25
25 sejumlah masalah. Perubahan fisik pada remaja nampak pada gambar
dan tabel dibawah ini :
P P
e e
r r
u u
b b
a a
h h
a a
n n
F F
i i
s s
i i
k k
a. Tampak luar
Pria: Otot menguat
Tumbuh Jakun Tumbuh bulu-bulu di ketiak,
sekitar muka, sekitar kemaluan Ketiak berminyak
Suara menjadi besar Wanita:
Tumbuh payudara Putting meonjol keluar
Bentuk tumbuh berlekuk Tumbuh bulu-bulu di ketiak dan
kemaluan Kulit berminyak
b. Tampak dalam
Pria: Mimpi basah
Wanita: Menstruasi
P P
e e
r r
u u
b b
a a
h h
a a
n n
E E
m m
o o
s s
i i
P P
h h
i i
k k
o o
l l
o o
g g
i i
s s
Pria: Timbul perhatian pada lawan
jenis Ingin diakui kedewasaannya
Wanita: Menjadi lebih sensitive
Ingin diperhatikan Timbul perhatian pada lawan
jenis Suka bercermin didepan kaca
Sumber : http:situs.kesrepro.infokrrokt2002krr02.htm
26
26 b Perkembangan Kognitif
Piaget dalam Agustiani, 2006 menyebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya. Pada tahap ini remaja tidak lagi terikat
pada realitas fisik yang konkrit dari apa yang ada, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari relitas.
Misalnya, aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebaya dan aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi
dipandang sebagai hal-hal yang tak mungkin berubah. Kemampuan berfikir ini memungkinkan individu untuk mengimajinasikan kemungkinan
lain untuk segala hal. Singkatnya pada tahap ini individu menjadi lebih fokus dalam tujuannya.
c Perkembangan Psikososial Menurut Erikson dalam Agustiani, 2006 pada tahap ini seorang remaja
bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna dan
dimaknakan. Dengan kata lain, identitas seseorang tergantung pula pada bagaimana orang lain mempertimbangkan kehadirannya. Karenanya bisa
lebih dipahami mengapa keinginan untuk diakui, keinginan untuk memperkuat kepercayaan diri dan keinginan untuk menegaskan
kemandirian menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, terutama bagi mereka yang akan mengakhiri masa itu.
27
27 d Perkembangan Moral
Piaget dalam Hurlock, 2000 mengemukakan perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan. Tahap pertama disebut tahap realisme moral.
Pada tahap ini perilaku remaja ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Dalam tahap ini mereka menilai
benar atau salah atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motivasi dibelakangnya. Sedangkan tahap yang kedua disebut tahap
moralitas otonomi. Pada tahap ini mereka menilai perilaku atas dasar tujuan yang mendasarinya. Mereka mampu mempertimbangkan semua
cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu dan dapat bernalar atas dasar hipotesis dan dalil. Ini memungkinkan mereka untuk
melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkannnya.
e Perkembangan Kepribadian Kepribadian remaja mengalami perubahan yang diiringi dengan
perkembangan jati diri. Menurut Erikson dalam Hurlock 2000 pencarian identitas jati diri sangat berpengaruh terhadap prilaku remaja ia
mengatakan :
28
28 “Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang
baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun- tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjuk secara
artificial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh; dan mereka slalu siap utuk menempatkan idola dan ideal mereka sebagai
pembimbing dalam mencapai identitas akahir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan
identifikasi masa kanak-kanak.”
Selain itu, perkembangan identitas remaja berkaitan dengan komitmenya terhadap okupasi masa depan,peran-peran masa dewasa dan sistim
keyakinan pribadi. Identitas juga merupakan aspek sentral pribadi yang sehat untuk merefleksikan kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain
dan mempelajari tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya.
