Aborsi Dalam Tinjauan Islam

41 41

2.2.9 Aborsi Dalam Tinjauan Islam

Aborsi Al-Ijhadl dalam bahasa Arab artinya pengguguran janin dari rahim. Para fuqaha mendefinisikan al-ijhadl aborsia sebagai gugurnya janin sebelum dia menyempurnakan masa kehamilannya. Definisi ini dalam bahasa Arab diungkapkan dengan beberapa istilah yang inti maksudnya sama. Maria Ulfah, 2002. Untuk membahas boleh atau tidaknya aborsi dilakukan, ada baiknya menyimak hadist Bukhari dari Ibnu Mas’ud tentang perkembangan janin, berikut ini : “Sesungguhnya kamu dikumpulkan selama 40 hari sabagai nutfah kemudian menjadi alaqah selama masa yang sama, lalu menjadi mudgah pada masa yang sama pula. Lalu Allah mengutus seorang malaikat diperintahkan untuk menulis empat kalimat, lalu malaikat itu menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, kebahagiaan dan kesengsaraannya, kemudian meniupkan roh kedalam tubuhnya”. HR. Bukhari Dari hadist di atas dapat diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua tahap, meliputi tahap penciaptaan fisik atau jasad manusia dan tahap non fisik berupa peniupan roh yang merupakan hakikat manusia, dan dalil yang membedakan manusia dengan mahluk yang lain. Dalil-dalil inilah yang kemudian menjadi bahan acuan dan rujukan para ulama dalam memberi pengertian tentang proses kejadian manusia dimulai, yang juga akan menjadi dasar dalam menjawab masalah aborsi. Maria Ulfah, 2006. Dalam Al-Quran 42 42 dijelaskan bahwa Islam melarang tindakan aborsi seperti dalam surat Al- Anaam:151: “Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar. Serta surat . At-Takwiir:8-9 Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh. Menurut Maria Ulfah 2002, pada dasarnya hukum aborsi adalah haram. Dalam Fatwa MUI dijelakan bahwa secara umum aborsi hukumnya haram kecuali dalam keadaan darurat yaitu suatu keadaan dimana seseorang apabila tidak melakukan aborsi maka ia akan mati. Adapun mengenai hukum aborsi yang disengaja para ulama sepakat melarang atau mengharamkan aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin setelah usia kandungan 4 bulan atau 120 hari. Sebelum usia tersebut para ulama berbeda pendapat. Diantaranya adalah : 1. Menurut ulama Hanafiyah diperbolehkan menggugurkan kandungan yang belum berusia 120 hari, dengan alasan bahwa sebelum janin usia 120 hari atau 4 bulan belum ditiupkan ruh. Dengan demikian kehidupan insaniyah belum dimulai. Sebagian ulama Hanafiyah berpendapat makruh apabila 43 43 pengguguran tersebut tanpa udzur, dan jika terjadi pengguguran maka perbuatan tersebut merupakan perbuatan dosa. 2. Madzhab Malikiyah mengharamkan aborsi sejak terjadinya konsepsi atau bertemunya sel telur dengan sperma di rahim ibu. Sebagian ulama Malikiyah lainnya berpendapat bahwa dimakruhkan aborsi ketika usia kandungan 40 hari. Dan apabila telah mencapai usia 120 hari 4 bulan, maka haram hukumnya melakukan aborsi. 3. Madzhab Syafi’iyah berpendapat dimakruhkamn aborsi ketika usia kandungan belum sampai 40 hari, 42 hari atau 45 hari. Disamping itu, ulama Syafi’iyyah juga mensyaratkan adanya kerelaan kedua belah pihak. Dan apabila usia kandungan lebih dari 40 hari, maka hukumnya haram. 4. Menurut Madzhab Hanabilah sebagaimana pendapat ulama Hanfiyah memperbolehkan aborsi ketika usia kendungan belum sampai 120 hari atau sebelum ditiupkan ruh. Apabila lebih dari 120 hari atau telah ditiupkan ruh maka hukumnya haram.

2.4 KERANGKA BERPIKIR