Selain itu, kegiatan masing-masing anak perusahaan tidak overlapping, sehingga dapat meningkatkan efisiensi perusahaan.
d. Kemudahan sumber modal
Kemungkinan anak perusahaan untuk mendapatkan modal atau dana relatif besar dari pihak ketiga induk perusahaan. Sebagai perusahaan yang
belum terlalu dikenal, anak perusahaan bisa mendapatkan kontrak dan pinjaman karena induk perusahaannya sudah dikenal dan dipercaya oleh
pihak investor. e.
Keakuratan keputusan yang diambil Keputusan yang diambil secara sentral oleh perusahaan holding memiliki
tingkat akurasi yang terjamin dan lebih prospektif, karena dari segi kinerja, perusahaan induk dianggap mampu memimpin dan mengonsolidasikan
anak-anak perusahaannya.
H. Keterkaitan Induk dan Anak Perusahaan dalam Konstruksi Perusahaan
Grup di Indonesia.
1. Perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi
Kesatuan induk dan anak perusahaan berlaku baik terhadap grup investasi maupun grup manajemen. Jika melalui pendekatan secara ekonomi suatu
kelompok perusahaan dianggap merupakan suatu kesatuan, maka lain hal nya apabila ditinjau dari segi hukum. Jika melalui pendekatan ilmu hukum diajarkan
bahwa sebagai badan hukum, masing-masing induk dan anak perusahaan berkedudukan terpisah satu sama lain. Apabila dicari hubungan antara satu anak
perusahaan dengan perusahaan lainnya, ataupun perusahaan holding, hubungan yang terjadi adalah lewat kedudukan dan peran yang dimainkan oleh para
pemegang sahamnya yakni dalam hal RUPS yang secara yuridis mempunyai kedudukan dan menentukan dalam suatu perusahaan.
56
Dengan demikian jelaslah bahwa pendekatan ekonomi terhadap hubungan antara perusahaan-perusahaan
dalam suatu grup konglomerat ternyata berbeda dengan pendekatan dari segi hukum. Di satu sisi, pendekatan secara ekonomi lebih dilatarbelakangi dan
didasari oleh kebutuhan dalam praktik bisnis, jadi lebih praktis dan pragmatis, sementara pendekatan yuridis lebih bersifat konvensional, sehingga lebih
teoritis.
57
Fenomena yang ada dalam dunia bisnis, bahwa perusahaan grup konglomerat cenderung dianggap merupakan suatu kesatuan ekonomi, maka
dalam prakteknya ke dalam sektor hukum antara lain berupa diterobosnya batas- batas kemandirian badan hukum anak perusahaan maupun perusahaan holding.
Sebagai konsekuensi logis, berkembanglah teori hukum tentang :
58
a. Ikut ditariknya induk perusahaan, maupun anak perusahaan lain dalam
suatu grup dalam hal-hal tertentu untuk mempertanggungjawabkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh salah satu atau lebih anak
perusahaan. b.
Berwenangnya pihak perusahaan holding dalam batas-batas tertentu untuk mencampuri urusan bisnis anak perusahaan.
56
Ibid., hlm. 134.
57
Ibid., hlm. 135.
58
Ibid., hlm. 136.
Dengan demikian, ikut campurnya perusahaan holding ke dalam bisnis anak perusahaan dapat dilakukan lewat sarana-sarana yuridis yang konvensional, yaitu
secara organik penunjukan organ perusahaan, atau secara kontraktual, maka dalam batas-batas tertentu hukum harus pula mentolerir ikut campurnya
perusahaan holding tersebut secara non konvensional.
59
2. Kemandirian badan hukum induk dan anak perusahaan
Sektor hukum memainkan peranan penting untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan induk perusahaan untuk ikut campur ke dalam dunia bisnis
perusahaan dengan kepentingan anak perusahaan danatau pihak ketiga untuk membebankan tanggung jawab hukum tertentu kepada induk perusahaan.
Keterkaitan induk dan anak perusahaan tidak menghapuskan pengakuan yuridis terhadap induk atau anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri.
Ketekaitan induk dan anak perusahaan menciptakan kontradiksi antara bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi.
Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus mengenai perusahaan grup menyebabkan induk dan anak perusahaan
masih diberlakukan sebagaimana status badan hukum masing-masing induk atau anak perusahaan. Bagi induk dan anak perusahaan yang berbentuk perseroan
terbatas, hukum perseroan memperlakukan keterkaitan induk dan anak perusahaan sebagai hubungan khusus yang terjadi di antara perseroan-perseroan tunggal.
