Perkembangan Ekspor Hasil Pertanian Kabupaten Karo

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

4.3.1. Gambaran Sektor Kehutanan Kabupaten Karo

Luas wilayah administrasi Kabupaten Karo adalah 212.725 ha dan 99.278,8 ha 46,7 diantaranya adalah hutan lindung. Kemudian hutan suaka alam ada seluas 7,00 ha, hutan produksi terbatas seluas 11.293 ha, hutan produksi seluas 17.497,6 ha dan luas hutan inliving adalah 2.236,8 ha. Sementara itu ditinjau dari tata guna lahan di lapangan saat ini ternyata luas lahan pertanian lahan kering dan sawah mencapai 185.878 ha 87,5. Dengan demikian berarti bahwa sebagian hutan tersebut di atas telah berubah fungsi menjadi lahan pertanian atau permukiman.

4.4. Perkembangan Ekspor Hasil Pertanian Kabupaten Karo

. Perkembangan data komoditi ekspor dari Kabupaten Karo terhitung sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dari Kabupaten Karo secara garis besar dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.12. Realisasi Ekspor Kabupaten Karo Tahun 2000 - 2002 No Komoditi 2000 2001 2002 VL TON NL US VL TON NL US VL TON NL US 01 Kentang 8.771,06 1.822.622 7.470,89 1.150.955 16.529,21 3.227.289 02 Kol Kubis 25.202,88 3.273.341 21.446,17 3.307.050 23.624,92 5.167.855 03 Tomat 11.898,23 1.262.221 11.581,31 1.784.201 439,17 76.002 Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 04 Wortel 113,32 13.238 105,76 16.294 899,65 283.863 05 Bawang Daun 1.178,37 307.171 1.287,21 198.306 - - 06 Bunga Kol 274,17 151.797 297,46 45.827 - - 07 SeladaSayur pendek 161,22 59.520 173,07 26.663 21,62 2.430 08 Bawang Merah 905,35 181.686 - - 1.468,48 347.520 09 Jeruk Manis 495,30 192.886 - - 1.116,16 338.091 10 Ubi Jalar - - - - 5.668,82 1.269.940 11 Sayur Lainnya 495,30 105.473 1.535,42 236.542 1.808,29 618.862 12 Bibit Bunga - - - 1.444.444 0,45 1.000.000 Jumlah 49.495,20 7.369.995 43.917,29 8.210.282 51.576,77 12.331.852 Sumber : Dinas perindag SUMUT Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.13. Realisasi Ekspor Kabupaten Karo Tahun 2003 – 2004 Lanjutan No Komoditi 2003 2004 VL TON NL US VL TON NL US 01 Kentang 18.182,15 3.550.018 20.373,00 3.834.019 02 Kol Kubis 25.987,41 5.568.464 28.586,15 6.013.941 03 Tomat 438,08 85.602 507,24 89.882 04 Wortel 989,61 312.250 1.039,09 334.108 05 Bawang Daun - - - - 06 Bunga Kol - - - - 07 SeladaSayur Pendek 23,78 2.865 24,97 3.008 08 Bawang Merah 1.615,32 382.272 1.696,07 393.740 09 Jeruk Manis 1.227,78 371.900 - - 10 Ubi Jalar 6.235,70 1.396.935 6.859,27 1.536.629 11 Sayur Lainnya 1.989,12 680.750 2.188,04 721.595 12 Bibit Bunga 0,50 1.115.000 0,55 1.170.750 Jumlah 56.734,45 13.466,056 61.274,38 14.097.672 Sumber : Dinas perindag SUMUT Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.14. Realisasi Ekspor Kabupaten Karo Tahun 2005 – 2006 Lanjutan No Komoditi 2005 2006 VL TON NL US VL TON NL US 01 Kentang 15.512 2.951.012 27.120.150 14.383.682 02 Kol Kubis 22.175 4.581.652 46.640.315 8.015.082 03 Tomat 416 84.733 662.420 682.633 04 Wortel 772 250.863 1.305.250 603.012 05 Bawang Daun - - - - 06 Bunga Kol - - 28.500 115.210 07 SeladaSayur Pendek 20 2.511 110.650 328.178 08 Bawang Merah 1.347 296.763 512.555 343.050 09 Jeruk Manis - - - - 10 Ubi Jalar 5.440 1.154.591 11.050.250 22.206.632 11 Sayur Lainnya 1.776 559.770 2.846 1.153.476 12 Bibit Bunga 0,45 905.551 0,65 1.234.814 Jumlah 47.458,85 10.787446 87.432.936,65 49.065.769 Sumber : Dinas perindag SUMUT Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa volume ekspor pada tahun 2000 sebesar 49.495,20 ton, tahun 2001 sebesar 43.917,29 ton, tahun 2002 adalah 35.047,56 dan pada tahun 2003, 2004, 2005, dan 2006 berturut-turut sebesar 56.734,45 ton, 61.274,38 ton, 47.458,85 ton dan 87.432.936,65 ton. Negara tujuan ekspor sayur-mayur dari Kabupaten Karo adalah ke negara