Tugas Perkembangan Dewasa Madya

f. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam pekerjaan. g. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.

D. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA WANITA DEWASA MADYA DITINJAU DARI GRANDPARENTING STYLE

Kesejahteraan psikologis pada dasarnya merujuk kepada keberfungsian psikologis dan pengalaman yang optimal pada manusia Ryan Deci, 2001. Ryff dalam Ryan Deci, 2001 menyatakan kesejahteraan psikologis tidak hanya sebatas perolehan akan kesenangan, namun merupakan usaha individu untuk mencapai kesempurnaan yang menggambarkan kesadaran akan potensi dalam dirinya. Ryff dan Singer 1996 selanjutnya merumuskan enam dimensi dari kesejahteraan psikologis yang mana enam dimensi tersebutlah yang mendefinisikan kesejahteraan psikologis, yakni kondisi dimana individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri ataupun penerimaan diri yang baik, mampu membangun hubungan yang positif dengan orang lain, tidak tergantung kepada orang lain dalam pengambilan keputusan, memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkungan di sekitarnya, memiliki tujuan hidup yang jelas dan mampu mengembangkan dirinya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Keyes 1995 menjelaskan bahwa usia dan jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Selanjutnya, Ryff dan Singer 1996 juga menyatakan bahwa status sosial ekonomi seseorang dapat turut mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Beberapa penelitian lainnya pun telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis, diantaranya faktor kepribadian Abbott dkk., 2008; Diener dkk., 1999, faktor relatedness Baumeister Leary, 1995; Nezlek, dalam Ryan Deci, 2001, faktor multiple roles Ahrens Ryff, 2006, faktor status marital Bierman dkk., 2006; Dolan dkk., dalam Huppert, 2009, serta tahapan generativity yang diungkapkan oleh Erikson Papalia dkk., 2007. Dalam usia dewasa madya, individu dapat mencapai suatu tahapan normatif yang disebut dengan generativity. Generativity merupakan sebuah tahapan dimana seseorang mengembangkan perhatiannya untuk memandu dan memberi pengaruh kepada generasi selanjutnya Erikson dalam Papalia dkk., 2007. Nilai utama dari tahapan generativity adalah care. Individu akan memiliki komitmen yang semakin tinggi untuk menjaga orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, serta memandu generasi selanjutnya untuk melihat potensi diri mereka di masa depan. Lawan dari generativity adalah stagnation. Individu yang tidak menemukan sarana untuk melakukan generativity akan menjadi self-absorbed atau stagnan. Ketika seseorang telah mencapai tahapan generativity, maka akan muncul perasaan dalam diri individu bahwa ia telah melakukan kontribusi yang bermanfaat bagi lingkungannya, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu Papalia dkk., 2007. Selain itu, generativity dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dewasa madya karena usia madya sangat dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan orang lain Markus dkk., 2004 dalam Papalia dkk., 2007. Generativity dapat diwujudkan melalui berbagai hal, salah satunya yaitu melalui grandparenting atau pengasuhan cucu. Dalam menjalankan peran grandparenting akan terdapat beberapa pola interaksi yang dapat terjadi antara seorang nenek dengan cucunya, yang mana disebut sebagai grandparenting style. Terdapat tiga grandparenting style yang diungkapkan oleh Cherlin dan Furstenberg 1986, diantaranya yaitu remote, companionate, dan involved. Tipe remote merupakan figur simbolik yang mana nenek jarang bertemu dengan cucunya. Hal ini biasanya disebabkan oleh kejauhan geografis tempat tinggal antar nenek dengan cucunya. Meskipun jarang bertemu, nenek dapat membangun kedekatan emosional yang dapat muncul ketika menghabiskan waktu dengan cucu selama berkunjung ataupun melaui telepon yang rutin. Tipe kedua, companionate, merupakan tipe yang paling umum dari grandparenting. Pada tipe ini, nenek sering bertemu dengan cucunya dan menikmati melakukan aktivitas bersama. Nenek pada tipe ini hadir ketika diperlukan, namun tidak terlalu ikut campur dalam hal mendisiplinkan cucu. Tipe ketiga, involved, merupakan tipe yang mana nenek juga sering bertemu dengan cucunya dan melakukan aktivitas menyenangkan dengan sang cucu, namun disini nenek lebih terlibat dalam kehidupan cucu sehingga sering memberikan bantuan untuk menjaga cucu, serta memainkan peran aktif dalam mendisiplinkan cucu. Pada tipe involved, nenek sering berperan sebagai pengganti orangtua. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada tipe companionate nenek cenderung mengalami kesenangan dan kedekatan emosional dengan cucu,