Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa mean hipotetik µ sebesar 45 dan standar deviasi sebesar 9, maka dapat dibuat kategorisasi skor
kesejahteraan psikologis seperti berikut.
Tabel 9. Kategorisasi Skor Kesejahteraan Psikologis Skor
Kategorisasi
Rendah Xµ-1.0
X36 Sedang
µ-1.0 Xµ+1.0 36X54
Tinggi µ+1.0 X
X54
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa subjek dengan skor kesejahteraan psikologis dibawah 36 dapat dikatakan memiliki tingkat
kesejahteraan psikologis yang rendah, subjek dengan skor kesejahteraan psikologis dari 36 hingga 53 dapat dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan
psikologis yang sedang, dan subjek dengan skor kesejahteraan psikologis diatas 53 dapat dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang
tinggi.
Tabel 10. Kategorisasi Kesejahteraan Psikologis Berdasarkan Grandparenting Style
No. Granparenting Style
Kategori Jumlah
Persentase
1. Remote
Rendah 1
1.10 Sedang
16 17.58
Tinggi 13
14.29 2.
Companionate Rendah
Sedang 11
12.09 Tinggi
19 20.87
3. Involve
Rendah Sedang
13 14.29
Tinggi 18
19.78
Total
91 100
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pada grandparenting style remote, terdapat 1 orang dengan skor kesejahteraan psikologis yang rendah
1.10, 16 orang dengan skor kesejahteraan psikologis sedang 17.58, dan 13 orang dengan skor kesejahteraan psikologis tinggi 14.29. Pada
grandparenting style companionate, tidak terdapat subjek yang tergolong dalam kesejahteraan psikologis rendah, 11 orang dengan skor kesejahteraan
psikologis sedang 12.09, dan 19 orang dengan skor kesejahteraan psikologis tinggi 20.87. Pada grandparenting style involve, tidak
terdapat subjek yang tergolong dalam kesejahteraan psikologis rendah, 13 orang dengan skor kesejahteraan psikologis sedang 14.29, dan 18 orang
dengan skor kesejahteraan psikologis tinggi 19.78.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 91 subjek penelitian, diperoleh gambaran kesejahteraan psikologis ditinjau dari grandparenting style pada wanita
dewasa madya. Seperti yang dipaparkan pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa rata- rata skor kesejahteraan psikologis yang dimiliki subjek dengan grandparenting
style remote adalah sebesar 51.87, rata-rata skor kesejahteraan psikologis yang dimiliki subjek dengan grandparenting style companionate sebesar 56.00, dan
kelompok grandparenting style involve memiliki rata-rata skor kesejahteraan psikologis sebesar 55.32. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa kelompok
grandparenting style companionate memiliki kesejahteraan psikologis yang paling tinggi, diikuti dengan grandparenting style involve, dan selanjutnya
grandparenting style remote memiliki skor kesejahteraan psikologis terendah.
Lebih tingginya skor kesejahteraan psikologis pada tipe companionate dibandingkan dengan tipe involve dan remote dapat dijelaskan karena
grandparenting style companionate memang merupakan grandparenting style yang paling ideal. Kebanyakan nenek pada umumnya lebih memilih peran yang
mengutamakan kesenangan dan afeksi, dan di sisi lain memiliki tanggung jawab yang tidak terlalu besar untuk menjaga cucu, yakni tipe companionate.
Selanjutnya, lebih tingginya skor kesejahteraan psikologis pada tipe companionate dan involve dibandingkan tipe remote dapat dijelaskan oleh tahapan
generativity yang dilalui oleh individu dewasa madya yang mana dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya. Generativity merupakan tahapan
dimana individu dewasa madya mengembangkan sebuah minat untuk memandu dan memberi pengaruh pada generasi selanjutnya Papalia, 2007. Individu akan
memiliki komitmen yang semakin tinggi untuk menjaga serta memandu generasi selanjutnya untuk melihat potensi diri mereka di masa depan. Individu yang tidak
menemukan sarana untuk melakukan generativity akan menjadi stagnan. Generativity dapat disalurkan salah satunya yakni melalui grandparenting.
Pada grandparenting style remote, hubungan antara subjek dan cucu kurang dapat berlangsung dengan baik karena kurangnya frekuensi kontak
langsung antara subjek dengan sang cucu. Hal ini umumnya disebabkan oleh fakotr geografis yang jauh antara tempat tinggal nenek dengan sang cucu.
Beberapa subjek juga sebenarnya memiliki keinginan yang cukup besar untuk bisa lebih sering berinteraksi dengan cucu.
Pada tipe companionate, hubungan antara subjek dengan cucu cenderung menyenangkan, karena subjek dapat menyalurkan keinginannya untuk
berinteraksi dengan cucu dengan frekuensi yang cukup sering, menunjukkan kasih sayang, serta tanpa beban tanggung jawab untuk menjaga cucu yang besar. Hal ini
dapat digambarkan oleh beberapa wawancara yang dilakukan dengan subjek pada tipe companionate, yang cenderung menyatakan bahwa hubungannya dengan
sang cucu sangat baik. Subjek senang menghabiskan waktu untuk bermain-main dengan cucu, tanpa memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga cucu.
Beberapa subjek juga merasa senang menjaga cucu ketika cucu dititipkan sesekali kepada subjek.
Pada tipe involve, meskipun adanya tanggung jawab yang besar dalam mengasuh cucu, kesejahteraan psikologis subjek pada tipe involve tidak lebih
rendah dari tipe remote yang memiliki tanggung jawab yang relatif rendah. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil komunikasi personal yang dilakukan dengan beberapa
subjek dari kelompok involve yang menyatakan bahwa meskipun besarnya tanggung jawab yang perlu dilakukan dalam mengasuh cucu, subjek merasa
senang dengan hal tersebut. Beberapa alasannya dikarenakan adanya cucu yang selalu menemani di rumah, adanya kegiatan lebih yang perlu dilakukan sehingga
menjaga diri subjek agar tetap aktif, dan juga membuat subjek memiliki tujuan hidup yang lebih jelas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Giarusso 1996,
bahwa meskipun adanya tanggung jawab yang besar untuk menjaga cucu, apabila terdapat kesediaan dalam diri subjek, maka dapat mempengaruhi kesejahteraan
psikologis subjek untuk menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan oleh adanya