Analisis Kognisi Sosial Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan

dilontarkan di tengah Sidang Umum PBB yang dihadiri negara pro Israel. Imbas dari pernyataan ini tentunya menggugah masyarakat dunia untuk mendukung upaya boikot produk Israel. Di negara-negara seperti di Palestina sendiri, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Uni Eropa, Afrika Selatan, dan Timur Tengah gencar mendata produk buatan Israel dan melabeli produk tersebut jika merupakan hasil dari wilayah pendudukan. Dikutip dari wawancara peneliti dengan salah satu tim penulisan Laporan Utama, Erwin Y Salim yang juga merupakan bagian dari tim Sidang Redaksi, terkait dengan proses pengangkatan tema dan proses produksi laporan utama “Seruan Boikot Israel dari New York”. Majalah Gatra dalam proses mengangkat sebuah berita memiliki kriteria sendiri, termasuk dalam mengangkat tema seruan boikot Israel tersebut. Proses penentuan tema berita laporan utama tersebut dihasilkan melalui rapat pleno perencanaan setiap hari Rabu yang dihadiri oleh segenap tiap personil redaksi Reporter sampai dengan Pemimpin redaksi. 13 Erwin menuturkan bagaimana pertimbangan Majalah Gatra dalam memilih dan mengangkat tema tentang seruan boikot Israel tersebut. Terkait alasan pengangkatan tema Seruan Boikot Israel ini dikarenakan berita tersebut memenuhi kriteria layak siar juga layak rubrik termasuk jenis laporan utama ini. Unsur kriteria berita layak siar di Majalah Gatra ini seperti yang diungkapkan Erwin, antara lain : Hangat dalam arti sedang dibicarakan, baru pertama kali tema itu dimuat, memiliki daya tarik, memiliki kedekatan masalah, sudut pandang, dramatik, fenomenal, eksklusif tenarsangat terkenal, dan unik. 13 GATRA: Nilai-Nilai dan prinsip Pemberitaan GATRA, Jakarta: Majalah GATRA, h. 3. “Nah dari kriteria ini, boikot Israel ini sangat memenuhi banyak dari 10 kriteria ini. Salah satu dari kriteria ini untuk pertama kalinya seorang Menlu RI Marty Natalegawa, menyerukan boikot. Kalau tidak salah juga secara resmi, Gerakan Non Blok di sebuah sidangnya atau konferensi menyatakan harus boikot Israel. Pernyataan Marty juga menarik itulah yang membuat GATRA mengangkat tema ini. Sebetulnya jika dilihat masalah boikot itu sendiri itu sudah lama, tetapi yang mendorong kita mengangkat tema ini adalah pernyataan Marty itu sendiri dan pernyataan gerakan non blok.” Kemudian berita itu diputuskan melalui rapat redaksi majalah GATRA. Mengenai mekanisme peliputan berita Majalah GATRA terdapat alur kerja sebagai berikut : Gambar 8.Alur Peliputan Berita Redaksi Majalah Gatra Sidang Redaksi Rapat Perencanaan Isi Hasil Rapat 1. Pemimpin Redaksi 2. Wakil Pemimpin Redaksi 3. Redaktur Pelaksana 4. Penanggung Jawab Rubrik 5. Reporter 6. Fotographer Penanggung Jawab Rubrik surat penugasan Pusat Liputan Repoter Reporter Fotographer Turun Lapangan Rapat Pengecekan Redaktur Pelaksana Editor Naskah Produksi Tatamuka Dari alur peliputan diatas, dapat dijelaskan terdapat dua prosedur tahap penugasan dan tahap penulisan. Pada tahap penugasan,bagian redaksi mulai dari pemimpin redaksi sampai reporter melakukan rapat perencanaan untuk menentukan masalah yang akan diangkat untuk dijadikan berita. Kemudian dari hasil rapat, penanggung jawab rubrik membuat surat penugasan untuk dikirimkan kepada pusat liputan. Setelah menerima surat penugasan, pusat liputan menentukan reporter lalu diteruskan kepada reporter yang bersangkutan.Reporter turun ke lapangan dan membuat laporan berdasarkan penugasan yang diberikan. Tahap kedua adalah tahap penulisan, tahap ini dimulai dari hasil laporan- laporan yang ditulis oleh reporter kemudian dirapatkan ke dalam rapat pengecekkan untuk menentukan apakah masalah tersebut sudah sesuai dengan kriteria yang akan dimuat dalam majalah.Dari hasil rapat, redaktur pelaksana membuat kertas merah yang dikirim kepada penanggung jawab rubrik. Lalu, penanggung jawab rubrik membuat tulisan berdasarkan kertas merah yang diberikan.Tulisan yang dibuat oleh penanggung jawab rubrik kemudian dikirim kepada redaktur pelaksana