Dengan demikian, tergabungnya induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup tidaklah menghapuskan status badan hukum induk dan anak
59
Ibid., hlm. 137.
perusahaan. Status badan hukum perseroan tetap sebagai subjek hukum mandiri atau separate legal entity.
Perseroan terbatas memiliki kemandirian terlepas dari orang perorang yang berada dalam perseroan tersebut. Perseroan memiliki kemandirian yuridis
untuk melakukan perbuatan hukum sendiri, sehingga keuntungan yang diperoleh dianggap sebagai hak dan kekayaan perseroan itu sendiri, sedangkan utang dan
kerugian dianggap sebagai beban perseroan itu sendiri. Latar belakang penerapan prinsip kemandirian suatu perseroan meliputi
relasi internal dan eksternal sebagai berikut :
60
a. Hubungan internal perseroan
Hubungan internal perseroan menyangkut distribusi kekuasaan dari pihak- pihak yang memegang kekuasaaan pengambilan keputusan dalam perseroan.
Perseroan memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan yang bertindak sebagai badan hukum yang mandiri ; dan
b. Hubungan eksternal perseroan
Hubungan eksternal perseroan menyangkut distibusi tanggung jawab hukum dari pihak-pihak yang menjalankan tanggung jawab atas konsekuensi dari
perbuatan hukum perseroan. Perseroan merupakan subjek hukum yang memiliki tanggung jawab hukum atas segala resiko dan biaya yang timbul dari kegiatan
bisnis nya, sedangkan pemegang saham dijamin dengan limited liability, atau tanggung jawab terbatas pada saham yang dimilikinya.
60
Sulistiowati, Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup di Indonesia, selanjutnya disebut Sulistiowati 2 Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013, hlm. 29.
3. Keterkaitan induk dan anak perusahaan
Perkembangan dan dominasi dominasi perusahaan grup dalam kegiatan bisnis di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari legitimasi peraturan perundang-
undangan. UUPT telah memberikan legitimasi kepada suatu perseroan untuk memiliki saham pada perseroan lain. Perusahaan memiliki berbagai macam cara
untuk menciptakan keterkaitan di antara anggota perusahaan grup, baik melalui kontrak, kepemilikan saham, ataupun kendali dalam penempatan direksi.
Keterkaitan antara dua perseroan melalui kepemilikan saham ini menjadi alasan keberadaan bagi lahirnya keterkaitan antara induk dan anak perusahaan, baik
melalui pendirian perseroan, pengambilalihan saham, pemisahan usaha, maupun joint venture.
Kepemilikan suatu perseroan atas saham pada perseroan lain melahirkan keterkaitan antara induk dan anak perusahaan sehingga induk perusahaan dapat
menggunakan hak suara dalam RUPS anak perusahaan, mengangkat anggota direksi danatau dewan komisaris anak perusahaan, ataupun mengalihkan
pengendalian terhadap anak perusahaan kepada perseroan lain melalui kontrak pengendalian.
Keterkaitan antara induk terhadap anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan kelompok disebabkan oleh adanya hal-hal berikut ini :
61
a. Kepemilikan induk perusahaan atas saham anak perusahaan
Kepemilikan induk atas saham anak perusahaan dalam jumlah signifikan memberikan kewenangan kepada induk perusahaan untuk bertindak sebagai
61
Sulistiowati 1, Op.Cit., hlm.96-97.
pimpinan sentral yang mengendalikan anak-anak perusahaan sebagai kesatuan manajemen. Salah satu fungsi kepemilikan saham induk perusahaan pada anak
perusahaan adalah zeggenschapsfunctie. Zeggenschapsfunctie dari kepemilikan saham pada anak perusahaan memberikan hak suara kepada induk perusahaan
untuk mengendalikan anak perusahaan melalui berbagai mekanisme pengendalian yang ada, seperti Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disebut RUPS
untuk mendukung beleggingsfunctie dari konstruksi perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi.
Dengan menggunakan prinsip one share one vote, sebagaimana terdapat pada Pasal 84 ayat 1 UUPT yang menyatakan bahwa setiap saham yang
dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain. Kepemilikan lebih besar dari 50 lima puluh persen saham anak perusahaan
memberikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang lebih besar kepada induk perusahaan dibandingkan pemegang saham lainnya, sehingga induk
perusahaan dapat mengarahkan jalannya Rapat Umum Pemegang Saham. Control threshold ini berlaku apabila tidak ada ketentuan lain dalam
anggaran dasar perseroan yang digunakan untuk menentukan pihak yang menjadi pemegang saham pengendali. Induk perusahaan akan mengonsolidasikan anak-
anak perusahaan dalam laporan keuangan konsolidasi induk dan anak perusahaan, apabila kepemilikan saham induk perusahaan baik langsung atau tidak langsung
pada anak-anak perusahaannya adalah di atas 50 lima puluh persen jumlah saham anak perusahaan. Pengendalian induk terhadap anak perusahaan dapat
ditimbulkan dari keterkaitan saham, atau kepemilikan saham dari anak perusahaan
oleh induk perusahaan biasanya menggunakan control threshold kepemilikan lebih dari 50 lima puluh persen saham pada anak perusahaan, sehingga induk
perusahaan sebagai pimpinan sentral dapat mengendalikan dan mengoordinasikan anak perusahaan.
b. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
Induk perusahaan memiliki kewenangan untuk mengendalikan anak perusahaan melalui mekanisme RUPS anak perusahaan.
62
c. Penempatan anggota direksi danatau dewan komisaris anak perusahaan
Dalam RUPS anak perusahaan, induk perusahaan dapat menetapkan hal-hal strategis yang dapat
mendukung pencapaian tujuan perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi, antara lain melalui penetapan sasaran jangka panjang perusahaan dalam bentuk business
plan selama lima tahun yang dikenal sebagai rencana strategis. Dalam rencana strategis ini, direksi induk perusahaan menetapkan kebijakan dasar perusahaan
yang terdiri dari visi, misi, budaya, sasaran, serta strategi perusahaan. Kebijakan dasar induk perusahaan ini diikuti oleh semua anak perusahaan dalam menyusun
perencanaan masing-masing.
Melalui kepemilikan atas saham anak perusahaan, induk perusahaan memiliki kewenangan untuk menempatkan anggota direksi danatau dewan
komisaris induk perusahaan untuk merangkap menjadi direksi atau komisaris anak perusahaan. Penempatan orang-orang induk perusahaan pada anak-anak
perusahaan merupakan bentuk pengendalian operasional secara tidak langsung.
62
Kepemilikan induk atas saham anak perusahaan menyebabkan induk perusahaan memiliki hak suara dalam RUPS anak perusahaan. Induk perusahaan dapat mengangkat anggota
direksi danatau dewan komisaris induk perusahaan untuk merangkap sebagai anggota direksi danatau dewan komisaris anak perusahaan sehingga menciptakan keterkaitan kepemimpinan.
Dengan fungsi pengendalian tersebut, induk perusahaan dapat mengetahui perkembangan kegiatan usaha dari masing-masing anak perusahaan. Penempatan
direksi atau komisaris pada anak perusahaan merupakan bentuk pengintegrasian pengurusan anak perusahaan yang menjadi bagian dari strategi perusahaan grup
sebagai kesatuan ekonomi. Pengendalian induk terhadap anak perusahaan dapat lebih efektif, karena direksikomisaris yang ditempatkan dianggap memahami
kepentingan bisnis perusahaan grup, sehingga pengurusan anak perusahaan sehari-hari tidak melenceng dari kepentingan perusahaan sebagai kesatuan
ekonomi. Keterkaitan induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup
dapat disebabkan oleh keterkaitan melalui Perjanjian Hak Bersuara dan keterkaitan melalui kontrak. Keterkaitan induk dan anak perusahaan juga dapat
terjadi karena perjanjian hak bersuara yang dilakukan antara pemegang saham pendiri yang menyepakati bahwa penunjukan direksi dan dewan komisaris
ditentukan oleh salah satu pemegang saham pendiri. Sementara itu, keterkaitan melalui kontrak dapat dilakukan ketika suatu perseroan menyerahkan kendali atas
manajemen kepada perseroan lain melalui Perjanjian Pengelolaan Perusahaan. d.
Keterkaitan melalui perjanjian hak bersuara Keterkaitan induk dan anak perusahaan juga dapat terjadi karena
perjanjian hak bersuara yang dilakukan antara pemegang saham pendiri, yang menyepakati bahwa penunjukan direksi dan dewan komisaris ditentukan oleh
salah satu pemegang saham pendiri. Perjanjian semacam ini terjadi pada
perusahaan kelompok yang merupakan badan usaha milik negara, yang sering disebut dengan saham merah putih dan biasanya disebut dengan saham seri A.
e. Keterkaitan melalui kontrak
Perseroan dapat menyerahkan kendali atas manajemen kepada perseroan lain melalui Perjanjian Pengelolaan Perusahaan.
51
BAB III PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
DALAM KAITANNYA DENGAN PENYELENGGARAAN PERUSAHAAN MENURUT UU NO. 5 TAHUN 1999
F. Iklim Persaingan Usaha di Indonesia setelah Lahirnya UU No. 5 Tahun