2.2.3 Tugas Perkembangan Remaja
Dari berbagai teori mengenai perkembangan manusia, Erik Erikson 1902- 1994 mengemukakan bahwa manusia berkembang melalui tahapan-tahapan
psikososial. Tahapan perkembangan menurut teori Erikson ini terdiri dari delapan tahapan. Setiap tahapan terdiri dari tugas perkembangan yang unik,
dimana individu akan menghadapi situasi krisis. Santrock, 2002. Remaja mengadapi tugas-tugas perkembangan seperti mencari jati diri dan mencari
tahu tujuan mereka dalam hidup dan menjadi seorang dewasa yang utuh dan memiliki peran yang bernilai dimasyarakat. Robert Havighurst dalam
Sarwono, 2007 menyatakan bahwa remaja memiliki tugas perkembanagan sebagai berikut :
29
29 1. menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif.
2. menerima hubungan yang lebih matang dari teman sebaya dari jenis kelamin manapun.
3. menerima peran jenis kelamin masing-masing laki-laki atau perempuan. 4. berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua.
5. mempersiapkan karir ekonomi. 6. mempersiapkan perkawinan dalam kehidupan berkeluarga.
7. merencanakan tingka laku sosial yang bertanggung jawab. 8. mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah
lakunya.
2.2.4 Perkembangan Seksual Pada Remaja
Masalah seks pada remaja seringkali mencemaskan para orang tua, juga pendidik, pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Dengan demikian
dibutuhkan sifat yang sangat bijaksana dari orang tua, pendidik, dan masyarakat pada umumnya. Serta tentunya para remaja itu sendiri, agar
mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat. Adapun yang dimaskud dengan perilaku seksual adalah segala taingkah laku yang
didorong oelh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Sarwono, 2007.
30
30 Bentuk tingakah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkan. Akan tetapi,
pada bagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, misalnya pada para gadis-gadis
yang terpasa menggugurkan kandungannya. Simkins dalam Sarwono 2007.
Akibat dari psikososial lainnya adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba hamil.
Juga akan terjadi cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Akibat lainya adalah terganggunya kesehatan dan resiko kehamilan serta
kematian bayi yang tinggi. Selain itu, juga ada akibat-akibat putus sekolah dan akibat-akibat ekonomis karena diperlukan ongkos perawatan, dan lain-
lain. Sanderowitz Paxman, dalam Sarwono 2007.
Menurut Sarwono 2007, masalah seksual pada remaja timbul karena faktor- faktor berikut :
1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual libido seksualitas remaja. Pengingkatan hasrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
31
31 2. Akan tetapi, penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia
menikah sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut
persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain.
3. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku. Seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Bahkan, larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti beciuman dan mastrubasi. Untuk remaja yang tidak
dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan melanggar saja larangan-larangan tersebut.
4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang
dengan adanya teknologi canggih video casette, foto copy, satelit, VCD, DVD, telepon genggam, internet, dan lain-lain menjadi tidak terbendung
lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya dari media massa,
khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual dari orang tuanya.
32
32 5. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya
yang masih mentadabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak. Malah, orang tua cenderung membuat jarak
dengan anak dalam masalah yang satu ini. 6. Dipihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang
makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat. Hal ini akibat berkembangnya peran pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita
sejajar dengan pria.
2.3 ABORSI
2.2.5 Pengertian
Kata aborsi berasal dari bahasa Inggris yaitu abortion dan bahasa Latin abortus. secara etimologis berarti, gugur kandungan atau keguguran.
Menurut Gulardi HW dalam Maria ulfah 2006 Aborsi ialah berhentinya mati dan dikeluarkannya kehamilan sebelum 20 minggu dihitung haid terakhir
atau berat janin kurang dari 500g atau panjang janin kurang dari 25cm. Menurut Al-Ghazali aborsi ialah pelenyapan nyawa yang ada didalam janin,
atau merusak sesuatu yang sudah terkonsepsi al-maujd al-hashil. Maria ulfah, 2006
33
33 Ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian aborsi sebagai berikut :
“Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berta 1.000 gram. Menurut Fact About Abortion, Info Kit on
Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and Action, dalam Maria ulfah, 2006 aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah
tertanamnya telur ovum yang telah dibuahi dalam rahim uterus, sebelum usia janin fetus mencapai 20 minggu. Secara umum istilah aborsi diartikan
sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat
janin masih berusia muda sebelum bulan ke empat masa kehamilan.