untuk penyuntingan tulisan.Setelah penyuntingan tulisan, kemudian tulisan dikirim kepada editor naskah untuk dilakukan pengeditan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.Setelah tulisan tersebut diedit kemudian dikirim kepada PTM untuk penyusunan layout. Proses diatas merupakan prosedur produksi berita di Majalah Gatra. Ketika dihadapkan dengan kondisi saat laporan utama “Seruan Boikot Israel dari New York” ini dibuat, saat itu berita mengenai seruan boikot produk Israel ini tengah hangat dibicarakan oleh media-media di Indonesia. Begitu pun dengan Gatra, setelah melalui rapat perencanaan dengan redaksi dan dipilihnya tema boikot Israel ini, maka kemudian ditentukan penulis dan narasumber terkait dengan tema tersebut. Tim penulis dalam laporan utama ini diantaranya adalah Erwin Y Salim, M. Agung Riyadi, Basfin Siregar, dan Rach Alida Bahaweres, dan Mujib Rahman. Setelah dipilih beberapa wartawan dan penulis, sesuai dengan prosedur peliputan Majalah Gatra, maka masing-masing wartawan mencari berita dengan dibekali Terms of Reference TOR yang dibuat oleh redaktur berikut dengan narasumber yang terkait dengan tema tersebut. Pada laporan utama ini, sumber berita utamanya adalah Marty Natalegawa, yang dihubungi oleh wartawan Gatra, Basfin Siregar. Selain Marty, narasumber dalam laporan utama ini adalah dari dalam negeri yaitu Anggota DPR RI, yang dimintai komentarnya mengenai boikot Israel tersebut. Untuk sumber Internasionalnya, karena tema Laporan utama ini termasuk jenis Internasional, maka data yang diambil juga melibatkan rubrik Internasional. Berita mengenai seruan boikot Israel ini tentu tidak terlepas dari kecenderungannya terhadap suatu pihak. Karena kognisi wartawan dalam penulisan laporan utama ini mempunyai pandangan dan perspektif berbeda terhadap suatu peristiwa. Skema berita yang ditulis Gatra pada Seruan Boikot Israel ini seperti yang diungkapkan Erwin yakni : Kita berangkat dari apa dan apa sih Marty ini ngomong begitu tiba-tiba, dari situ kita menganggap bahwa ini pantas didukung dan yang kedua bahwa ternyata masih banyak produk Israel yang ternyata diam-diam masuk, dan produk produk perusahaan yang mendukung Israel. Nah mau diapain sih Marty ngomong begitu kita disini. 14 14 Wawancara dengan Erwin Y Salim Erwin Y Salim, salah satu tim penulis Laporan Utama Seruan Boikot Israel ini merupakan wartawan senior Gatra yang telah memiliki jam terbang cukup banyak, salah satunya adalah pengalaman meliput langsung di perbatasan Israel. Dari skema yang disebutkan Erwin tersebut, seperti yang disebutkan van Dijk, ada beberapa model atau skema tertentu untuk menggambarkan kognisi wartawan dalam pemberitaan. Tabel. 4.3 Skema Kognisi Sosial Majalah GATRA Skema Person Person Schemas Gatra memandang seruan boikot produk Israel ini bentuk kepedulian negara-negara non aliansi termasuk Indonesia untuk membebaskan rakyat Palestina dari agresi militer Israel. Karena, melalui aksi boikot ini merupakan jalan untuk menekan bentuk aneksasi Israel ke Palestina. Skema Peran Role Schemas Redaksi Gatra melihat upaya yang dilakukan oleh Marty Natalegawa adalah sebuah keberanian yang harus didukung. Marty dan segenap pihak yang mendeklarasikan upaya boikot ini tentu memiliki tujuan, yakni menekan Israel dengan segala cara untuk menghentikan agresi militernya kepada rakyat Palestina. Mengingat begitu besarnya peran media massa dalam menyebarkan segala infomasi, Gatra berkewenangan dalam menyebarkan seruan yang dilakukan oleh negara-negara pendukung pembebasan Palestina. Skema Peristiwa Event Schemas Israel dengan dukungan Amerika Serikat terus memperluas wilayahnya ke tanah Palestina dengan cara melancarkan serangan militernya ke Palestina. Palestina pun tidak tinggal diam. Dengan roket dan amunisi yang dimilikinya, mereka berusaha membalas ke pihak Israel. Begitu pun seterusnya. Hal ini yang kemudian mengakibatkan jiwa-jiwa tak berdosa melayang dari kedua belah pihak. Upaya gencatan senjata juga terus dilakukan, namun hal tersebut selalu gagal di meja perundingan oleh Israel.

