10 20
30 40
50 60
70
HIVADIS-TB derdasarkan pendidikkan terakhir responden SD
SLTPSMP SLTASMA
STM D-3
PT
informasi yang pesat menyebabkan terjadinya culture syok. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang merasa bahwa menganut kebudayaan asing merupakan
salah satu proses modernisasi yang patut untuk dilakukan. Namun, kurangnya pengontrolan dari pemuka agama dan pemerintah mengakibatkan masyarakat
berperilaku menyimpang, seperti mengkonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang dan seks bebas. Ketiga perilaku tersebut dapat meningkatkan angka kejadian
infeksi HIVAIDS.
29
Jakarta merupakan kota dengan populasi yang padat. Jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2013 mencapai 9,041 juta jiwa dengan kepadatan penduduk
berkisar 13.667 jiwaKm
2
, akibat proses urbanisasi perpindahan penduduk dari desa ke kota yang tidak terkonrol. Tingginya tingkat kepadatan penduduk Jakarta
meningkatkan risiko penyebaran TB lebih cepat.
26-27
4.5 Persebaran HIVAIDS –TB pada pecandu NAPZA berdasarkan
pendidikkan terakhir
Dari 55 pasien yang menderita HIVAIDS –TB, ditemukan bahwa
mayoritas responden berpendidikkan terakhir SMA yaitu sebesar 63,63; 5,45 D-3; 7,3 perguruan tinggi PT; 1,8 SD; 5,45 STM; dan 16,4 SMP.
Grafik 4.4 Distribusi HIVAIDS-TB pada pecandu NAPZA berdasarkan pendidikkan terakhir
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam pembentukkan karakterpribadi individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan tingkat
63,63
1,8 16,4
5,45 5,45
7,3
10 20
30 40
50 60
HIVAIDS-TB berdasarkan pekerjaan responden Karyawan
Wiraswasta Kary. Swasta
Tidak bekerja
pengetahuan mengenai hidup sehat juga ikut meningkat. Namun pada beberapa kasus, tidak ditemukan kesetaraan dalam hal tingkat pendidikan dan perilaku
hidup sehat. Perilaku hidup sehat dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, beberapa diantaranya adalah pergaulan dan perilaku masyarakat di lingkungan
sekitar. Pada masa SMA, rasa solidaritas antarteman cukup tinggi sehingga banyak
individu yang mudah terpengaruh oleh teman. Selain itu, rasa keingintahuan individu juga sangat tinggi sehingga banyak didapatkan banyaknya individu yang
mencoba-coba menggunakan NAPZA serta perilaku seksual berisiko yang dapat meningkatkan angka kejadian infeksi HIVAIDS. Oleh karena itu, dari grafik 4.4
didapatkan hasil mayoritas pasien HIVAIDS-TB berpendidikan terakhir SMA.
4.6 Persebaran HIVAIDS –TB pada pecandu NAPZA berdasarkan
pekerjaan
Dari 55 pasien yang menderita HIVAIDS –TB, ditemukan bahwa
mayoritas responden tidak bekerja pengangguran yaitu sebesar 51; 23,63 bekerja sebagai karyawan swasta; 10,9 karyawan; dan 14,54 wiraswasta.
Grafik 4.5 Distribusi HIVAIDS-TB pada pecandu NAPZA berdasarkan pekerjaan responden
Tingginya persaingan di dunia kerja menyebabkan lulusan SMA sulit untuk mendapatkan perkerjaan. Tingkat pengangguran terbuka TPT di Indonesia
51
23,63 14,54
10,9