Kebijakan Publik KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL

19 Kekerasan Menurut galtung, kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Dalam definisi tersebut kekerasan bukan hanya soal memukul, melukai, menganiaya, sampai membunuh, tetapi lebih luas dari itu. Negara menelantarkan rakyatnya sehingga banyak yang menderita kelaparan sampai mati, itu juga termasuk kekerasan. Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, dana dan sumber daya yang lain demi segelintir pejabat, itu juga termasuk kekerasaan. 26 3. Pengertian Perlindungan Anak Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 27 Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya napza, anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak kekerasan baik fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran. 28 26 I Warsana Windhu, Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan: Dimensi Kekerasan, Tinjuan Teoritis atas Fenomen KekerasanYogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, h. 13. 27 Undang-undang Republik indonsia nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. pasal I Butir 2. 28 Ibid, 15. 20

D. Hak Asasi Manusia

1. Hak Asasi Manusia Perspektif Barat Sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia bermula dengan lahirnya Magna Charta di Eropa pada 15 Juni 1215 yang membatasi kekuasaan absolut raja, dengan lahirnya Magna Charta merupakan proses lahirnya monarki konstitusional. Keterikatan penguasa dengan hukum terdapat pada pasal 21 Magna Charta bahwa “para pangeran dan baron dihukum atau didenda berdasarkan atas kesamaan, dan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya”, sedangkan pada pasal 40 dijelaskan bahwa “tidak seorangpun menghendaki kita mengingkari atau menund a tegaknya hak dan kewajiban”. 29 Kemudian muncul Undang-Undang Hak Asasi Manusia Bill of Rights pada tahun 1689 di Inggris. Pada masa itu muncul equality before the law atau manusia sama dimuka hukum. Menurut Bill of Rights asas persamaan harus diwujudkan betapapun berat rintangan yang dihadapi karena tanpa hak persamaan maka hak kebebasan mustahil dapat terwujud. Untuk mewujudkan kebebasan persamaan hak warga negara maka lahirlah teori sosial yang identik dengan masyarakat Eropa dan Amerika. 30 Pertama, teori kontrak sosial. Menurut J.J. Rousseau, teori kontrak sosial adalah teori yang menyatakan bahwa hubungan antara penguasa dan rakyat didasari oleh sebuah kontrak yang ketentuan-ketentuannya mengikat kedua belah pihak. 29 A Ubaedillah, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003, h. 253-254. 30 Ibid, h. 253. 21 Kedua, trias politika. Menurut Montesquieu, trias politika adalah teori sistem politik yang membagi kekuasaan pemerintahan negara dalam tiga bagian: pemerintah eksekutif, parlemen legislatif, dan kekuasaan peradilan yudikatif. Ketiga, teori kodrati. Menurut Jhon Locke di dalam masyarakat ada hak hak manusia yang tidak dapat dilanggar oleh negara dan tidak diserahkan kepada negara. Bagi Locke hak dasar tersebut harus dilindungi oleh negara dan menjadi batasan bagi kekuasaan negara yang mutlak. Hak hak kondrati bagi Locke terdiri dari hak atas kehidupan, hak atas kemerdekaan, dan hak atas milik pribadi. Keempat, hak hak dasar persamaan dan kebebasan. Menurut Thomas Jefferson, semua manusia dilahirkan sama dan merdeka. Manusia dianugerahi beberapa hak yang tidak dapat dipisahkan. Termasuk hak kebebasan dan hak kesenangan. 31 Kemudian muncullah Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia dan warga Negara Declaratio des Droits de I’Homme et du CitoyenDeclaration of the Rights of Man and of the Citizen di Perancis tahun 1789. Ada lima Hak, yaitu: Hak Kepemilikan Harta, Hak kebebasan, Hak persamaan, Hak keamanan dan hak perlawanan. 32 Kemudian lahirlah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia DUHAM diterbitkan oleh PBB dalam Universal Declaration of Human Rights UDHR pada 10 Desember 1948 yang terdapat lima jenis hak asasi yang dimiliki oleh setiap individu. Pertama, hak personal hak jaminan kebutuhan peribadi, kedua, hak legal hak jaminan perlindungan hukum, ketiga, hak sipil dan politik, 31 Ibid, h. 254. 32 Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, danBudaya Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009, h. 22 keempat, hak subsistensi hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang kehidupan, dan yang kelima, hak ekonomi, sosial, dan budaya. 33 2. Hak Asasi Manusia Perspektif Islam Agama Islam telah menetapkan sejak beberapa abad yang lalu, beberapa hak perorangan yang harus dipenuhi oleh masyarakat, yang baru diketahui oleh undang-undang duniawi yang menciptakan manusia. Hak Asasi Manusia tidak dilahirkan oleh revolusi Perancis dan tidak pula oleh PBB. Hak yang dimaksudkan adalah meninggikan derajat manusia dan memungkinkan mereka untuk berserikat, berusaha untuk kebajikan manusia umum dan untuk memelihara kemuliaan kemanusiaan serta menghidupkan bakat yang ada pada diri seseorang dan membantu manusia dalam usaha mereka mempergunakan segala kekuatan akal dan tubuh. 34 Islam adalah agama universal yang mengajarkan keadilan bagi semua manusia. Islam meletakkan manusia sebagai posisi yang sangat mulia serta sebagai makhluk yang sangat sempurna dan harus dimuliakan. 35 Menurut Abu A’la Al-Maududi, Hak Asasi Manusia adalah hak kodrati yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat di cabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak yang diberikan Allah bersifat permanen, kekal dan abadi. 36 33 A Ubaedillah, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003, h. 254. 34 Teungku Muhammad hasbi Ash shiddieqy. Islam dan HAM Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1999, h. 8. 35 Ibid,. 253. 36 Ibid, h. 254.