Dari berbagai definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa aborsi adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin sepenuhnya berkembang dan
dapat hidup di luar tubuh ibu.
2.2.6 Macam - Macam Aborsi
Macam-macam aborsi menurut Maria ulfah 2006, yaitu : 1. Spontaneus Abortion aborsi spontan alamiah
Terjadi secara tidak sengaja. Umumnya disebut keguguran. Bisa terjadi pada perempuan dengan trauma kehamilan, bekerja terlalu berat tau
keadaan patalogis lain. Aborsi spontan dapat terjadi akibat kondisi janin
34
34 atau rahim yang tidak normal, penyakit atau kecelakaan fisik yang dialami
ibu, maupun pengaruh obat-obatan. Abortus spontan dibagi lagi menjadi:
a. Abortus Imminens threatened abortion, yaitu adanya gejala-gejala yang mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-
kadang kehamilan masih dapat diselamatkan. b. Abortus Incipiens inevitable abortion, artinya terdapat gejala akan
terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
c. Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang
terjadi biasanya cukup banyak namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.
d. Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan
pengobatan. e. Missed Abortion, Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil
pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak
mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus
yang lain
35
35 2. Induced provocatus abortion aborsi secara sengaja buatan
Yaitu penghentian kehamilan secara sengaja dengan prosedur yang sah dan aman safe abortion, biasanya dilakukan ditempat praktek dokter,
klinik atau rumah sakit Jenis aborsi ini dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu :
a. Abortus Artificialis therapicus yaitu pengguguran yang dilakukan oleh dokter berdasarkan indikasi medis, sebagai bentuk penyelamatan atas
jiwa ibu yang terancam bila kehamilannya dipertahankan. b. Abortus Provocatus Criminalis yaitu pengguguran yang dilakukan
dengan sengaja tanpa dasar indikasi medis. Biasanya aborsi jenis ini dilakukan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki
2.2.7 Faktor - Faktor Penyebab Aborsi
Menurut Maria Ulfah 2002 pada dasarnya aborsi dilaksanakan karena ada beberapa faktor yang mendorongnya antara lain :
a. Indikasi medis, jika kehamilan diteruskan dapat membahayakan ibu seperti adanya penyakit jantung, paru-paru, ginjal, dan sebagainya.
b. Indikasi psychitris, jika kehamilan diteruskan akan memberatkan penyakit jiwa yang dibawa ibu.
c. Indikasi eugenetik, jika khawatir akan adanya penyakit bawaan pada keturunan seperti sipilis, virus dan sebagainya.
d. Indikasi sosial ekonomi, yaitu dilakukannya pengguguran kandungan sebab didorong oleh faktor kesulitan finansial.
