20
dapat merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen perasaan umum maupun
identitas yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah SWT, yang pada gilirannya merupakan sentimen perasaan umum, kejadian umum, identitas
umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum.
23
Nilai-nilai dalam Islam dilihat dari segi normatif, yaitu baik dan buruk, benar dan salah, hak dan batil, diridhai dan dikutuk oleh Allah SWT.
Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan komponen atau subsistem adalah sebagai berikut
24
: a.
Sistem nilai kultural yang senada dan senapas dengan Islam. b.
Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.
c. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu
secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya, yaitu Islam.
d. Sistem nilai tingkah laku dari makhluk yang mengandung interrelasi
atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini timbul karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup yang
banyak diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya.
A. Akhlak Terhadap Allah dan Rasul-Nya
Pendidikan akhlak mestinya menjadi care pendidikan nasional. Para murid berakhlak mulia, sopan santun, di rumah, di masyarakat, di sekolah, di
jalan raya, dan dimanapun, itu yang memang sangat di idamkan. Salah seorang penyair besar Islam, Syauqi Bey, sebagaimana dikutip oleh Ahmad
Tafsir, mengatakan bahwa bangsa adalah akhlaknya, hilang akhlak hilanglah bangsa itu. Bahwa pendidikan akhlak memang tidak mungkin terpisah dari
pendidikan agama karena akhlak itu basisnya adalah keimanan dan dipihak lain akhlak itu merupakan bagian dari agama bahkan intinya agama Islam.
23
Abu Ahmad dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, cet. 4, h. 202
24
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, cet. 1, h. 127-128
21
Dan jika budi pekerti tadi diajarkan terlepas dari agama, maka ia akan kehilangan sanksi “dalam” yang justru paling penting dalam keberkahan
seseorang.
25
Menurut Al-Abrasyi, sebagaimana dikutip oleh Dede Makbuloh pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam. Usaha maksimal untuk
mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari proses pendidikan Islam. Oleh karena itu, pendidikan akhlak menempati posisi yang
sangat penting dalam pendidikan Islam, sehingga setiap aspek proses pendidikan Islam selalu dikaitkan dengan pembinaan akhlak yang mulia.
26
Adapun hal-hal yang perlu dibiasakan sebagai akhlak terpuji dalam Islam, antara lain:
a. Berani dalam kebaikan, berkata benar serta menciptakan manfaat, baik
bagi diri maupun orang lain. b.
Adil dalam memutuskan hukum tanpa membedakan kedudukan, status sosial ekonomi, maupun kekerabatan.
c. Arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
d. Pemurah dan suka menafkahkan rezeki baik ketika lapang maupun
sempit. e.
Ikhlas dalam beramal semata-mata demi meraih ridha Allah. f.
Cepat bertobat kepada Allah ketika berdosa. g.
Jujur dan amanah. h.
Tidak berkeluh kesah dalam menghadapi masalah hidup. i.
Penuh kasih sayang. j.
Lapang hati dan tidak balas dendam. k.
Menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik. l.
Rela berkorban untuk kepentingan umat dan dalam membela agama Allah.
Maka berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa pendidikan akhlak sebagai pondasi dalam setiap langkah manusia dan selalu
25
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010, cet. 4, h. 124-128
26
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2012 cet. 2, h. 142