Sejarah Terbentuknya KPAI Pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI

50 pernah berdiri sendiri namun selalu beririsan dengan berbagai aspek kehidupan yang kompleks. 5. Diseminasi konsep Indonesia Ramah Anak IRA pada berbagai pemangku kewajiban dan penyelenggara perlindungan anak yang meniscayakan adanya child right mainstreaming dalam segala aspek dan level pembangunan secara berkelanjutan. 6. Penguatan mekanisme sistem rujukan reveral system dalam penerimaan pengaduan, sehingga KPAI. Hal ini dipandang penting untuk memantapkan proses penanganan masalah perlindungan anak yang bersumber dari pengaduan masyarakat. 7. Kemitraan strategis dengan pemerintah dan civil society dalam setiap bidang kerja dan isu agar setiap permasalahan bisa mendapatkan rekomendasi dan solusinya yang tepat, serta terpantau perkembangannya. Dengan tujuh langkah strategis tersebut diharapkan berbagai permasalahan anak Indonesia dapat tertangani secara sistemik, holistik, komprehensif dan berkelanjutan, sehingga penyelenggaraan perlindungan anak menjadi makin efektif. 72 Penanganan masalah anak berbasis sistem yang demikian merupakan keniscayaan mengingat dewasa ini permasalahan anak semakin kompleks dan makin bervariasi dengan berbagai dimensinya. Sementara negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orangtua belum sepenuhnya menjadi pemangku kewajiban dan tanggung jawab perlindungan anak yang efektif sebagaimana dimandatkan oleh undang-undang Perlindungan Anak. 72 Wawancara Pribadi dengan Reto Adji Praetiadju. Jakarta, 27 Agustus 2014. 51

B. Ratifikasi Konvensi Hak Anak

Konvensi Hak Anak KHA yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa 1989 merupakan perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis di antara berbagai Negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan hak anak. Hak anak yang dimaksud adalah hak asasi manusia untuk anak. Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 pada tanggal 25 Agustus 1989. Meskipun demikian, Indonesia tidak menerima seluruh Pasal KHA total 54 Pasal. Tujuh Pasal kunci yang direservasi oleh Ind onesia, yaitu Pasal 1 “Definisi”, Pasal 14 “hak anak atas kemerdekaan berp ikir, berkeyakinan dan beragama”, Pasal 16 “hak privasi”, Pasal 17 “hak anak mendapatkan informasi layak anak”, Pasal 21 “Adopsi”, Pasal 22 “Pengungsi Anak”, dan Pasal 29 “tujuan pendidikan”. Ketujuh Pasal ini ditarik oleh Indonesia Hasan Wirayuda atau Menlu Kabinet Indonesia Bersatu Pertama atau Kabinet SBY-JK pada tanggal 11 Januari 2005. 73 Indonesia ikut meratifikasi Konvensi Hak Anak adalah salah satu peran negara dalam mengatasi tindak kekerasan terhadap anak. karena dengan adanya KHA setiap negara yang ikut serta dalam perjanjian yang dibuat oleh PBB ini harus melaksanakan program-program yang telah dibuat dan harus memberikan perlindungan terhadap anak dan memberikan sanksi terhadap pelaku kekerasan terhadap anak. 73 “Konvensi Hak Anak”, artikel diakses pada 24 September 2014 dari http:hukum.kompasiana.com20140422konvensi-hak-anak-1989-650042.html