Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5
Krisis akhlak itu berakar pada menurunnya keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi sistem pendidikan kita belum juga mengantisipasi hal iu.
Pendidikan kita belum juga menyediakan kurikulum yang mampu mempertebal keimanan siswa. Teriakan bahwa akhlak remaja merosot memang sering
dilontarkan oleh para pejabat, tetapi antisipasinya dibidang pendidikan belum ada. Pendidikan keimanan semestinya menjadi inti core sistem pendidikan nasional,
dan ini sering diteriakan para ahli tetapi mengambil keputusan belum juga mengantisipasinya secara memadai.
Apabila diamati bagaimana keadaan dunia pendidikan dewasa ini, tampak adanya gejala-gejala yang menunjukan rendahnya kualitas akhlak para peserta
didik. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kasus, misalnya narkotika, pelecehan seksual, pencurian dan pembunuhan.
Sementara itu ketua Komisi Perlindungan Anak Aris Merdeka Sirait mengungkapkan, saat ini setidaknya terdapat sekitar 7.000 lebih anak yang
mendekam di penjara. Ada empat kasus yang kebanyakan melibatkan mereka, yaitu narkotika, pelecehan seksual, pencurian dan pembunuhan. Untuk kasus
pembunuhan sendiri, terdapat 12 kasus sepanjang tahun 2012.
11
Dalam hal tersebut merupakan pengaruh dalam bidang komunikasi massa- baik media massa cetak maupun elektronik-kemajuan itu sangat menonjol. Tahun-
tahun terakhir ini mulai di sadari pengaruh buruk yang di timbulkan televisi terhadap perkembangan jiwa anak-anak, mengingat bahwa anak-anak usia SD
atau SMP pada dasarnya bersikap peniru. Seperti dikatakan Richard E Palmer, Presiden AMA, bahwa televisi pada hakikatnya telah menimbulkan masalah-
masalah kesehatan mental dan lingkungan. Maka dapat di simpulkan adanya pengaruh buruk yang cukup serius terhadap remaja, dari peran media massa.
Contohnya televisi sangat berpengaruh negatif, antara lain
12
: 1.
Acara-acara TV dapat membuyarkan konsentrasi dan minat belajar anak. 2.
Kerusakan moral anak, akibat menonton acara yang sebenarnya belum pantas untuk ia saksikan.
11
Al-Islam, PenerapanSyari‟ahIslam,2012,
http:www.al-khilafah.org201207penerapan- syariah-islam-selamatkan.html
12
Azyumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1998, cet.1, h. 169-174
6
3. Timbul kerenggangan timbal balik antara orang tua dan anaknya.
4. Kesehatan mata anak dapat terganggu.
5. Timbulnya kecenderungan untuk meniru gaya hidup mewah seperti yang
sering diperlihatkan para artis televisi. Dalam masa remaja awal seorang anak bukan hanya mengalami
ketidaksetabilan perasaan dan emosi, dalam waktu bersamaan mereka mengalami masa kritis. Dalam masa kritis ini seorang anak berhadapan dengan persoalan
apakah dirinya mampu memecahkan masalahnya sendiri atau tidak. Jika mampu memecahkan dengan baik, maka akan mampu pula untuk menghadapi masalah
selanjutnya, hingga dewasa. Jika dirinya tidak mampu memecahkan masalahnya dalam masa ini, maka ia akan menjadi orang dewasa yang senantiasa
menggantungkan diri kepada orang lain.
13
Sebagai karya kreatif, karya sastra yang mengangkat masalah kemanusiaan, yang bersandarkan kebenaran, akan menggugah nurani dan
memberikan kemungkinan pertimbangan baru pada diri pembacanya. Hal itu tentu ada kaitannya dengan tiga wilayah fundamental yang menjadi sumber penciptaan
karya sastra : kehidupan agama, sosial, dan individual. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila sastra dapat berfungsi sebagai peneguh suasana batin pembaca
dalam menjalankan keyakinan agamanya.
14
Novel dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikan. Meski ceritanya fiktif, namun hal ini justru menjadi daya tarik bagi para pembaca. Saat
membaca cerita fiktif, pembaca biasanya akan terbawa arus cerita yang dialami oleh para tokoh dalam cerita. Dengan demikian, pesan-pesan pendidikan yang
terkandung dalam cerita secara tidak langsung juga akan terserap oleh para pembaca dan menjadi sebuah pelajaran yang diikutinya dalam kegiatan sehari-
hari. Salah satu novel yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran adalah novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy.