Singapura, Malaysia, dan Jepang, sedangkan untuk tujuan ekspor bibit bunga adalah ke negeri Belanda. Dari tabel realisasi ekspor Kabupaten Karo memperlihatkan perkembangan yang fluktuatif, ada beberapa komoditi yang tidak lagi diekspor ke luar negeri. Hal ini disebabkan menurunnya kualitas produk untuk dapat bersaing di pasar internasional, selain itu krisis ekonomi global juga memberikan dampak yang besar terhadap produktivitas petani karena meningkatnya biaya-biaya produksi seperti pupuk. Komoditi jeruk pada tahun 2000 diekspor sebesar 493,30 ton, kemudian tahun 2001 tidak diekspor, tahun 2002 diekspor kembali sebesar 1.116,16 ton, tahun 2003 sebesar 1.227,78 ton, dan mulai tahun 2004 hingga sekarang komoditi jeruk tidak lagi masuk ke dalam daftar realisasi ekspor Kabupaten Karo. Begitu juga dengan komoditi bawang daun pada tahun 2000 dan 2001 masih diekspor ke negara Singapura, namun sejak tahun 2002 sampai tahun ini komoditi ini tidak lagi diekspor. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian dan keseriusan para petani dan pemerintah dalam membenahi prestasi yang pernah dicapai. Selain itu faktor kurang terbukanya masyarakat terhadap kemajuan teknologi, dimana mereka hanya mengandalkan cara tradisional memperlambat perkembangan produktivitas dari sektor pertanian. Pemerintah sudah banyak mengadakan penyuluhan-penyuluhan pertanian dalam membantu para petani menghasilkan produk Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 secara maksimal dan memperhatikan faktor kualitasnya. Menurut penelitian para ahli pertanian beberapa komoditi pertanian yang dulunya masih menjadi andalan ekspor tidak dapat diterima di pasar luar negeri karena keseimbangan zat-zat yang terkandung di dalam komoditi tersebut sudah tidak terjamin, hal ini disebabkan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan kadar yang dibutuhkan berdasarkan luas lahan yang ditanami oleh petani. Sehingaga baik dalam rasa maupun ketahanan produk menurun, belum lagi apabila diperhatikan dari segi kesehatan dari mengkonsumsi komoditi tersebut. Di dalam pasar domestik komoditi ini masih bisa bersaing, namun apabila dilihat dari segi keunggulan komparatif, seharusnya komoditi-komoditi ini dapat menjadi andalan sebagai penyumbang devisa. Sebagai daerah yang memiliki keunggulan yang berpotensi harus dapat memaksimalkan potensi yang ada tersebut agar peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karo hampir seluruhnya memiliki petensi di sektor pertanian, khususnya dalam menghasilkan komoditi-komoditi ekspor. Adapun daerah penghasil komoditi ekspor di Kabupaten Karo ini antara lain Kecamatan Simpang IV yang selalu menjadi penghasil terbanyak untuk komoditi kentang, kubis, wortel, dan bunga kol, dimana komoditi-komoditi ini merupakan komoditi ekspor. Produksi komoditi ini meningkat setiap tahunnya di kecamatan ini, tahun 2007 produksi kentang sebesar 20.236 ton, produksi kubis sebesar 84.986 ton, produksi wortel 20.723 ton, produksi bunga kol sebesar 13.861 ton. Kemudian kecamatan Kabanjahe yang terkenal dengan sayur-mayurnya juga memberikan kontribusi penting bagi perekonomian Kabupaten Karo. Pada tahun 2007 produksi Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 kentang di kecamatan ini adalah 2.630 ton, produksi kubis sebesar 6.353 ton, produksi wortel 2.304 ton dan untuk produksi sayur kol adalah 3.390 ton. Walaupun kecamatan Kabanjahe merupakan ibukota Kabupaten tetapi masih memberikan kontribusi penting terhadap pertumbuhan perekonomian daerah. Begitu juga dengan kecamatan Berastagi yang terkenal dengan tempat-tempat wisatanya menghasilkan komoditi-komoditi ekspor yang menjadi andalan. Produksi kentang di kecamatan ini pada tahun 2007 mencapai 1.684 ton, produksi kubis sebesar 4.643 ton, produksi wortel adalah 6.569 