36
36 Perempuan manapun yang meminta aborsi pada hakikatnya berada dalam
keadaan terjepit terpaksa.Tidak ada satupun perempuan yang menginginkan aborsi. Tetapi dipihak lain ia takut pada dampaknya jika tidak
diaborsi Sarwono, 2007. Adapun faktor-faktor yang membuat perempuan tidak ingin diaborsi adalah :
1. Takut sakit. Praktek aborsi pada umumnya lebih banyak dilakukan oleh dukun beranak karena para ahli medis memang sudah terikat kode etik
untuk tidak sembarangan melakukan tindakan aborsi kecuali dengan alasan medis. Sebagaimana layaknya para dukun, peralatan yamg
digunakan untuk mengeluarkan janindalamrahim seorang perempuan merupakan peralatan yang masih tradisional, seperti sebatang lidi,
sebatang pohon, atau apapun yang sekiranya dapat mengorek rahim. Peralatan tersebut pastilah menyebabkan rasa sakit yang diderita ketika
proses aborsi berlangsung lebih parahdibandingkan dengan melahirkannya. Karena itu, biasanya perempuan yang ingin diaborsi takut
merasakan sakit tersebut. 2. Takut resikonya mungkin : kematian. Tidak sedikit perempuan yang
aborsi berakhir dengan pendarahan yang tiada henti bahkan sampai mengakibatkan kematian. Bagaimana tidak, dipaksanya rahim untuk
mengeluarkan benih yang ada didalamnya dengan cara yang tidak normal tentunya membuat rahim tersebut bekerja dengan tidak wajar pula,
sehingga bukan hanya janin yang keluar melainkan darah akibat rusaknya
37
37 rahim. Terjadinya pendarahan jika tidak segera dihentikan dapat berakibat
pada kematian si pelaku aborsi. 3. Biayanya mahal. Praktek aborsi yang dianggap illegal dalam negara
Indonesia umumnya memekan biaya yang tidak sedikit apalagi bila dilakukan oleh para ahli medis yang bersedia melanggar kode etik
profesinya. Apalagi nantinya terjadi pendarahan atau apaun yang menyebabkan campur tangan rumah sakit untuk menyelesaikannya. Akan
butuh biaya lebih banyak untuk membunuh janin yang tak berdosa tersebut.
4. Perasaan berdosa. Sebagai muslim, menggugurkan kandungan yang dapat diibaratkan dengan pembunuhan akan menimbulkan perasaan
berdosa bagi pelakunya. Pertimbangan akan mendapat dosa inilah yang teras berat bagi pelaku aborsi. Yang terpenting adalah naluri ke-ibu-annya
menolak aborsi. Secara alamiah, setiap perempuan pasti memiliki naluri seorang ibu yang tidak akan hilang sampai kapan pun. Ketika perempuan
yang sedang hamil ingin melakukan tindakan aborsi, secara alamiah pun naluri tersebut akan berusaha menolaknya. Sedalam apapun rasa
bencinya terhadap janin dalam rahimnya, pasti ada rasa sayang pada janin yang tidak bersalah itu.
38
38
2.2.8 Gambaran dan Proses Aborsi
Berikut ini adalah gambaran mengenai apa yang terjadi didalam suatu proses aborsi seperti apa yang dikemukakan oleh Jalu.S dalam
www.newsgroups.com : a. Pada kehamilan muda dibawah 1 bulan
Pada kehamilan muda, dimana usia janin masih sangat kecil, aborsi dilakukan dengan cara menggunakan alat penghisap suction. Sang anak
yang masih sangat lembut langsung terhisap dan hancur berantakan. Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa gumpalan-gumpalan
darah dari janin yang baru dibunuh tersebut.
b. Pada kehamilan lebih lanjut 1-3 bulan Pada tahap ini, dimana janin baru berusia sekitar beberapa minggu,
bagian-bagian tubuhnya mulai terbentuk. Aborsi dilakukan dengan cara menusuk anak tersebut kemudian bagian-bagian tubuhnya dipotong-
potong dengan menggunakan semacam tang khusus untuk aborsi cunam abortus. Anak dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang
tersebut, dengan cara menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa lambung, pinggang, bahu atau leher. Kemudian setelah ditusuk,
39
39 dihancurkan bagian-bagian tubuhnya. Tulang-tulangnya di remukkan dan
seluruh bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi bagian kecil-kecil agar mudah dikeluarkan dari kandungan Dalam klinik aborsi, bisa dilihat
potongan-potongan bayi yang dihancurkan ini. Ada potongan tangan, potongan kaki, potongan kepala dan bagian-bagian tubuh lain yang
mungil. Anak tak berdosa yang masih sedemikian kecil telah dibunuh dengan cara yang paling mengerikan.
