Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009
c. Kontribusi Faktor-faktor Produksi
Faktor produksi yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor-sektor non pertanian tanpa harus mengurangi produktivitas di sektor pertanian adalah tenaga
kerja. Secara teoritis banyaknya tenaga kerja di sektor pertanian tidak akan menurun sampai suatu titik dimana laju pertumbuhan tenaga kerja di sektor non pertanian
melewati tingkat pertumbuhan tenaga kerja titik balik.
d. Kontribusi Devisa
Kontribusi sektor pertanian suatu negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat pertumbuhan ekspor dan pengurangan impor negara tersebut atas komoditi-komoditi
pertanian. Kontribusi sektor itu terhadap ekspor juga bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengurangan impor produk-produk berbasis
pertanian, seperti makanan, minuman, tekstil dan produk-produknya, barang-barang dari kulit, ban mobil, obat-obatan dan lain-lain.
Namun peranan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan devisa dapat berlawanan dengan perannya sebagai kontributor terhadap pasar domestik. Suplai dari pertanian
ke pasar domestik bisa kecil karena sebagian besar dari hasil produksi sektor tersebut diekspor. Dengan kata lain usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa
menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor. Untuk menghindari gejala trde-off ini, maka ada dua hal yang perlu dilakukan di sektor pertanian, yakni
menambah kapasitas produksi di satu pihak dan meningkatkan daya saing produk- produknya di pihak lain.
Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009
2.2.2. Keterkaitan Terhadap Sektor Pertanian
Keterkaitan produksi antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lain dapat dianalisis dengan memakai metodologi input-output I-O. Keterkaitan produksi
menunjukkan ketergantungan dalam proses produksi antara satu sektor dengan sektor lain.
Dalam bentuk keterkaitan ekonomi, sektor pertanian mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, sebagai sumber investasi di sektor-sektor non pertanian. Surplus
uang di sektor pertanian menjadi sumber dana investasi di sektor-sektor lain. Kedua, sebagai sumber bahan baku atau input bagi sektor-sektor lain, khususnya agroindustri
dan sektor perdagangan. Ketiga, melalui peningkatan permintaan di pasar output dimana output pertanian sebagai sumber diversifikasi produksi di sektor-sektor
ekonomi lainnya. Berdasarkan uraian ini dapat diprediksi apabila sektor pertanian mengalami stagnasi, kerugian yang dihadapi ekonomi domestik akan sangat besar
akibat industri dan sektor lain yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pertanian juga mengalami stagnasi karena tiga fungsi dari pertanian tersebut.
2.2.3. Keterkaitan Pertanian dengan Industri Pengolahan
Ada beberapa alasan kenapa sektor pertanian yang kuat sangat esensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia, yakni:
1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin, dan ini
merupakan salah prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa terus berlangsung. Ketahanan pangan
juga berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin kestabilan sosial dan politik.
Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan pertanian yang baik membuat
tingkat pendapatan riil perkapita di sektor tersebut tinggi merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang non makanan, terutama produk-produk
industri. Ini merupakan keterkaitan konsumsi atau peningkatan pendapatan di sektor pertanian membuat permintaan akhir terhadap output di sektor industri juga
meningkat. 3.
Dari sisi penawaran agregat, pembangunan di pertanian merupakan salah satu sumber input bagi industri pengolahan.
4. Masih dari sisi penawaran agregat, pembangunan di pertanian dapat
menghasilkan surplus uang MS di sektor tersebut yang bisa menjadi sumber investasi di sektor lain, terutama industri pengolahan. Ini disebut keterkaitan
investasi, pertumbuhan output pertanian menghasilkan dana investasi bagi sektor- sektor lain.
Pembahasan teori mengenai keterkaitan ekonomi antar pertanian dan industri, dan studi-studi kasus di negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang
membuktikan betapa pentingnya pertanian bagi pertumbuhan produksi di industri. Studi tersebut menunjukkan bahwaketerkaitan antar kedua sektor tersebut didominasi
oleh efek keterkaitan pendapatan, bukan efek keterkaitan produksi, dan sangat sedikit bukti mengenai keterkaitan investasi. Oleh karena itu pertanian memerankan suatu
peranan penting dalam pertumbuhan output di industri.
Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009
2.2.4. Pertanian sebagai Sektor Pemimpin
Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional tidak hanya diukur dari kontribusinya terhadap pertumbuhan PDB atau pendapatan nasional, kesempatan
kerja, dan salah satu sumber pendapatan devisa negara, tetapi potensinya juga harus dilihat sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan output dan diversifikasi
produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya. Dalam hal ini pertanian disebut sektor “pemimpin”. Artinya semakin besar ketergantungan dari pada pertumbuhan output di
sektor-sektor ekonomi lain terhadap pertumbuhan output di sektor pertanian semakin besar pula peran peran pertanian sebagai sektor pemimpin.