ton, dan produksi kol sebesar 2.620 ton. Dari produksi yang dihasilkan ini sudah melebihi kebutuhan daerah ini sendiri sehingga berpeluang besar untuk melakukan perdagangan komoditi ini ke daerah yang membutuhkannya. Selain itu kecamatan Tigapanah juga menjadi daerah yang selalu menghasilkan komoditi pertanian yang dapat diekspor ke manca negara. Dari data yang ada di BPS, kecamatan ini menghasilkan kentang sebesar 3.630 ton pada tahun 2007 dan untuk komoditi kubis, wortel, dan bunga kol pada tahun yang sama berturut-turut adalah sebesar 3.976 ton, 2.575 ton, dan 1.166 ton. Perkembangan teknologi yang semakin maju telah membantu petani dalam meningkatkan produksi komoditi-komoditi pertanian, baik itu berupa mesin-mesin yang mempermudah pengolahan lahan dan produk. Selain itu semakin baiknya fasilitas-fasilitas yang ada baik dari bantuan pemerintah maupun swasta telah memotivasi para petani. Dari seluruh kecamatan di daerah Kabupaten Karo diharapkan telah terjamah teknologi pertanian, dan itu menjadi tujuan pemerintah daerah guna mempertahankan prestasi yang telah dicapai bahkan meningkatkan prestasi tersebut. Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.15. Luas Lahan Tanam, Luas Panen, dan Jumlah Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura di Kabupaten Karo Tahun 1999-2007 Tahun Luas Tanam Ha Luas Panen Ha Produksi Ton 1999 128.917 122.503 1.109.761 2000 128.161 126.620 1.206.999 2001 108.215 106.594 984.783 2002 107.506 100.175 940.475 2003 97.511 133.782 1.048.065 2004 91.057 93.708 898.758 2005 88.150 85.117 846.637 2006 94.841 89.108 809.886 2007 109.790 105.356 907.257 Sumber: BPS Kabupaten Karo 2008 Tabel 4.15 memperlihatkan perkembangan yang berluktuasi antara luas lahan tanam, luas panen, dan jumlah produksi. Luas lahan tanam menurun dari tahun 1999- 2006, hal ini disebabkan bergesernya fungsi lahan menjadi daerah pemukiman dan bangunan-bangunan sebagai wujud dari pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Luas lahan produktif sangat menentukan terhadap luas panen dan jumlah produksi. Luas lahan tanam akan sebanding dengan luas panen, apabila luas tanam meningkat Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 maka luas panen juga akan meningkat dan sebaliknya. Kecuali terjadi faktor-faktor luar yang tidak dapat diperhitungkan seperti bencana alam. Luas lahan tanam dan luas penen juga dapat dijelaskan melalui gambar 4.1. Gambar 4.1. Luas Lahan Tanam dan Luas Panen Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Karo Tahun 1999-2007 Demikian juga dengan jumlah produksi memiliki hubungan searah dengan luas panen. Apabila luas panen meningkat maka jumlah produksi juga meningkat, demikian sebaliknya. Hal ini dapat diperhatikan pada tabel 4.15 yang menunjukkan keadaan yang fluktuatif. Pada tahun 1999 jumlah produksi sektor pertanian 1.109.761 ton, tahun 2000 meningkat menjadi 1.206.999 ton, tahun 2001 dan 2002 jumlah Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 produksi mengalami penurunan menjadi 984.783 ton dan 940.475 ton. Pada tahun 2003 jumlah produksi sebesar 1.048.065, data ini menunjukkan suatu peningkatan. Tahun 2004, 2005,2006 jumlah produksi sektor pertanian sebesar 898.758 ton, 846.637 ton, 809.886 ton. Penurunan jumlah produksi ini disebabkan oleh krisis ekonomi yang memaksa naiknya biaya produksi dan menurunnya luas tanam serta luas panen. Namun pada tahun 2007 jumlah produksi kembali naik menjadi 907.257 ton. Adanya kebijakan-kebijakan serta langkah-langkah dari pemerintah mendorong petani untuk produksinya. Perkembangan jumlah produksi pertanian Kabupaten Karo ini dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini. Gambar 4.2. Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

4.5. Program Pembangunan Sektor Pertanian Kabupaten Karo