115
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil dari penjabaran isi skripsi di atas adalah :
1. Pengaturan perusahaan grup masih menggunakan pendekatan perseroan
tunggal karena belum ada pengakuan yuridis terhadap status perusahaan grup. Pengaturan induk dan anak perusahaan yang diatur dalam UUPT tidak
memberikan kejelasan mengenai kedudukan, hubungan induk dan anak perusahaan. Penyebutan kata induk dan anak perusahaan hanya disebutkan
pada 1 pasal yakni Pasal 84 Ayat 2 huruf b. Hubungan induk perusahaan dan anak perusahaan hanya sebagai hubungan secara ekonomi saja, karena secara
yuridis tidak dikenal adanya induk dan anak perusahaan. Pengendalian induk mengacu pada kebijakan untuk mengarahkan kegiatan usaha anak perusahaan
dalam mendukung kepentingan ekonomi perusahaan grup. Hal ini menimbulkan kontradiksi antara realitas bisnis perusahaan grup sebagai
kesatuan ekonomi dan aspek yuridis perusahaan grup sebagai bentuk jamak secara yuridis.
2. Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dapat terjadi dalam
perusahaan melakukan kegiatannya melalui perjanjian, kegiatan, atau posisi dominan. Larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di
Indonesia menurut UU No. 5 Tahun 1999 terdiri dari perjanjian yang dilarang
yang terdapat dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 UU No. 5 Tahun 1999, kegiatan yang dilarang yang terdapat dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24
UU No. 5 Tahun 1999, dan posisi dominan yang terdapat dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 29 UU No. 5 Tahun 1999. Perjanjian yang dilarang
terbagi atas perjanjian oligopoli, perjanjian penetapan harga, perjanjian pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertikal,
perjanjian tertutup, dan perjanjian dengan pihak luar negeri. Kegiatan yang dilarang terdiri dari kegiatan monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, dan
persekongkolan. Sedangkan posisi dominan dapat terjadi karena adanya jabatan rangkap, kepemilikan saham, serta penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan perusahaan. 3.
Perusahaan grup dalam penyelenggaraan perusahaan rentan berbenturan dengan kemungkinan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat. Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam penyelenggaraan perusahaan dapat terjadi karena adanya perjanjian yang
dilarang, kegiatan yang dilarang, dan posisi dominan. Kasus yang sering terjadi terkait perjanjian yang dilarang adalah perjanjian penetapan harga,
perjanjian pembagian wilayah, perjanjian tertutup, kartel, dan integrasi vertikal. Sedangkan kegiatan yang dilarang yang sering terjadi dalam
penyelenggaraan perusahaan adalah monopoli, monopsoni, penguasaan pangsa pasar, dan persekongkolan. Hal yang paling erat kaitannya dengan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah posisi dominan. Induk perusahaan sebagai pimpinan grup secara tidak langsung memiliki
posisi dominan tersebut. Posisi dominan ini dapat terjadi melalui kepemilikan saham mayoritas, jabatan rangkap, atau apabila suatu grup menguasai 75
atau lebih pangsa pasar untuk suatu jenis barang atau jasa.
B. Saran