Konsep dasar dari pentingnya pertanian sebagai sektor pemimpin di dalam pembangunan ekonomi nasional dapat dilihat dalam pernyataan dari Simatupang dan
Syafa’at 2000 sebagai berikut: Sektor andalan perekonomian adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi. Sektor andalan merupakan tulang
punggung backbone dan mesin penggerak perekonomian engine of growth sehingga dapat pula disebut sebagai sektor kunci atau sektor pemimpin leading
sector perekonomian nasional. Menurut mereka ada lima syarat yang harus dilihat sebagai kriteria dalam
mengevaluasi pertanian sebagai sektor kunci dalam perekonomian nasional. Kelima syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Strategis, dalam arti esensial dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-
sasaran dan tujuan dari pembangunan nasional, seperti pertumbuhan ekonomi
Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009
PDB, kesempatan kerja, peningkatan devisa negara, pembangunan ekonomi daerah, dan sebagainya.
2. Tangguh, yang berarti unggul dalam persaingan baik dalam negeri maupun di
pasar global dan mampu menghadapi gejolak ekonomi, politik maupun alam. Pertanian sebagai sektor andalan harus memiliki keunggulan kompetitif, berbasis
pada kemampuan sendiri domestik atau kemandirian dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan strategis sosial, ekonomi, politik, alam.
3. Artikulatif, yang artinya pertanian sebagai sektor andalan harus memiliki
kemampuan besar sebagai dinamisator dan fasilitator bagi pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi lainnya dalam suatu spektrum yang luas.
4. Progresif, yang berarti pertanian dapat tumbuh secara berkelanjutan tanpa
menimbukan efek-efek negatif terhadap kualitas lingkungan hidup. Hanya jika output pertanian tumbuh positif dan berkelanjutan, sektor tersebut dapat berfungsi
sebagai motor pertumbuhan bagi perekonomian nasional. 5.
Responsif, yang berarti pertanian sebagai sektor andalan mampu memberi respons yang cepat dan besar terhadap setiap kebijaksanaan pemerintah.
2.3. Pembangunan Pertanian 2.3.1. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian
Paradigma dalam pembangunan pembangunan pertanian pada masa mendatang ini dan yang perlu mendapatkan perhatian para perencana dan pelaksana
pembangunan pertanian adalah sebagai berikut:
a. Dari Sentralisasi ke Desentralisasi
Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009
Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian di daerah perlu diberikan wewenang yang lebih luas dalam merencanakan daerahnya, karena mereka lebih
mengetahui potensi dan kendala daerahnya. Karena aparat perencana di daerah ini umumnya relatif masih lemah, maka bantuan tenaga ahli perguruan tinggi sebaiknya
perlu dilibatkan. Untuk menguatkan pendapat ini tampaknya peranan instansi di daerah sudah waktunya mulai diperbesar. Misalnya paket Kebijaksanaan Penerintah
Tanggal 23 Oktober 1993 tentang ekspor-impor, tarif bea masuk dan tata niaga impor, penanaman modal, perizinan, dan AMDAL.
b. Pendekatan Komoditas ke Sumber Daya
Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian sekarang sebaiknya tidak boleh lagi berpikir parsial tetapi harus berpikir holistik. Pendekatannya bukan
bagaimana semata-semata produksi komoditas pertanian tertentu harus dicapai misalnya pendekatan target produksi tetapi harus pula memikirkan pengaruh
kenaikan produksi tersebut ke aspek kehidupan lainnya misalnya bagaimana pengolahannya, pemasarannya, pengaruhnya terhadap eksistensi komoditas lain,
multiplier effect-nya terhadap smber daya setempat dan sebagainya. Oleh karena itu pendekatan sumber daya ini pada sasarannya diarahkan pada bagaimana optimalisasi
pemanfaatan sumber daya agar pembangunan pertanian dapat berhasil bersamaan dengan pembangunan sektor ekonomi yang lain. Berdasarkan konsep ini, maka
pendekatan agribisnis perlu dikembangkan. Dengan dibentuknya Badan Agribisnis di Departemen Pertanian diharapkan pendekatan agribisnis ini dapat dikembangkan
dengan baik. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya ini baik itu inefisiensi di bidang teknis, harga maupun ekonomi.
Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009
c. Berasal Dari Peningkatan Pendapatan Petani ke Peningkatan Kesejahteraan