BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengaruh Penyalahgunaan NAPZA Terhadap Angka Kejadian HIVAIDS
Penyalahgunaan NAPZA merupakan pemakaian narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain yang tidak sesuai dengan indikasi dan melawan hukum serta
menimbulkan ketergantungan. Ketergantungan NAPZA merupakan keadaan penggunaan zat tertentu secara terus-menerus serta peningkatan dosis yang
bertujuan menghasilkan efek sama dan jika penggunaannya dikurangidihentikan secara tiba-tiba maka akan menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas sakau.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cook JA dan rekannya mengenai dampak penggunaan kokain pada wanita, didapatkan hasil bahwa wanita
penggunan kokain persisten maupun non-persisten mempunyai keterkaitan erat dengan peningkatan kematian, infeksi HIV dan penyakit AIDS dibandingkan
dengan wanita bukan pengguna kokain. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa
penyalahgunaan NAPZA dapat meningkatkan angka kejadian HIVAIDS baik yang digunakan secara injeksi IDU maupun non-injeksi mempengaruhi perilaku
seksual berisiko. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fikrifar pada tahun 2012 di RSKO Cibubur, mengenai prevalensi penyakit HIVAIDS pada pengguna
NAPZA, diketahui bahwa sebanyak 66,29 pengguna NAPZA menderita HIVAIDS. Hal ini mendukung teori bahwa penggunan NAPZA dapat
meningkatkan angka kejadian HIVAIDS.
5,6
2.2 HIVAIDS 2.2.1 Etiologi
AIDS Acquired Immuno-Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala yang diakibatkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi
HIV tipe HIV-1 dan HIV-2. Istilah Human Immunodeficiency Virus HIV pertama kali diusulkan oleh Luc Montagnier pada tahun 1986 sebagai nama jenis
retrovirus yang menyerang sistem pertahanan tubuh. Virus ini menginfeksi sel yang memiliki reseptor CD4
+
T dengan afinitas tinggi untuk HIV.
7
4
HIV memilik 2 tonjolan eksternal knob yang dibentuk dari 2 protein utama pembungkus virus Virus envelope yaitu gp120 di bagian luar dan p41
yang terletak di transmembran. Bagian virus yang berikatan dengan sel CD4
+
T adalah gp120 sedangkan yang berperan dalam proses internalisasiadopsi adalah
gp41. RNA dari HIV diselubungi oleh kapsul berbentuk seperti kerucut yang terdiri atas protein virus.
8
Gambar 1. Struktur badan virus HIV
8
2.2.2 Patofisiologi HIVAIDS
Perjalanan infeksi HIV dapat digolongkan menjadi 3 fase yaitu: A.
Fase infeksi akut Interaksi antara gp120 dan reseptor CD4
+
pada limfosit T menyebabkan terjadinya ikatan virus dengan reseptor kemokin CXCR4 bertindak sebagai ko-
reseptor spesifik pada jalur tropik sel T dan CCR5 pada jalur tropik makrofag yang juga terdapat di membran sel target virus. Hal ini menyebabkan terjadi
perubahan konformasi dalam protein amplop virus yang mempengaruhi gp41 sehingga peptida fusi menembus sel dan menyebabkan membran fusion. Proses
selanjutnya yaitu internalisasi masuknya inti nukleokapsid ke dalam sitoplasma sel target. Proses ini yang dinamakan sel terinfeksi HIV.
7,8