Salah satu novel yang sangat bagus responnya di kalangan remaja adalah
novel dengan judul Ayat-ayat Cinta. Novel ini ditulis oleh Habiburrahman el-
13
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, 1991, cet. 2, h. 16
14
Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2, Jakarta: Pusat Bahasa, 2003, h. 115
7
Shirazy, Habiburrahman el-Shirazy adalah alumnus Universitas al-Azhar Kairo. Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist. Habiburrahman el-Shirazy juga kemudian
menempuh program pascasarjana dalam ilmu yang sama di The Institute for Islamic Studies in Cairo, lulus pada tahun 2002. Ketika novel tersebut diterbitkan
dan dijual dipasar buku, para remaja sangat meminati novel penggugah jiwa tersebut. Terbukti sejak terbit perdana pada Desember 2004 hingga juni 2005 dan
hingga 2012, novel ini sudah mengalami tujuh belas kali cetak ulang. Dalam Komunitas Forum Lingkar Pena, sebuah organisasi kepenulisan
yang diikuti oleh Habiburrahman el-Shirazy, novel ini mendapatkan Anugrah Pena Awward‟ pada Februari 2005. Penilaian utama yang membuat Forum
Lingkar Pena memberi anugrah tersebut adalah karena novel ini memiliki pesan moral yang sangat positif terhadap para remaja pembaca.
Dalam novel tersebut, Habiburrahman el-Shirazy mengisahkan seorang Mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir. Melalui tokoh utama Fahri dalam
novel tersebut, Habiburrahman el-Shirazy berusaha menyampaikan berbagai pesan moral Islami akhlak kepada para pembaca, khususnya para remaja.
Melalui tokoh Fahri, bagaimana gambaran insan kamil terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sementara ini, sebagian remaja menggandrungi
novel tersebut. Mereka bahkan sangat mengidolakan tokoh Fahri yang Perfect dalam novel tersebut.
Berbagai pendapat pembaca yang telah membaca novel ini memiliki pandangan yang berbeda, berikut ini kutipan pembaca yang berpendapat : Anna
R. Nawaning, Cerpenis dan Penulis Sastra Isla mi :”Membaca novel ini, nutrisi
cinta seakan mengalir memenuhi jiwa. Dan pikiran kita terpenuhi oleh berbagai pengetahuan dan wawasan. Inilah karya fiksi yang tidak „mengelabui‟. Sangat
bagus sekali.” Nashruddin Baidan, Rektor STAIN Surakarta.”Nuansa Islam yang
amat kental mengukuhkan novel ini sebagai media dakwah. Banyak hikmah yang dapat dipetik, terutama mengenai bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia,
baik muslim maupun non muslim, muhrim dan bukan muhrim. Tersusun dalam bahasa yang indah dan halus. Tiap kejadian tersusun secara kompak, satu kejadian
akan berhubungan dengan kejadian selanjutnya. Nyaris tidak ada kejadian yang
8
sia-sia. Tiap babnya menghadirkan kejutan kejutan tersendiri, hingga pembaca dibuat penasaran untuk terus mengikuti kisahny
a dari awal hingga akhir”.
15
Dari dua pendapat di atas, novel Ayat-ayat Cinta dapat digambarkan
bahwa novel ini mampu memberikan motivasi kepada generasi muda dan bangsa untuk terus berjuang dalam menghadapi hidup dalam keadaan tersakiti hati dalam
hidup harus tetap dijalani, karena cinta membutuhkan pengorbanan yang mungkin bisa menyakiti hati bisa juga menyenangi hati, selain itu, merupakan novel yang
mendidik. Novel ini hanya sekian dari novel religi yang menyuguhkan pesan- pesan yang bernilai tinggi, bermanfaat bagi diri sediri setelah membaca, orang
lain yang membacanya dan mudah-mudahan dapat menambah keimanan kepada sang pencipta.
Maka berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa novel Ayat-ayat Cinta banyak sekali nilai-nilai akhlak yang dapat kita ambil
pelajarannya. Terutama bagi pelajar yang sedang menuntut ilmu supaya tidak pantang menyerah, saling toleransi terhadap perbedaan agama.
Dari sini Karya sastra yang baik senantiasa mengandung nilai. Nilai ini dikemas dalam wujud struktur karya sastra, yang secara implisit terdapat dalam
alur, latar, tokoh, tema, dan amanat atau di dalam larik, kuplet, rima, dan irama. Nilai yang terkandung dalam karya sastra itu, antara lain, adalah sebagai berikut:
16
1. Nilai hedonik, yaitu nilai yang dapat memberikan kesenangan secara
langsung kepada pembaca. 2.
Nilai artistik, yaitu nilai yang dapat memanifestasikan suatu seni atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.
3. Nilai kultural, yaitu nilai yang dapat memberikan atau mengandung
hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan.
4. Nilai etis, moral, dan agama, yaitu nilai yang dapat memberikan atau
memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika, moral, atau agama.
15
Habiburrahman el-Shirazy, Ayat-ayat Cinta, Jakarta: Republika, 2004, cet. 1, h. 4
16
Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2, Jakarta: Pusat Bahasa, 2003, h. 111
9
5. Nilai praktis, yaitu nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana kandungan pesan moral akhlak
dalam novel tersebut dan manfaatnya bagi para peserta didik disekolah, dalam skripsi ini penulis akan membahas hal tersebut, dengan judul :
“Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman el-
Shirazy”.