerima pesan. Pengiriman dan penerimaan pesan terjadi secara bersamaan dan merupakan aktivitas dari pengirim pesan dan
penerima pesan Yulifah, 2009. Robbinson J. dan Jones B. 1995 dalam buku Herri Zan P. 2012, hal.
17 mengatakan bahwa apabila semakin besar kesamaan bidang pengalaman komunikator dan komunikan, maka semakin besar kemungkinan pesan-pesan
tersebut dimengerti sesuai dengan cara yang dikehendaki komunikator. Jawaban atau perbuatan dan perkataan komunikan merupakan feedback untuk
memeriksa atau menilai apakah pesan itu dapat dimengerti. c.
Pesan Adalah isi dari stimulus yang dikeluarkan komunikator kepada
komunikan Pieter HZ, 2012. Pesan yang efektif adalah pesan yang jelas dan terorganisasi serta diekspresikan oleh pengirim pesan Yulifah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Pesan dalam praktik kebidanan yang efektif adalah pesan yang memiliki inti pengaruh dalam usaha membantu ibu, seperti informasi mengenai
keterampilan dalam asuhan kebidanan, pertolongan ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan pasca-persalinan Pieter HZ, 2012.
d. Media
Merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada komunikan. Media komunikasi tersebar melalui media
cetak atau ekektronik Pieter HZ, 2012.
4. Jenis – Jenis Komunikasi
Secara umum jenis-jenis komunikasi terdiri dari:
1 Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam praktik kebidanan adalah berupa pertukaran informasi secara verbal yang lebih dikenal dengan
komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya yang terdiri dari kumpulan symbol ide yang
digunakan, dipahami atau, diekspresikan oleh komunitasnya Pieter HZ, 2012, hlm 38.
Universitas Sumatera Utara
1. Syarat efektivitasnya komunikasi verbal
1 Jelas dan ringkas
Semakin sedikit kata-kata yang digunakan, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan
berbicara secara lambat dan mengucapkan dengan jelas. Adapun cara yang dilakukan untuk meningkatkan kejelasan komunikasi antara lain:
a. Menggunakan contoh yang memberikan kedekatan maksud atau
arti dari pesan. b.
Mengulangi bagian- bagian yang penting dari pesan. c.
Komunikan mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
d. Ringkas, yakni dengan menggunakan kata- kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: “ katakan kepada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik
daripada mengatakan “ saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak”.
2 Perbendaharaan kata
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam kebidanan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh bidan, maka klien dapat menjadi
bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
Universitas Sumatera Utara
informasi penting. Oleh sebab itu, ucapkanlah pesan dengan istilah-istilah yang dimengerti klien.
3 Arti denotatif dan konotatif
Arti denotative memberikan pengertian yang sama terhadap kata- kata yang digunakan, sedangkan konotatif merupakan pikiran, perasaan
atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi bidan menggunakan
makna kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, bidan harus hati- hati memilih kata-
kata, sehingga tak mudah untuk disalah tafsirkan terutama saat menjelaskantujuan asuhan kebidanan.
4 Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang
cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin menimbulkan kesan bahwa bidan sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu
digunakan untuk menekannkan pada hal- hal tertentu dan memberikan waktu kepada klien untuk mendengarkan serta memahami arti kata.
Bidan bisa menanyakan kepada klien apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5 Waktu dan relevansi
Universitas Sumatera Utara
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Apabila klien sedang menangis kesakitan, atau tidak tepatnya waktu
untuk menjelaskan suatu resiko. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan
pesan secara akurat. Oleh karena itu, bidan harus peka terhadap ketepatan untuk berkomunikasi.
6 Humor
Dengan tertawa akan membantu seseorang mengurangi ketegangan dan rasa sakitnya, terutama pada hal- hal yang disebabkan
oleh stress. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien dapat dilakukannya
dengan cara memberi senyuman dan hal- hal yang bersifat humor. 2.
Keuntungan komunikasi verbal a
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu b
Mudah dilakukan dan berlaku kapan saja menurut komunitasnya c
Melalui kata-kata sebagai alat atau symbol untuk mengekspresikan ide d
Mampu membangkitkan ungkapan perasaan atau respon emosional e
Dapat menguraikan objek atau peristiwa secara mendalam berdasarkan pada hal-hal yang diobservasi
f Sebagai alat komunikasi dari suatu komunitas
Universitas Sumatera Utara
3. Keterbatasan komunikasi verbal
a Keterbatasan jumlah kata-kata
b Mengandung sifat ambigu
c Mengandung bahasa budaya
d Bercampur aduknya fakta- fakta, penafsiran dan penilaian Pieter HZ,
2012.
