35
menjadikan anak sebagai: Eksploitasi seks komersil anak, eksploitasi ekonomi dan pekerja anak, perdagangan anak trafficking, dan prostitusi anak online.
Berdasarkan penjelasan mengenai masalah kekerasan diatas, dapat dikatakan bahwa masih banyak masalah kekerasan dalam bentuk apapun yang
ditemui di sekitar kita. Namun penanganan yang maksimal belum juga diberikan dan didapatkan. lagi-lagi pihak orangtua, masyarakat dan pemerintah lah yang
bertanggungjawab atas penanganan dan penyelesaian masalah kekerasan tersebut.
B. Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Anak
Untuk mengetahui tindak kekerasan yang terjadi pada anak tidak sulit dan tidak jauh dari pandangan kita. Realitas kekerasan yang dialami anak-anak sampai
saat ini masih menjadi masalah yang cukup besar di Indonesia. Pemberitaan pada media masa mengenai kekerasan terhadap anak dapat dijumpai setiap hari.
Beberapa para ahli mengklarifikasikan bahwa tindakan kekerasan atau pelanggaran terhadap hak anak dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu:
56
a. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah agresi fisik yang diarahkan pada seorang anak oleh orang dewasa. Hal ini dapat dikategorikan sebagai meninju, memukul,
mendorong, menggigit, mencekik, membenturkan, mengancam dengan benda tajam dan sebagainya.
56
Bagong Suyanto, Masalah sosial anak Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 29-30.
36
b. Kekerasan Psikis
Wujud konkret kekerasan atau pelanggaran jenis ini adalah penggunaan kata-kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di depan
orang lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata dan sebagainya. Akibat adanya perilaku tersebut korban akan merasa rendah diri,
minder, merasa tidak berharga, dan lemah dalam membuat keputusan decision making.
c. Kekerasan Seksual
Segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau mengancam untuk melakukan hubungan seksual, melakukan penyiksaan atau sadis atau
meninggalkan seseorang termasuk mereka yang masih tergolong berusia anak- anak setelah melakukan hubungan seksualitas.
d. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan jenis ini sering kali dijumpai pada lingkungan keluarga. Perilaku melarang pasangan untuk bekerja atau mencampuri pekerjaan pasangan,
menolak memberikan uang atau mengambil uang, serta mengurangi jatah belanja bulanan merupakan contoh konkret bentuk kekerasan ekonomi. Pada anak-anak
kekerasan jenis ini sering terjadi ketika orang tua memaksa anak yang masih berusia dibawah umur untuk dapat memberikan kontribusi ekonomi keluarga,
sehingga fenomena penjual koran anak-anak, pengemis anak, pengamen jalanan dan lain-lain banyak ditemukan di Indonesia.
37
C. Faktor Pemicu Kekerasan Terhadap Anak
Masyarakat banyak yang sulit memahami mengapa seseorang melukai anak-anak. Masyarakat sering beranggapan bahwa orang yang menganiaya
anaknya mengalami kelainan jiwa. Tetapi banyak pelaku penganiayaan sebenarnya menyayangi anak-anak namun cenderung bersikap kurang sabar dan
kurang dewasa secara pribadi. Menurut mereka hal tersebut sebagai salah satu dari pengajaran kepada seorang anak.
Siti fatimah, seorang pemerhati masalah anak dari Malaysia mengungkapkan bahwa terdapat enam kondisi yang menjadi faktor penyebab
terjadinya kekerasan atau pelanggaran dalam keluarga yang dilakukan terhadap anak.
57
1. Faktor ekonomi
Kemiskinan yang dihadapi sebuah keluarga sering kali membawa keluarga tersebut pada situasi kekecewaan yang pada akhirnya menimbulkan kekerasan.
Hal ini biasanya terjadi pada keluarga dengan anggota yang sangat besar.
58
Badan Pusat Statistik BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
September 2013 mencapai 28,55 juta orang 11,47 persen atau meningkat 0,48 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 tercatat 28,07
juta orang 11,37 persen.
59
Melihat data tersebut dan kenyataan dilapangan,
57
Bagong Suyanto, Masalah sosial anak Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 33.
58
Ibid,. h. 33.
59
“Jumlah penduduk miskin bertambah,” artikel diakses pada 22 Agustus 2014 dari http:www.republika.co.idberitanasionalumum140103mysfdt-jumlah-penduduk-miskin-
indonesia-bertambah.
38
masih banyak masyarakat Indonesia yang miskin, maka faktor ekonomilah yang sangat berpengaruh terjadinya kekerasan terhadap anak selama ini.
2. Faktor Masalah Keluarga
Masalah keluarga ini lebih mengacu pada situasi keluarga khususnya hubungan orang tua yang kurang harmonis. Seorang ayah akan sanggup
menganiaya anaknya semata-mata sebagai pelampiasan atau upaya pelepasan rasa jengkel dan marahnya terhadap istri.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya.
60
3. Faktor Perceraian
Perceraian dapat menimbulkan problematika kerumahtanggaan seperti persoalan hak pemeliharaan anak, pemberian kasih sayang, pemberian nafkah dan
sebagainya.Angka perceraian pasangan di Indonesia terus meningkat drastis. Data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Dirjen Badilag
MA mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan perceraian hingga 70 . Pada tahun 2010, terjadi 285.184 perkara berakhir dengan
perceraian di seluruh Indonesia.
61
4. Faktor kelahiran anak di luar nikah.
Kelahiran anak diluar nikah tidak jarang sebagai akibat adanya kelahiran diluar nikah menimbulkan masalah diantara kedua orang tua anak. Belum lagi jika
60
WA Gerungan, Psikologi sosial Bandung: PT Refika Aditama, 1988, h. 180.
61
“Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70,” artikel diakses pada 22 Agustus 2014 dari http:www.republika.co.idberitanasionalumum120124lya2yg-angka-
perceraian-pasangan-indonesia-naik-drastis-70-persen.
39
melibatkan pihak keluarga dari pasangan tersebut. Akibatnya anak akan banyak menerima perlakuan yang tidak menguntungkan.
5. Faktor permasalahan jiwa atau psikologis
Dalam berbagai kajian psikologis disebutkan bahwa orang tua yang melakukan tindak kekerasan atau penganiayaan terhadap anak-anak adalah
mereka tang memiliki problem psikologis. Orang tua yang pada waktu kecil mendapat perlakuan salah, depresi, kelaian karakter atau gangguan jiwa. Hal ini
akan berpengaruh pada saat mereka telah menjadi orang tua dan berdampak pada anaknya.
6. Faktor pendidikan
Terjadinya kekerasan atau pelanggaran terhadap anak-anak adalah tidak dimilikinya pendidikan atau pengetahuan religi yang memadai. Disamping itu
kekerasan pada anak terjadi karena terinspirasi oleh tayangan-tanyangan televisi atau media-media yang tersebar dimasyarakat yang telah membangun dan
menciptakan perilaku tindak kekerasan. Menurut Ismail dalam sebuah model “The Abusive Environment Model”
menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak-anak sesungguhnya dapat dilihat dari tiga faktor, yaitu:
62
1. Faktor kondisi sang anak
Kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak dapat terjadi karena faktor pada anak, seperti: anak yang mengalami kelahiran prematur, anak yang
mengalami sakit sehingga mendatangkan masalah, hubungan yang tidak harmonis
62
Bagong Suyanto, Masalah sosial anak Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 35-36.