Recurrent nontyphoidal Salmonella bacteremia
Lymphoma cerebral or B-cell non-Hodgkin
Invasive cervical carcinoma
Atypical disseminated leishmaniasis
Symptomatic HIV-associated nephropathy
Symptomatic HIV-associated cardiomyopathy
Reactivation of American trypanosomiasis meningoencephalitis or myocarditis
2.2.5 Pemeriksaan HIV
Human immunodeficiency virus HIV antibodi dapat dideteksi dengan ELISA atau enzim immunoassay EIA, aglutinasi partikel, dan chemiluminescent
immunoassay CIA. Dalam pengujian antibodi menggunakan metode EIA, bahan uji berasal dari darah, serum, plasma, air liur, ataupun urin.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis HIVAIDS adalah hitung kadar CD4
+
, viral load VL, pemeriksaan PA dengan ditemukannya nodus limfa yang mengalami
kerusakanhiperplasia, sel T multinuklear raksasa khas pada HIV ensefalopati, mikrogliosis, serta hilangnya gambaran folikuler dendritik yang normal.
Pemeriksaan lainnya dapat berupa kadar BUN, kreatinin serum, serta urinalisis lengkap untuk mengetahui nefropati yang terasosiasi HIV. Jika dicurigai adanya
infeksi sekunder maka dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, misalkan skin test, tes serologi CMV, RPR rapid plasma reagent untuk sifilis, serologi hepatitis A,
B dan C, antibodi anti-toxoplasma, dan lain-lain.
12,13
Pemeriksaan HIV dilakukan menggunakan 3 strategi. Strategi 1 digunakan sebagai skrining sebelum dilakukannya transfusi darah, transplantasi organ dan
pengawasan. Strategi 2 digunakan untuk diagnosis dan pengawasan sedangkan strategi 3 digunakan sebagai diagnosis pasti.
Gambar 4. Skema pemeriksaan HIV menurut UNAIDS dan WHO
14
2.3 Penyakit Tuberkulosis 2.3.1 Definisi dan Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang paru TB Paru maupun
organ lain TB Ekstra-Paru seperti kelenjar getah bening, tulang belakang, kulit, saluran kemih, dan otak. Mycobacterium tuberculosis berbentuk basil kecil
dengan ukuran 0.4 x 3 μm dan bersifat aerob obligat mendapatkan energi dari
proses oksidasi dengan mengubah komponen karbon. Mycobacterium tuberculosis merupakan basil tahan asam.
Gambar 5. Mycobacterium tuberculosis
15
Komponen dinding sel Mycobacterium tuberculosis terdiri dari lipid, protein dan polisakarida. Dinding sel Mycobacterial dapat menginduksi reaksi
hipersensitivitas yang tertunda dan reaksi resistensiperlawanan terhadap infeksi lain. Lipid dinding sel meliputi asam mikolat asam lemak rantai panjang C78-
C90, lilin, dan fosfat. Muramil dipeptida yang berasal dari peptidoglikan akan membuat kompleks dengan asam mikolat dan menyebabkan pembentukan
granuloma. Fosfolipid menginduksi terbentuknya proses nekrosis kaseosa. Virulensi strain basil tuberkulum berbentuk mikroskopis serpentine cords dimana
basil tahan asam BTA diatur dalam bentuk rantai yang paralel. Sebuah cord factor trehalose-6,6-dimycolate diambil dari basil virulen menggunakan
petroleum eter. Hal ini dapat menghambat migrasi leukosit yang menyebabkan timbulnya granuloma kronis serta dapat berfungsi sebagai immunologic adjuvant.
8
2.3.2 Patofisiologi Tuberkulosis
Transmisi Mycobacterium tuberculosis berasal dari satu orang ke orang lainnya melalui udara. Penyebaran Mycobacterium tuberculosis dapat melalui
berbagai cara misalkan kontak secara langsung yaitu menghirup droplet secara langsung Directly inhales droplets generated dari pasien TB positif ketika
bersinbatuk; menghirup droplet secara tidak langsung Indirectly inhales droplets
generated dari pasien TB infeksius karena menghirup debu atau udara yang sudah tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menempel di lantai,
baju, sprei dll. Daya penularan seorang pasien TB positif sebanding dengan tingkat
kepositifan hasil pemeriksaan sputum. Semakin tinggi tingkat kepositifan hasil pemeriksaan sputum maka semakin tinggi risiko pasien tersebut untuk
menularkan TB. Risiko penularan TB setiap tahunnya ditunjukan melalui Annual Risk of Tuberculosis Infection ARTI yaitu proporsi penduduk yang berisiko
terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1, mempunyai arti 10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. Menurut WHO, ARTI di
Indonesia bervariasi antara 1-3.
16,17
Faktor lingkungan juga mempengaruhi penyebaran Mycobacterium tuberculosis. Lingkungan yang lembab dan jarangtidak terkena sinar matahari
merupakan tempat yang cocok bagi pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Fase awal dari tuberkulosis primer pada individu yang belum tersentisisasi
ditandai dengan proliferasi bakteri di dalam makrofag alveolar dan alveolus. Walaupun telah terjadi bakteremia, mayoritas pasien tidak menunjukkan
gejalaasimptomatik dan beberapa diantaranya hanya menampilkan gejala ringan seperti pada penyakit influenza. Perkembangan sistem imun dari cell-mediated
immunity CMI timbul 3 minggu setelah terpapar. Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam makrofag secara endositosis
yang dimediasi oleh reseptor mannosa makrofag yang berikatan dengan mannose- capped glycolipid pada dinding sel bakteri. Organisme mampu menghambat
respon mikrobisidal dengan cara memanipulasi pH endosomal dan menghentikan maturasi endosomal endosomal manipulation. Akan tetapi terjadi kegagalan
formasi fagilisosom sehingga proliferasi mikobakterial tidak terhindarkan. Gen
NRAMP-1 Natural resistance-associated macrophage protein-1 terlibat pada aktivitas mikrobisidal awal dan memegang peranan pada progresi Mycobacterium
tuberculosis. Polimorfisme NRAMP-1 berkaitan dengan peningkatan insiden tuberkulosis sedangkan variasi genotip NRAMP-1 menurunkan fungsi
mikrobisidal.