2 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain. Bidan perlu menyadari pesan verbal atau pun non verbal yang disampaikan klien sejak mulai dari awal pengkajian sampai evaluasi asuhan
kebidanan, karena isyarat non verbal menambah arti pesan verbal sehingga bias mendeteksi lebih awal dan menentukan kebutuhan asuhan kebidanan Pieter HZ,
2012. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan
bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar dan bahasa sikap Uripni, 2003.
Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa menggunakan kata-kata. Bidan perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan
klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi Yulifah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
1 Bahasa kial , merupakan bahasa yang menggunakan gerak tangan atau tubuh
sebagai isyarat atau lukisan suatu perbuatan, gerakan tersebut mempunyai arti pesan dalam konteks komunikasi.
2 Bahasa gambar , merupakan bahasa yang mengekpresikan pesan dalam
komunikasi dengan bentuk gambar. Bahasa gambar ini sering digunakan dalam bentuk rambu lalu lintas. Penyampaian pesan peraturan lalu lintas
juga digunakan dalam pesan kesehatan. Contohnya tidak merokok karena dapat mengganggu kesehatan. Pesan tidak boleh merokok diekspresikan
dalam gambar. Rokok yang menyala diberi tanda silang.
3 Bahasa sikap , merupakan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau mengekspresikan pikiran dan perasaan atau pendirian. Misalnya, bungkam, dingin, dan tak acuh. Bahasa sikap yang menggambarkan sikap
dingin, diekspresikan dengan pandangan mata kosong, tanpa adanya reaksi kial, tanpa peduli terhadap lingkungan sekitarnya, dan kondisi apatis. Bahasa
sikap yang menunjukkan sikap dingin ini bisa terjadi pada klien yang mengalami kecemasan kompleks.
Bidan sebagai pelaku komunikasi kebidanan dalam pelayanan kebidanan harus tanggap terhadap pesan dalam komunikasi kebahasaan maupun
komunikasi dengan bahasa kial Uripni, 2003. a.
Cara menilai komunikasi non verbal Pieter HZ, 2012. a
Metakomunikasi
Universitas Sumatera Utara
Adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara komunikan dan komunikator, yaitu bagaimana pesan bisa
mengungkapkan sikap dan perasaan komunikator kepada pendengarnya, seperti metakomunikasi tersenyum sekalipun dia sedang marah.
b Penampilan personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Penampilan fisik bidan juga
bisa mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan dan asuhan yang akan diterimanya, karena setiap klien memiliki citra yang berbeda beda tentang
bagaimana sepantasnya penampilan seorang bidan selaku orang yang berkompeten. Sekalipun penampilan diri tidak sepenuhnya mencerminkan
kemampuan bidan. c
Intonasi Intonasi suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang akan dikirimkannya. Kondisi emosi seorang bidan secara langsung dapat memengaruhi tinggi rendahnya nada suara. Hal ini pada
akhirnya dapat membentuk image baru bagi klien dan bertujuan menyamakan perasaan tertarik yang tulus kepada klien. Buruk atau baiknya hubungan
bidan dengan klien sangat dipengaruhi intonasi nada suara, Misalnya intonasi suara bidan yang tidak pas dengan kondisi yang dialami klien.
Universitas Sumatera Utara
d Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan ada 6 bentuk keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, yaitu ekspresi terkejut, takut, marah,
jijik, bahagia, dan sedih. Salah satu cara untuk memahami ekspresi wajah bisa dilihat melalui kontak mata.
Seorang bidan yang bijak sebaiknya tidak menunjukkan cara-cara memandang yang bersifat kaku, artinya dia bisa mengekspresikan
pandangannya, kapan dia menggunakan pandangannya kebawah dan kapan menegakkan pandangan keatas manakala dia sedang bicara dengan klien.
Sebaiknya saat berbicara bidan duduk pada posisi sejajar sehingga bidan tidak tampak dominan bilamana terjadi kontak mata dengan klien.
e Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan style langkah seseorang menggambarkan sikap emosi, dinamikan psikologis, ataupun kondisi fisik. Melalui pemahaman sikap
tubuh, bidan dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dalam mengamati sikap tubuh dan langkah kliennya. Misalnya sikap tubuh bidan
yang duduk bersandar dengan posisi telapak tangan diletakkan di atas kepala, bisa diinterpretasikan dia sedang memikirkan sesuatu.
