Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya Hera Susanti , dkk, 1995, hal : 23. Isilah pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi sebenarnya mempunyai arti yang berbeda, dimana kedua- duanya menerangkan mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku. Pertumbuhan selalu digunakan sebagai ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan suatu negara yang diukur melalui pertambahan persentase pertambahan dari pendapatan nasional riil. Sedangkan istilah pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang.

2.1.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori David Ricardo David Ricardo mengungkapkan pandangannya mengenai pembangunan ekonomi dengan cara yang tidak sitematis dalam bukunya The Principles of Political Ecnomy and Taxation. David Ricardo mengungkapkan bahwa faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh, pemupukan modal, dan perdagangan luar negeri. Seperti ahli ekonomi modern, teori Ricardo menekankan pentingnya tabungan bagi pembentukkan modal. Dibanding pajak, Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan. Tabungan dapat dibentuk melalui penghematan pengeluaran, memproduksi lebih banyak, dan dengan meningkatkan keuntungan serta mengurangi harga barang. Semakin banyak tabungan berarti semakin banyak pula pemupukan modal bagi Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 kegiatan penanaman modal berikutnya. Selain itu, Ricardo juga memberikan tekanan khusus pada perdagangan luar negeri sebagai sarana memperbaiki perekonomian, sebab perdagangan luar negeri akan menyebabkan pemanfaatan sumber daya secara maksimum dan meningkatkan pendapatan. 2. Teori Keynes Teori Keynes didasarkan pada adanya pengangguran siklis yang terjadi akibat depresi ekonomi. Menurut Keynes pengangguran merupakan akibat dari kurangnya permintaan efektif, dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan agar memperbesar pengeluaran konsumsi dan non konsumsi. Dalam hal ini maka Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi permintaan. Dalam teorinya, Keynes menganggap tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan terjadi kelebihan supply sehingga produsen dapat merugi yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya PHK besar-besaran yang menciptakan suatu kondisi ekonomi yang buruk. Oleh karena itu maka Keynes merasa pemerintah perlu mempengaruhi tingkat suku bunga yang berkorelasi langsung dengan jumlah uang beredar yang dapat meningkatkan permintaan 3. Teori Harord-Domar Teori ini dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S. Domar dan R.F. Harord. Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi pendapatan nasional yang ditabung. Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 4. Teori Schumpeter Schumpeter berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh komponen kewirausahawan. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Dalam teori ini kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan karena diberinya keleluasaan untuk para entrepreneurship. Sayangnya keleluasaan tersebut cenderung menjadi monopoli kekuatan pasar. Monopoli inilah yang akhirnya memunculkan masalah-masalah non ekonomi, terutama sosial politik, yang akhirnya menghancurkan sistem kapitalis itu sendiri. 5. Teori Neo-Klasik Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori-teori Neo-Klasik sebelumnya, yang dikembangkan oleh Solow. Teori ini terfokus pada pembahasan pertumbuhan ekonomi dimana akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi. Teori ini menggambarkan suatu tingkat output tertentu dapat dicapai dengan menggunakan berbagai kombinasi atau gabungan modal dan tenaga kerja. Oleh sebab itu dengan tenaga kerja yang tetap akan tetapi dengan tambahan modal maka output akan dapat ditingkatkan. Hal ini umumnya berlaku pada industri padat modal dan dengan kemajuan teknologi canggih. Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

2.2. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi