BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian,
yaitu identifikasi
variabel penelitian,
defenisi operasional, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode dan
alat pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian dan analisisnya. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis sehubungan
penelitian yang dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PSYCHOLOGICAL WELL BEING 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis atau psychological well being merupakan pembahasan yang penting dalam kesehatan mental manusia Huppert, 2009.
Secara tradisional, kesejahteraan psikologis diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari rasa cemas, depresi, dan gejala distres lainnya. Namun seiring
dengan berkembangnya zaman, kesejahteraan psikologis telah didefinisikan menjadi lebih positif, yakni meliputi kualitas positif yang dimiliki oleh seorang
individu sehingga mampu mencapai kesehatan mental yang baik Keyes Magyar-Moe, 2003.
Menurut Ryff dan Singer 1998, kesehatan positif merupakan kondisi dimana seseorang tidak hanya terhindari dari penyakit-penyakit. Hal ini sejalan
dengan yang dinyatakan oleh Cacioppo dan Bernston dalam Ryan Deci, 2001 bahwa afek positif bukan merupakan sesuatu yang berlawanan dengan
afek negatif. Huppert 2009 juga menyatakan bahwa kesejahteraan seseorang dilihat lebih dari ketidakhadiran dari penyakit-penyakit. Selain itu, beberapa
penelitian terkini telah berpindah fokus dari penekanan akan gangguan dan disfungsional sebelumnya, menuju fokus kesejahteraan dan kesehatan mental
positif. Hal ini dapat juga dilihat dari definisi kesehatan yang dirumuskan oleh WHO 2013, yakni merupakan suatu kondisi yang lengkap akan kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial, sehingga kesehatan bukan hanya sebatas ketidakhadiran dari penyakit-penyakit.
Ryff dalam Ryan Deci, 2001 menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis tidak hanya sebatas perolehan akan kesenangan, namun merupakan
usaha individu untuk mencapai kesempurnaan yang menggambarkan kesadaran akan potensi dalam dirinya. Ryff dan Singer 1996 selanjutnya merumuskan
enam dimensi dari kesejahteraan psikologis yang mana enam dimensi tersebutlah yang mendefinisikan kesejahteraan psikologis, yakni kondisi
dimana individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri ataupun penerimaan diri yang baik, mampu membangun hubungan yang positif dengan
orang lain, tidak tergantung kepada orang lain dalam pengambilan keputusan, memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkungan di sekitarnya, memiliki
tujuan hidup yang jelas dan mampu mengembangkan dirinya sendiri. Huppert 2009 menambahkan bahwa kesejahteraan psikologis
merupakan kehidupan
seseorang yang
berlangsung dengan
baik. Keberlangsungan kesejahteraan psikologis seseorang tidak membutuhkan
individu untuk merasa positif akan hidupnya untuk setiap saat, namun berbagai pengalaman emosi yang menyakitkan, seperti kekecewaan dan kegagalan, juga
merupakan hal yang esensial untuk kesejahteraan psikologis. Pengalaman emosi negatif hanya akan menganggu kesejahteraan psikologis seseorang
ketika pengalaman tersebut dialami untuk waktu yang cukup lama dan menganggu keberfungsian seseorang dalam kehidupannya. Secara umum,
Jarden 2012 mendefenisikan kesejahteraan psikologis sebagai kebahagiaan, kepuasan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
Berdasarkan uraian di atas, maka kesejahteraan psikologis dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana individu memaksimalkan potensi
dirinya demi mencapai tujuan yang diharapkan dengan menyadari kemampuan yang ada di dalam dirinya.
2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis
Terdapat enam dimensi dalam kesejahteraan psikologis yang
diungkapkan oleh Ryff dan Singer 1996, diantaranya yaitu:
a. Penerimaan Diri Self-Acceptance Penerimaan diri menekankan pada adanya sikap positif terhadap diri
sendiri, menerima berbagai bagian dalam diri sendiri, dan juga memiliki pandangan positif terhadap masa lalu. Individu yang memiliki tingkat
penerimaan diri yang baik ditandai dengan sikap yang positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kehidupannya di masa lalu serta mengetahui
dan menerima segala kelebihan maupun kekurangan dalam diri. Sebaliknya, individu yang memiliki tingkat penerimaan diri yang
kurang baik ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri dan kehidupan masa lalu, serta memiliki keinginan untuk tidak menjadi dirinya.
b. Hubungan Positif dengan Orang Lain Positive Relation with Others Ryff menyimpulkan bahwa dimensi ini menekankan seseorang untuk
memiliki kehangatan, hubungan yang memuaskan dengan orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, empati, perhatian, membangun