Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi dengan nilai
p=0,481 0,05. Tingkat pendidikan akseptor sangat rendah, hal ini mempengaruhi mereka
untuk mengetahui banyak hal termasuk pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Disamping itu akseptor yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi ada juga yang
kurang tahu tentang alat kontrsepsi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Nerseri, dkk 1991 di Kecamatan
Percut Sei Tuan yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakan antara tingkat pendidikan dengan perubahan pemakaian alat kontrasepsi p = 0,05.
23
6.2.4. Hubungan Status Pekerjaan dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi
Gambar 6.5. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Status Pekerjaan di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate akseptor yang berubah penggunaan metode alat kontrasepsinya yang tidak bekerja sebesar 30,2,
sedangkan prevalens rate akseptor yang berubah penggunaan metode alat kontrasespinya yang bekerja sebesar 41,2. Ratio Prevalens = 0,732 95 CI =
0,423-1,270. Nilai RP menunjukkan bahwa status pekerjaan bukan merupakan faktor resiko perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi.
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi dengan nilai
p=0,274 0,05. Pekerjaan berhubungan erat dengan tingkat ekonomi akseptor, Menurut The
ford Foundation 2002 dalam Yustina memperlihatkan bahwa mahal dan langkanya alat kontrasepsi berdampak pada perilaku hubungan seksual suami istri petani di
pedesaan. Disisi lain, akibat ketidakmampuan menyisihkan sebagian pendapatannya yang relatif minim untuk membeli alat kontrasepsi, banyak para ibu yang terpaksa
menerima kehamilannya.
21
Universitas Sumatera Utara
6.2.5. Hubungan Jumlah Anak dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi
Gambar 6.6. Diagram Bar Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate akseptor yang berubah penggunaan metode alat kontrasepsinya yang memiliki jumlah anak cukup
sebesar 22,2, sedangkan prevalens rate akseptor yang berubah penggunaan metode alat kontrasespinya yang memiliki jumlah anak lebih sebesar 41. Ratio Prevalens =
0,542 95 CI = 0,274 – 1,072. Nilai RP menunjukkan bahwa jumlah anak bukan merupakan faktor resiko perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan perubahan penggunaan metode alat kontrasepsi dengan nilai p= 0,060
0,05. Semakin banyak jumlah anak maka semakin besar kemungkinan akseptor
untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi, namun karena kurangnya informasi terhadap alat kontrasepsi maka perubahan metode alat kontrasepsi jarang terjadi, dan
jika berubah maka cenderung untuk memilih antara dua jenis alat kontrasepsi yang paling terkenal di desa cempa yaitu pil dan suntikan.
6.2.6. Hubungan Pengetahuan dengan Perubahan Metode Alat Kontrasepsi