3.10 Kerangka konsep
Pasien HIVAIDS
Riwayat penggunaan NAPZA +
Riwayat penggunaan NAPZA -
Diagnosis TB - Diagnosis TB +
Jenis Zat yang digunakan:
- Opiat
- Ectasy -
Metadon - Nikotin -
Ganjacannabis - Heroin -
Amfetamin - Alkohol
-
Sedative hipnotik -
Usia -
Pekerjaan -
Jenis Kelamin -
Pendidikkan terakhir -
Status pernikahan
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Prevalensi HIVAIDS-TB dengan riwayat penggunaan NAPZA di RSKO Cibubur
Jumlah data rekam medik pasien yang menderita HIVAIDS di RSKO Cibubur periode 2011-2012 sebanyak 275 orang, sedangkan pasien HIVAIDS
yang mempunyai riwayat penyalahgunaan NAPZA ada 139 orang 50,5 dari seluruh pasien HIVAIDS. Namun selama periode tersebut ditemukan ada 16
orang pasien yang telah meninggal dunia dan 123 orang pasien yang masih hidup. Berdasarkan kriteria ekslusi yang telah ditetapkan sebelumnya didapatkan jumlah
data rekam medik yang dijadikan sampel sebanyak 112 orang.
Rumus prevalensi rate HIVAIDS –TB
Keterangan:
Σ = Jumlah
K = Konstanta 100
Dari 112 data rekam medik yang diambil sebagai sampel didapatkan prevalensi HIVAIDS
–TB dengan riwayat penyalahgunaan NAPZA periode 2011- 2012 sebesar:
WHO memperkirakan ada 10 juta orang pasien HIVAIDS mengalami ko- infeksi tuberkulosis dan lebih dari 90 berasal dari Negara berkembang. CDC
menduga bahwa jumlah minimum kasus AIDS yang berkaitan dengan ko-infeksi Mycobasterium tuberculosis mencapai 30. Di Indonesia, infeksi oportunistik
yang sering dijumpai pada pasien HIVAIDS adalah jamur saluran cerna dan TB. Angka kejadian infeksi oportunistik TB di RS Cipto Mangunkusumo mencapai
� � � � −
� � � �
� −
� � � �
� � � �
� −
�
���������� ���� = = ��,�
29
20 40
60 80
100
TB positif dengan jenis kelamin Responden dalam Perempuan
Laki-laki
37,1. Pasien dengan imunokompeten yang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis mempunyai risiko 10 berkembang menjadi tuberkulosis, dan 50
dari kasus tersebut terjadi pada 1-2 tahun pertama setelah terinfeksi.
9,23
4.2 Persebaran HIVAIDS –TB pada pecandu NAPZA berdasarkan jenis
kelamin
Dari 55 pasien yang menderita HIVAIDS –TB, ditemukan bahwa
perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebesar 8,2 : 1 yaitu 49 orang laki- laki dan 6 orang perempuan.
Grafik 4.1 Distribusi HIVAIDS-TB pada pecandu NAPZA berdasarkan jenis kelamin di RSKO Cibubur Tahun 2011-2012.
Berdasarkan hasil penelitian WHO, didapatkan bahwa progresivitas dari fase infeksi Mycobacterium tuberculosis hingga terdiagnosis TB aktif pada
perempuan lebih cepat jika dibandingkan pada laki-laki. Pelaporan kasus TB paru pada perempuan hampir lebih rendah dibandingkan laki-laki. Namun, jumlah
angka kejadian TB pada perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaan. Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, serta prilaku seksual
berisiko merupakan faktor risiko meningkatnya penyalahgunaan NAPZA dan infeksi HIVAIDS. Angka kejadian tuberkulosis meningkat pada pasien
HIVAIDS dikarenakan menurunnya sistem imunitas tubuh untuk melawan ko- infeksi Mycobacterium tuberculosis. Pola distribusi HIVAIDS-TB berdasarkan
jenis kelamin table 4.1 diketahui bahwa mayoritas pasien berjenis kelamin laki- laki. Hal ini diakibatkan karena laki-laki mempunyai risiko 30 kali besar untuk
merokok, 10 kali lebih besar untuk minum minuman beralkohol, 20 kali lebih
89,1
10,9
10 20
30 40
50 60
70
HIVAIDS-TB berdasarkan Usia reponden tahun 2013 20-30
31-40 41-50
50
besar untuk menyalahgunakan narkoba, dan 5 kali lebih berisiko untuk melakukan seks bebas dibandingkan dengan perempuan.
24-25
4.3 Persebaran HIVAIDS –TB pada pecandu NAPZA berdasarkan usia
responden
Dari 55 pasien yang menderita HIVAIDS –TB yang digolongkan
berdasarkan usia, ditemukan bahwa rentang usia 31-40 tahun mempunyai prevalensi tertinggi yaitu 65,45 sedangkan pada usia 20-30 sebesar 21,81; usia
41-50 tahun sebesar 10,9 dan pada usia 50 tahun sebesar 1,8.
Grafik 4.2 Distribusi HIVAIDS-TB pada pecandu NAPZA berdasarkan usia responden pada tahun 2013.
Sekitar 75 pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis 15-50 tahun. Berdasarkan kelompok umur responden diketahui bahwa
pasien HIVAIDS dengan riwayat penggunaan NAPZA yang mengalami ko- infeksi Mycobacterium tuberculosis mayoritas berusia 31-40 tahun. Hal ini
diakibatkan pada rentang usia 31-40 tahun merupakan periode umur individu paling berisiko mengalami stresstekanan sosial yang tinggi sehingga peluang
untuk menggunakan NAPZA dan seks berisiko merupakan pilihan yang banyak diambil oleh masyarakat. Meningkatnya risiko penyalahgunaan NAPZA dan seks
berisiko pada usia 31-40 tahun menyebabkan terjadinya peningkatan risiko ko- infeksi TB grafik 4.2.
17
Semakin bertambah usia, imunitas tubuh semakin turun. Hal ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi timus karena proses atrofi. Involusi timus
menyebabkan jumlah sel T naif dan kualitas respon sel T semakin berkurang
65,45
21,81 10,9
1,8