c. Aborsi pada kehamilan lanjutan 3 sampai 6 bulan Pada tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya
sudah terlihat jelas. Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah bisa menggenggam. Tubuhnya sudah bisa merasakan sakit, karena jaringan
syarafnya sudah terbentuk dengan baik. Aborsi dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan. Pertama, diberikan
suntikan maut saline yang langsung dimasukkan kedalam ketuban bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi tersebut secara perlahan-lahan,
menyesakkan pernafasannya dan akhirnya setelah menderita selama berjam-jam sampai satu hari bayi itu akhirnya meninggal. Selama proses
ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba berteriak dan jantungnya berdetak keras. Aborsi bukan saja merupakan pembunuhan, tetapi
40
40 pembunuhan secara amat keji. Setiap wanita harus sadar mengenai hal
ini.
d. Aborsi pada kehamilan besar 6 sampai 9 bulan. Pada tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk. Wajahnya sudah
kelihatan, termasuk mata, hidung, bibir dan telinganya yang mungil. Jari- jarinya juga sudah menjadi lebih jelas dan otaknya sudah berfungsi baik.
Untuk kasus seperti ini, proses aborsi dilakukan dengan cara mengeluarkan bayi tersebut hidup-hidup, kemudian dibunuh. Cara
membunuhnya mudah saja, biasanya langsung dilemparkan ke tempat sampah, ditenggelamkan kedalam air atau dipukul kepalanya hingga
pecah. Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu selesai. Selesai dengan tuntas hanya saja darah bayi itu yang akan mengingatkan
orang-orang yang terlibat didalam aborsi ini bahwa pembunuhan keji telah terjadi.
41
41
2.2.9 Aborsi Dalam Tinjauan Islam
Aborsi Al-Ijhadl dalam bahasa Arab artinya pengguguran janin dari rahim. Para fuqaha mendefinisikan al-ijhadl aborsia sebagai gugurnya janin
sebelum dia menyempurnakan masa kehamilannya. Definisi ini dalam bahasa Arab diungkapkan dengan beberapa istilah yang inti maksudnya
sama. Maria Ulfah, 2002. Untuk membahas boleh atau tidaknya aborsi dilakukan, ada baiknya menyimak hadist Bukhari dari Ibnu Mas’ud tentang
perkembangan janin, berikut ini : “Sesungguhnya kamu dikumpulkan selama 40 hari sabagai nutfah kemudian
menjadi alaqah selama masa yang sama, lalu menjadi mudgah pada masa yang sama pula. Lalu Allah mengutus seorang malaikat diperintahkan untuk
menulis empat kalimat, lalu malaikat itu menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, kebahagiaan dan kesengsaraannya, kemudian meniupkan roh kedalam
tubuhnya”. HR. Bukhari
Dari hadist di atas dapat diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua tahap, meliputi tahap penciaptaan fisik atau jasad manusia dan tahap
non fisik berupa peniupan roh yang merupakan hakikat manusia, dan dalil yang membedakan manusia dengan mahluk yang lain. Dalil-dalil inilah yang
kemudian menjadi bahan acuan dan rujukan para ulama dalam memberi pengertian tentang proses kejadian manusia dimulai, yang juga akan menjadi
dasar dalam menjawab masalah aborsi. Maria Ulfah, 2006. Dalam Al-Quran
42
42 dijelaskan bahwa Islam melarang tindakan aborsi seperti dalam surat Al-
Anaam:151: “Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar.
Serta surat . At-Takwiir:8-9
Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh.
