Grandparenting Style GRANDPARENTING STYLE 1. Grandparenting

b. Companionate Pada umumnya, tipe ini dapat digambarkan dengan hubungan kakek nenek yang dekat, perhatian, dan sering melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan cucu. Kakek nenek companionate cenderung tinggal dekat dengan cucunya sehingga sering berinteraksi dengan cucu. Tipe ini merupakan tipe yang paling umum yang sesuai dengan gambaran kebanyakan orang akan peran kakek nenek, yakni hadir ketika diperlukan, misalnya menjaga cucu ketika orangtua memiliki urusan, dekat dengan cucunya, sering bermain bersama, memberi bantuan ketika diperlukan, namun tidak terlalu ikut campur dalam hal mendisiplinkan cucu ataupun mengatur kehidupan cucu Sigelman Rider, 2003. Dengan demikian, kakek nenek pada tipe companionate mengalami kesenangan dan kedekatan emosional dengan cucu, serta tanggung jawab untuk menjaga cucu yang tidak terlalu tinggi. c. Involved Pada tipe ini, kakek nenek juga sering bertemu dengan cucunya dan bermain-main dengan sang cucu, namun disini kakek nenek memiliki keterlibatan yang lebih besar dalam kehidupan cucu. Kakek nenek memainkan peran aktif dalam mengasuh cucu, seperti menjaga atau merawat cucu, menerapkan beberapa aturan yang harus dipatuhi, mendidik cucu agar mematuhi aturan tersebut, mendisiplinkan dan mengatur kehidupan cucu, seperti mengatur perkembangan intelektual, misalnya dalam masalah pendidikan, ataupun dalam hal menyediakan dukungan finansial, tempat tinggal, makanan, permainan. Peran kakek nenek pada tipe ini hampir tidak berbeda dengan peran orangtua. Pada tipe involved, kakek nenek sering berperan sebagai pengganti orangtua sehingga kesejahteraan kakek nenek dapat terganggu karena stress yang muncul apabila tanggung jawab yang harus dijalankan terlalu besar Sigelman Rider, 2003. Meskipun begitu, apabila terdapat kesediaan kakek nenek untuk terlibat dalam peran tersebut, maka tanggung jawab yang harus dijalankan pun tidak menjadi masalah karena hal tersebut dapat meningkatkan tujuan hidup kakek nenek Giaruso dkk., 1996. Dengan demikian, pada tipe ini kakek nenek akan memiliki kedekatan emosional dengan cucu, mengalami kesenangan, dan di satu sisi juga memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi untuk menjaga serta merawat cucu. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat bahwa grandparenting style terdiri atas tiga tipe, yakni remote, companionate, dan involved.

C. DEWASA MADYA 1. Pengertian Dewasa Madya

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa seseorang telah mencapai tahap dewasa apabila pertumbuhan fisiknya telah sempurna serta mencapai kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama dengan orang dewasa lainnya Mubin Cahyadi, 2006. Umumnya, masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yakni masa dewasa awal, madya, dan akhir. Masa dewasa madya biasanya ditandai dengan semakin sempitnya pilihan hidup dan juga jenjang karir yang menjadi semakin jelas Berk, 2007. Masa dewasa madya dapat didefinisikan secara kontekstual, yakni usia dimana individu memiliki anak yang telah memasuki masa dewasa dan orangtua lanjut usia. Hurlock 2003 menyatakan bahwa masa dewasa madya dimulai dari usia 40 hingga 60 tahun. Menurut Feldman dalam Mubin Cahyadi, 2006, masa dewasa madya berlangsung dari sekitar usia 40 sampai sekitar usia 65 tahun. Berk 2007 dan Papalia dkk. 2007 juga berpendapat sama bahwa masa dewasa madya dimulai dari usia 40 hingga 65 tahun. Individu dewasa madya rata-rata memiliki kepuasan hidup yang cukup tinggi Myers; Myers Diener; Walker, Skowronski, Thompson, dalam Papalia, 2007. Hal ini dapat dijelaskan karena segala emosi positif yang berhubungan dengan pengalaman yang menyenangkan akan cenderung bertahan, sedangkan emosi negatif yang berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan akan memudar. Selain itu, individu yang telah memasuki masa dewasa madya pada umumnya telah beradaptasi dengan berbagai rintangan, sehingga kesejahteraan psikologis individu pun akan semakin baik Lucas; Diener, dalam Papalia, 2007. Dukungan sosial, religius, pekerjaan, aktivitas luang, dan hubungan dengan orang lain merupakan faktor penting bagi kesejahteraan individu dewasa madya.

2. Tugas Perkembangan Dewasa Madya

Tugas perkembangan merupakan tanggung jawab yang ditetapkan secara kultural yang menandakan kompetensi atau pencapaian yang penting bagi kebahagiaan dan penyesuaian individu Lefrançois, 1990. Tugas perkembangan berbeda untuk setiap tahapan rentang kehidupan. Newman dan Newman 2006 mengungkapkan beberapa tugas perkembangan masa dewasa madya, yakni: a. Mengatur Karir Pekerjaan merupakan konteks yang cukup luas dalam masa perkembangan dewasa. Masa dewasa madya membawa tantangan baru, serta reformulasi ambisi dan tujuan-tujuan, sehingga individu dewasa madya perlu mengatur karirnya agar mencapai tingkat kompetensi baru dalam dunia pekerjaannya. Individu dewasa madya juga perlu untuk menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan keluarga, fleksibel dengan perubahan karir yang dialami, dan mampu menyesuaikan diri dari dampak pengangguran. b. Menjaga Hubungan Intimasi Kebahagiaan yang diperoleh dari hubungan intimasi merupakan prediktor yang lebih kuat bagi kesejahteraan individu dibandingkan dengan kepuasan dalam pekerjaan. Pernikahan dan hubungan intimasi yang lainnya merupakan hubungan yang dinamis, yang mana dapat berubah seiring dengan semakin dewasanya kedua pasangan, ataupun karena berubahnya susunan anggota keluarga.