C. Analisis Konteks Sosial Laporan Utama Majalah Gatra “Seruan Boikot

Israel dari New York” Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikontruksi dalam masyarakat. Analisis sosial konteks sosial berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi pemakaian bahasa, dan terbentuknya sebuah wacana. Seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi sosial yang sedang terjadi saat itu. Seperti dalam pemberitaan laporan utama majalah Gatra ini, untuk mengetahui bagaimana wacana pemberitaan media tentang Israel ini adalah dengan menganalisis bagaimana negara melakukan produksi dan reproduksi mengenai keberadaan Israel, lewat buku-buku sekolah, pidato politik, hubungan politik, dan sebagainya. Penilaian negatif bangsa Indonesia terhadap Israel telah dibangun berpuluh- puluh tahun yang lalu ketika Israel mulai melebarkan ekspansi ke wilayah Palestina. Israel yang merupakan negara republik demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer memproklamasikan kemerdekaannya pada 4 Mei 1948 dan memiliki luas wilayah sekitar 21.596 km persegi sekitar 8338 mil persegi. 15 Sampai dengan tahun 2009, populasi Israel adalah sebesar 7,5 juta jiwa. Israel memiliki dua bahasa resmi, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Arab. Agama mayoritas di Israel ini adalah agamaYahudi. Afiliasi keagamaan penduduk Yahudi Israel bervariasi: 55-nya mengaku sebagai tradisional, sedangkan 20-nya menganggap dirinya sendiri sebagai Yahudi sekuler, 17 mengaku sebagai Yahudi Ortodoks; sisa 8-nya mengaku sebagai Yahudi Haredi. Sedangkan Agama Islam mencapai 16 total populasi Israel dan merupakan agama minoritas terbesar di Israel. Sekitar 2 populasi beragama Kristen dan 1,5-nya beragama Druze. Terdapat pula sebagian kecil kelompok agama seperti agama Buddha dan Hindu. 16 Seperti diketahui bahwa pemerintah Indonesia tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Alasan tidak adanya hubungan diplomatik dengan Israel ini memiliki sejumlah alasan salah satunya terkait dengan kultur keagamaan Indonesia yang dikenal dekat dengan negara di Timur Tengah yang berasaskan Islam. Sedangkan kondisi di negara Timur Tengah menunjukkan suasana yang menegangkan antara dunia Arab dan Israel. Konflik Israel dan Palestina itu yang membuat Indonesia tidak membuka hubungan diplomatiknya dengan Israel, karena populasi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam tentu mendukung perjuangan rakyat Palestina. Jumlah populasi penduduk yang beragama Islam di Indonesia pada tahun 2011 seperti data yang dlihat dari Kementerian Agama berjumlah 209.286.151 penduduk atau 88,10 dari jumlah penduduk Indonesia keseluruhan. Jumlah ini 15 Israel Gen Web, Artikel diakses pada 9 Mei 2013 dari http:www.israelgenealogy.com 16 Israel, artikel diakses pada 9 mei 2013 dari https:id.wikipedia.orgwikiIsraelcite_note- cia-1 tentu berimplikasi terhadap tidak dibukanya hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel, mengingat kebijakan Pemerintah yang mengikuti mayoritas suara rakyat umat Muslim keseluruhan yang menentang keras dibukanya hubungan diplomatik terhadap Israel. Pasang surut hubungan Indonesia dengan Israel ini telah berlangsung lama sejak zaman orde lama hingga saat ini. Pada zaman orde baru, yakni pada pemerintahan presiden Soeharto, pemerintah pada pendiriannya untuk tidak memiliki hubungan bilateral dengan Israel jika dinamika politik di Timur Tengah belum tercipta karena ekspansi wilayah yang dilakukan Israel terhadap negara Arab dan Palestina. Namun pada zaman orde baru juga tidak terlepas dari isu pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel. Pada tahun 1993 seperti diberitakan media di Indonesia bahwa Menteri Luar Negeri Menlu Ali Alatas dan Shimon Peres dalam konferensi tentang HAM di Wina. Sebulan kemudian, koran berita terkemuka Israel, Haaretz edisi 22 Juli 1993 memberitakan bahwa sejumlah pengusaha Israel berkunjung ke Indonesia guna menjalin kontak bisnis dengan Jakarta. Selain itu, diberitakan bahwa Duta Besar Israel di Singapura, Daniel Megiddo telah melalukan pembicaraan dengan para pejabat Departemen Luar Negeri Deplu RI guna menjajaki kemungkinan pembukaan hubungan diplomatik Jakarta-Tel Aviv. 17 Berlanjut pada pemerintahan setelah Orde baru, yakni era reformasi, zaman Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI ke-4. Pada zaman ini wacana pembukaan hubungan diplomatik kencang disuarakan. Rencana Presiden 17 Sirwan, “Rethinking Diskursus Pembukaan Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel,” artikel diakses 3 Mei 2012 dari http:bemfisipol.umy.ac.id201211rethinking-diskursus- pembukaan-hubungan.html