Perumusan Undang-undang Mengenai Perlindungan Anak pada tahun

56 Kota Layak Anak adalah kabupatenkota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak. 80 Setiap kabupatenkota berhak menjadi Kota Layak Anak, untuk mewujudkan KLA terdapat pra-syarat sebagai berikut: 81 1. Adanya Kemauan dan komitmen pimpinan daerah:membangun dan memaksimalkan kepemimpinan daerah dalam mempercepat pemenuhan hak dan perlindungan anak yang dicerminkan dalam dokumen peraturan daerah. 2. Baseline data: tersedia sistem data dan data dasar yang digunakan untuk perencanaan, penyusunan program, pemantauan, dan evaluasi. 3. Sosialisasi hak anak: menjamin penyadaran hak-hak anak pada anak dan orang dewasa. 4. Produk hukum yang ramah anak: tersusunnya sedia peraturan perundangan mempromosikan dan melindungi hak-hak anak. 5. Partisipasi anak: tersedia wadah untuk mempromosikan kegiatan yang melibatkan anak dalam program-program yang akan mempengaruhi mereka; mendengar pendapat mereka dan mempertimbangkannya dalam proses pembuatan keputusan. 80 “Definisi KLA,” artikel diakses pada 16 September 2014 dari http:kla.or.idindex.php?option=com_contentview=articleid=377Itemid=95 81 “Kota Layak Anak.” artikel diakses pada 1 September 2014 dari www.kla.or.idindex.php?option=com_contentview=articleid=134:kota-layak- anakcatid=56:artikelItemid=77 57 6. Pemberdayaan keluarga: adanya program untuk memperkuat kemampuan keluarga dalam pengasuhan dan perawatan anak. 7. Kemitraan dan jaringan: adanya kemitraan dan jaringan dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak. 8. Institusi Perlindungan Anak: Adanya kelembagaan yang mengkoordinasikan semua upaya pemenuhan hak anak. 82 Namun, sampai saat ini ide kota layak anak masih belum serius diimplementasikan oleh negara. Karena masih ditemukan beberapa kota yang belum menjadi kota layak anak hanya baru menjadi kota menuju layak anak. padahal konsep kota layak anak ini adalah salah satu solusi bagi negara dalam mengatasi tindak kekerasan terhadap anak. Konsep kota layak anak menjadi salah satu solusi yang strategis dalam mengurangi tindak kekerasan terhadap anak. Mewujudkan kota yang layak anak merupakan keharusan dan tidak ada kompromi. Salah satunya, anak-anak berhak mendapatkan ruang yang layak untuk berekspresi dan menyampaikan aspirasinya. Kota Layak Anak adalah sistem pembangunan kota atau kabupaten yang mengintegrasikan komitmen sumber daya pemerintah, masyarakat, dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak. Kota layak anak merupakan upaya untuk melaksanakan ketentuan dan prinsip dasar dari Konvensi Hak Anak. apabila konsep kota layak anak ini telah diimplementasikan akan menjadi salah satu cara dalam mengatasi tindak 82 Wawancara Pribadi dengan Retno Adji Prasetiadju. Jakarta, 27 Agustus 2014. 58 kekerasan terhadap anak dan hanya Negara yang dapat mengimplementasikan konsep kota layak anak serta hanya negara yang berhak mengatur melalui kebijakan-kebijakannya.

E. Hambatan dalam Mengatasi Tindak Kekerasan Terhadap Anak

Mengatasi tindak kekerasan terhadap anak bukanlah hal yang mudah, pemerintah telah memberikan undang-undang dan kebijakan-kebijakan untuk menekan angka kekerasan. Namun dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut masih banyak ditemukan permasalahan lain yang menghambat proses pelaksanaan kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekretaris KPAI, Retno Adji Prasetiadju, 83 Adapun permasalahan yang menghambat dalam pelaksanaan perlindungan anak secara umum menyangkut dua hal: Pertama,belum optimalnya pemenuhan hak-hak anak di bidang kesehatan, pendidikan, pengasuhan, sosial, agama dan budaya, dan hak-hak sipil. Kedua,belum optimalnya perlindungan khusus untuk anak yang membutuhkan perlindungan khusus karena menjadi korban kekerasan, diskriminasi, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya. Berbagai data hasil survey dan penelitian sebagaimana dipaparkan di atas merupakan ilustrasi sekilas tentang permasalahan yang ada. 83 Wawancara Pribadi dengan Retno Adji Prasetiadju. Jakarta, 27 Agustus 2014. 59 Permasalahan anak di Indonesia pada dasarnya merupakan hilir dari belum efektifnya sistem perlindungan anak yang ada. Dengan pendekatan berbasis sistem, hulu dari persoalan anak di Indonesia bisa diidentifikasi sebagai berikut: 84 1. Kebijakan Hambatan yag dihadapi dalam kebijakan ini norma perlindungan anak dalam UUD 1945, UU No 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, Konvensi Hak Anak masih belum maksimal implementasinya. Indikasinya adalah: 85 a. Masih terdapatnya peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang tidak konsisten dengan Undang-Undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Konvensi hak Anak yang berakibat atau berpotensi merugikan dan menghambat pemenuhan hak-hak anak. salah satunya adalah UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pasal 27 ayat 1 menegaskan “Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada instansi pelaksana ditempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 enam puluh hari sejak kelahiran. Pasa l 32 ayat 2 : “Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 satu tahun sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilaksanakan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri”. Sementara, menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 27 ayat 1 : “Identitas diri setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya”. Sementara Pasal 28 ayat 1 menegaskan “Pembuatan akta kelahiran menjadi tanggung 84 Ibid,. 85 Wawancara Pribadi dengan Retno Adji Prasetiadju. Jakarta, 27 Agustus 2014.