f Sentuhan
Sentuhan merupakan bagian komunikasi personal, dan sentuhan lebih bersifat spontan dari komunikasi nonverbal. Sentuhan merupakan bagian
Universitas Sumatera Utara
yang penting hubungan bidan dengan klien. Perlu di sadari, keadaan sakit membuat klien tergantung kepada bidan untuk melakukan kontak
interpersonal sehingga dia sulit untuk menghindari sentuhan. Dalam komunikasi kebidanan, penyampaian pesan melalui sentuhan harus
berdasarkan pada prinsip sikap kepedulian yang sungguh sungguh, berupa dukungan emosi, kasih sayang, atau rasa simpati, seperti berkomunikasi
dengan kata kata yang lembut saat memandikan klien atau membantu klien saat mengenakan pakaian.
b. Betuk-bentuk komunikasi nonverbal Pieter HZ, 2012.
a Kinestik
Merupakan bentuk penyampaian pesan non verbal yang di implementasikan seseorang dalam bentuk isyarat bahasa tubuh. Bentuk-
bentuk pesan komunikasi non verbal kinestik terdiri dari ekspresi wajah, kontak mata, gaya tubuh.
b Proksemik
Yaitu bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh ruang dan waktu antara komunikator dan komunikan. Adapun bentuk bentuk dari prosemik antara
lain prosemik jarak, prosemik ruang, prosemik waktu. c
Haptik
Universitas Sumatera Utara
Haptik sering kali disebut zero proxemics, merupakan bentuk pesan komunikasi non verbal yang tidak lagi dibatasi oleh jarak diantara
komunikan dan komunikator. Istilah haptik menggambarkan bentuk penyampaian pesan komunikasi non verbal seperti sikap menepuk nepuk,
meraba raba, memegang, mengelus dan mencubit. d
Tampilan fisik tubuh Tipe tubuh merupakan salah satu penyampaian pesan komunikasi non
verbal yang diberikan komunikator kepada komunikan. Bentuk penampilan fisik memberikan warna pesan komunikasi yang berkolaborasi dengan
kepribadian seseorang. e
Paralinguistic Adalah penggunaan suara suara sebagai ungkapan seseorang terhadap
stimulus atau symbol verbal. Misalnya, bidan yang berlatar belakang budaya batak akan mengekspresikan emosi marah yang lebih atraktif dibandingkan
dengan bidan yang berasal dari budaya jawa yang memiliki reaksi emosi yang tertutup. Akan tetapi, hal ini masih dalam kajian dan diskusi yang lebih
mendalam lagi. f
Artefak Artefak dalam pesan komunikasi nonverbal menjelaskan tentang sejauh
mana benda-benda atau objek objek yang ada dilingkungan sekitar kita digunakan sebagai bentuk ekspresi komunikator. Misalnya perbedaan
Universitas Sumatera Utara
persepsi bidan pada saat klien datang berobat ke klinik kebidanan dengan mengendarai sepeda motor dengan klien yang mengendarai mobil. Disini,
artefak komunikasi bidan memberikan nuansa perbedaan status ekonomi klien.
g Warna
Pesan warna memberikan nuansa kondisi psikologis, ekspresi, dan dinamika kepribadian komunikator atau komunikan. Misalnya bidan yang
senang menggunakan pakaian berwarna putih bisa di interprestasikan memiliki kesabaran, suka menolong, tulus, ikhlas dan rela dsb. Dan jika
bidan mengenakan pakaian yang berwarna merah di interprestasikan sebagai orang agresif, cekatan, antusias, dan siap menghadapi resiko.
5. Metode Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan pada umumnya mempunyai maksud dan tujuan yang diharapkan, hal ini terkait dengan metode yang digunakan untuk melakukan
komunikasi yaituUripni, 2003, hlm.14 : 1
Komunikasi informatika adalah metode komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara umum.
2 Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat
membujuk secara halus agar komunikan atau sasaran menjadi yakin dan mau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.
Universitas Sumatera Utara
3 Komunikasi instruktif adalah metode komunikasi berupa arahan atau
perintah untuk melakukan suatu tugas pekerjaan yang dimaksudkan oleh pihak pengirim.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual untuk penelitian yang berjudul Hubungan Komunikasi Verbal dan non Verbal oleh Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu nifas
terdiri dari variabel bebas variabel independent yaitu komunikasi verbal dan non verbal oleh bidan, variabel bebas tersebut dinilai ada tidaknya hubungannya dengan
variabel terikat variabel dependent yaitu kepuasan ibu nifas. Untuk itu kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema
dibawah ini: Variabel Independen
Variabel Dependent bebas
terikat
Skema 3.1. Kerangka Penelitian Kepuasan ibu nifas.
Komunikasi Verbal dan non verbal oleh
bidan
Universitas Sumatera Utara
B. Hipotesis
1. Ada hubungan komunikasi verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu nifas
2. Ada hubungan komunikasi nonverbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan ibu
nifas
Universitas Sumatera Utara
C. DEFINISI OPERASIONAL Tabel 3.1