Tugas Perkembangan Remaja Perkembangan Seksual Pada Remaja

28 28 “Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun- tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjuk secara artificial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh; dan mereka slalu siap utuk menempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akahir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak.” Selain itu, perkembangan identitas remaja berkaitan dengan komitmenya terhadap okupasi masa depan,peran-peran masa dewasa dan sistim keyakinan pribadi. Identitas juga merupakan aspek sentral pribadi yang sehat untuk merefleksikan kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain dan mempelajari tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya.

2.2.3 Tugas Perkembangan Remaja

Dari berbagai teori mengenai perkembangan manusia, Erik Erikson 1902- 1994 mengemukakan bahwa manusia berkembang melalui tahapan-tahapan psikososial. Tahapan perkembangan menurut teori Erikson ini terdiri dari delapan tahapan. Setiap tahapan terdiri dari tugas perkembangan yang unik, dimana individu akan menghadapi situasi krisis. Santrock, 2002. Remaja mengadapi tugas-tugas perkembangan seperti mencari jati diri dan mencari tahu tujuan mereka dalam hidup dan menjadi seorang dewasa yang utuh dan memiliki peran yang bernilai dimasyarakat. Robert Havighurst dalam Sarwono, 2007 menyatakan bahwa remaja memiliki tugas perkembanagan sebagai berikut : 29 29 1. menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif. 2. menerima hubungan yang lebih matang dari teman sebaya dari jenis kelamin manapun. 3. menerima peran jenis kelamin masing-masing laki-laki atau perempuan. 4. berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua. 5. mempersiapkan karir ekonomi. 6. mempersiapkan perkawinan dalam kehidupan berkeluarga. 7. merencanakan tingka laku sosial yang bertanggung jawab. 8. mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.

2.2.4 Perkembangan Seksual Pada Remaja

Masalah seks pada remaja seringkali mencemaskan para orang tua, juga pendidik, pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Dengan demikian dibutuhkan sifat yang sangat bijaksana dari orang tua, pendidik, dan masyarakat pada umumnya. Serta tentunya para remaja itu sendiri, agar mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat. Adapun yang dimaskud dengan perilaku seksual adalah segala taingkah laku yang didorong oelh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Sarwono, 2007. 30 30 Bentuk tingakah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkan. Akan tetapi, pada bagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, misalnya pada para gadis-gadis yang terpasa menggugurkan kandungannya. Simkins dalam Sarwono 2007. Akibat dari psikososial lainnya adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba hamil. Juga akan terjadi cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Akibat lainya adalah terganggunya kesehatan dan resiko kehamilan serta kematian bayi yang tinggi. Selain itu, juga ada akibat-akibat putus sekolah dan akibat-akibat ekonomis karena diperlukan ongkos perawatan, dan lain- lain. Sanderowitz Paxman, dalam Sarwono 2007. Menurut Sarwono 2007, masalah seksual pada remaja timbul karena faktor- faktor berikut : 1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual libido seksualitas remaja. Pengingkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. 31 31 2. Akan tetapi, penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain. 3. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku. Seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan, larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti beciuman dan mastrubasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan melanggar saja larangan-larangan tersebut. 4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih video casette, foto copy, satelit, VCD, DVD, telepon genggam, internet, dan lain-lain menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual dari orang tuanya. 32 32 5. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentadabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak. Malah, orang tua cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini. 6. Dipihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat. Hal ini akibat berkembangnya peran pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita sejajar dengan pria.

2.3 ABORSI