Menurut Maria Ulfah 2002, pada dasarnya hukum aborsi adalah haram. Dalam Fatwa MUI dijelakan bahwa secara umum aborsi hukumnya haram
kecuali dalam keadaan darurat yaitu suatu keadaan dimana seseorang apabila tidak melakukan aborsi maka ia akan mati. Adapun mengenai hukum
aborsi yang disengaja para ulama sepakat melarang atau mengharamkan aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin setelah usia kandungan 4 bulan atau
120 hari. Sebelum usia tersebut para ulama berbeda pendapat. Diantaranya adalah :
1. Menurut ulama Hanafiyah diperbolehkan menggugurkan kandungan yang belum berusia 120 hari, dengan alasan bahwa sebelum janin usia 120 hari
atau 4 bulan belum ditiupkan ruh. Dengan demikian kehidupan insaniyah belum dimulai. Sebagian ulama Hanafiyah berpendapat makruh apabila
43
43 pengguguran tersebut tanpa udzur, dan jika terjadi pengguguran maka
perbuatan tersebut merupakan perbuatan dosa. 2. Madzhab Malikiyah mengharamkan aborsi sejak terjadinya konsepsi atau
bertemunya sel telur dengan sperma di rahim ibu. Sebagian ulama Malikiyah lainnya berpendapat bahwa dimakruhkan aborsi ketika usia
kandungan 40 hari. Dan apabila telah mencapai usia 120 hari 4 bulan, maka haram hukumnya melakukan aborsi.
3. Madzhab Syafi’iyah berpendapat dimakruhkamn aborsi ketika usia kandungan belum sampai 40 hari, 42 hari atau 45 hari. Disamping itu,
ulama Syafi’iyyah juga mensyaratkan adanya kerelaan kedua belah pihak. Dan apabila usia kandungan lebih dari 40 hari, maka hukumnya haram.
4. Menurut Madzhab Hanabilah sebagaimana pendapat ulama Hanfiyah memperbolehkan aborsi ketika usia kendungan belum sampai 120 hari
atau sebelum ditiupkan ruh. Apabila lebih dari 120 hari atau telah ditiupkan ruh maka hukumnya haram.
2.4 KERANGKA BERPIKIR
Remaja berada pada masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Remaja bisa dikatakan masih anak-anak, tetapi disisi lain ia
bertingkah seperti orang dewasa. Situasi ini menurut Sarwono 2007 menjadikan remaja sering kali bertingkah laku aneh, canggung, dan jika tidak
44
44 bisa dikontrol, maka bisa menjadi kenakalan. Pada masa ini, remaja tengah
mencari jati dirinya dengan pendapat serta nilai-nilai yang berbeda dari orang tuanya,ia menganggap bahwa pendapat orang tua tidak dapat dijadikan
pegangan padahal sebenarnya dia belum bisa berdiri sendiri dan menghadapi masalahnya sendiri. Pada saat inilah, teman sebaya menjadi
sangat berperan. Sedikit banyak, sekolah dan lingkungannya berperan dalam membentuk sikap dan perilaku siswa SLTA yang rata-rata masih remaja.
Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan
rumah adalah sekolahnya. Anak ramaja yang sudah duduk dibangku SMP atau SMA umumnya menghabiskan waktu sekitar tujuh jam sehari
disekolahnya. Ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dihabiskan disekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap
perkembangan jiwa remaja cukup besar. Sebagai lembaga pendidikan, sebagai mana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Menurut Sarwono 2007, sebagai lembaga pendidikan, sekolah mengajarkan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat disamping mengajarkan
keterampilan dan kepandaian kepada siswanya. Dimulai dari mata pelajaran yang diberikan, kegiatan pembiasaan mengenai pengadaan peraturan
45
45 sekolah hingga kegiatan ekstra kulikuler di sekolah yang bersangkutan. Lebih
khusus MA melakukan penanaman nilai-nilai moral yang diperoleh dari mata pelajaran agama yang dibebankan lebih banyak dari pada SMA, yaitu
sebanyak 30 dari mata pelajaran yang ada. Dengan demikian siswa MA memiliki pengalaman pelajaran agama lebih banyak dibandingkan dengan
siswa SMA. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams Gullota dalam Sarwono, 2007 bahwa agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa
menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang ada didunia. Agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi meraka yang
sedang mencari identitas dirinya.
Berdaraskan paparan diatas, diduga siswa MA akan memiliki sikap yang lebih negatif terhadap aborsi pra-nikah dari pada siswa SMA.
46
46
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
Perbedaan Sikap Terhadap Aborsi Pra Nikah pada remaja yang bersekolah di SMU dan MA
2.5 HIPOTESA