Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi dengan nilai p= 0,060
0,05. Semakin banyak jumlah anak maka semakin besar kemungkinan akseptor
untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi, namun karena kurangnya informasi terhadap alat kontrasepsi maka perubahan metode alat kontrasepsi jarang terjadi, dan
jika berubah maka cenderung untuk memilih antara dua jenis alat kontrasepsi yang paling terkenal di desa cempa yaitu pil dan suntikan.
6.2.6. Hubungan Pengetahuan dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi
Gambar 6.7. Diagram Bar Perubahan Penggunaan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pengetahuan di Desa Cempa Kecamatan Hinai
Tahun 2010
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate akseptor yang berubah penggunaan metode alat kontrasepsinya yang memiliki pengetahuan kurang
Universitas Sumatera Utara
sebesar 33,3, sedangkan prevalens rate akseptor yang berubah penggunaan metode alat kontrasespinya yang memiliki pengetahuan baik sebesar 35,3. Ratio Prevalens
= 0,944 95 CI = 0,532 – 1,676. Nilai RP menunjukkan bahwa pengetahuan bukan merupakan faktor resiko perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi.
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi dengan nilai p=0,846
0,05. Pengetahuan akseptor terhadap penggunaan alat kontrasepsi masih sangat
kurang. Akseptor yang memiliki pengetahuan tentang penggunaan alat kontrasepsi yang baik banyak juga diantaranya yang tidak mengganti alat kontrasepsinya
dikarenakan kurang memperdulikan efek samping dari jenis alat kontrasepsi tersebut, dan dapat dihubungkan juga dengan tingkat pendidikan akseptor di desa
Cempa yang sangat rendah. Sesuai dengan penelitian Nerseri, dkk 1991 di Kecamatan Percut Sei Tuan
dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan perubahan pemakaian alat kontrasepsi p = 1,00.
23
Universitas Sumatera Utara
6.2.7. Hubungan Persepsi Terhadap Nilai Anak dengan Perubahan
Penggunaan Metode Alat Kontrasepsi
Gambar 6.8. Diagram Bar Perubahan Penggunaan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Persepsi Terhadap Nilai Anak di Desa Cempa
Kecamatan Hinai Tahun 2010
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate akseptor yang berubah penggunaan metode alat kontrasepsinya yang memiliki persepsi tidak baik
terhadap nilai anak sebesar 50, sedangkan prevalens rate akseptor yang berubah penggunaan metode alat kontrasespinya yang memiliki persepsi baik terhadap nilai
anak sebesar 31,8. Ratio Prevalens = 1,574 95 CI = 0,825 – 3,003. Nilai RP
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa persepsi terhadap nilai anak bukan merupakan faktor risiko perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi.
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara persepsi terhadap nilai anak dengan perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi dengan
nilai p= 0,212 0,05. Sebahagian besar akseptor bersuku Jawa dan Melayu yang tidak memilki
tradisi ada tingkatan jenis kelamin anak dalam keluarga, tidak seperti suku Batak yang lebih menganggap anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan. dan
semboyan ”banyak anak banyak rejeki” tidak lagi dihidupi oleh mereka. Sesuai dengan penelitian Nerseri, dkk 1991 di Kecamatan Percut Sei Tuan
dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ada tidaknya anak laki-laki dengan perubahan pemakaian alat kontasepsi p = 0,24.
23
6.2.8. Hubungan Ketersediaan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal