Kesimpulan Narasi Keteladanan Buya Hamka Dalam Novel Ayah… Karya Irfan Hamka

Kembali kepada narasi, seperti halnya menurut Fisher, narasi bukan hanya sekedar alur dan plot saja, namun ada makna terkandung didalamnya. Begitu punn menurut Todorov, dalam pemaknaan tersembunyi, ada struktur narasi yang rapi di dalamnya. Itu artinya, penulis dan editor dari novel ini ingin sekali mengajak para pembacanya ntuk bisa mengambil keteladanan pada diri Buya Hamka, yang dijadikan contoh dari setiap kejadian dalam novel Ayah... tersebut. Berikut penuturan dari pihak editor senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa: “...disini jelas terlihat bagaimana kita ingin menunjukkan soal keteladanan Buya dalam hal eee... beliau eee... apa namanya kegilaanya dalam membaca gitu yah, ada banyak hal teladan soal proses belajar beliau yang pantang menyerah gitu beliau sampai belajar ke Mekkah sendiri yah beliau sendiri beliau hidup disana dengan bekerja, itu belajar itu yang menjadi semangat, trus teladan-teladan beliau yang lain soal eee… ckk… apa namanya, pemaaf yang luar biasa gitu, misalnya cerita dnegan Soekarno, cerita dengan Pramoedi Anantatoer jadi disitu kita bisa melihat teladan Buya dalam hal memaafkan, jadi kita ingin sosok ini menjadi teladan dotengah eee… sepinya eee… masyarakat Indonesia dari tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola, ditengah-tengah eee… sepinya kita mendaptkan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola nah kita pingin kita pernah punya kok tokoh yang seperti ini yang berbeda dengan tokoh-tokoh yang sekarang gitu, banyak baik ulamanya maupun politisinya kan kita lihat banyak ustadz yang “komersil” terus eee… politisi yang eee… apa namanya, hubungan secara relationship nya kurang bagus gitu karena mereka bersebrangan karna pilihan politik lah, kita ingin kemudian sosok Buya Hamka ini hadir menjadi panutan.” 4 Buya Hamka memang merupakan ulama besar Indonesia yang karya tulisnya berhasil menyebar luas ke negeri-negeri tetangga, seperti Malaysia. Ia juga merupakan sosok pahlawan yang ikut berjuang juga dalam masa-masa memperebutkan kemerdekaan Indonesia sejak zaman penjajahan dahulu kala. Bahkan 4 Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September 2014. setelah wafat beliau mendapatkan apresiasi dari Indonesia yang dinobatkan sebagai salah satu pahlawan Indonesia. Banyaknya aktivitas dan kiprahnya didunia dakwah menjadikan ia contoh yang cukup baik untuk bisa orang lain tiru. Apalagi mengenai semangat hidup dan belajarnya yang tak pernah padam, seakan-akan mengajak kita untuk juga bisa ikut semangat dalam mengadapi masalah dan juga kehidupan dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu. Keteladanan yang hakiki tentu berasal dari Rasulullah SAW, itu menurut ajaran Islam. Sosok teladan itu pun disebutkan dalam firman Allah Swt, yaitu: “Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswah hasanah bagi orang yang mengharap ridha allah dan hari akhir serta berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak”. QS. Al-Ahzab: 21 Namun selain dari sosok baginda Rasulullah SAW, keteladanan pun dapat kita ambil dari umat manusia seperti orang-orang alim ulama dan sebagainya, sepertinya yang disebutkan dalam Alquran berikut ini: “Sesungguhnya pada diri mereka Ibrahim dan umatnya ada suri teladan bagi orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian hari akhir. Dan barangsiapa yang berpaling, sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” QS. Al-Mumtahanah: 6 5 Sedangkan dalam model analisis naratif Tzvetan Todorov narasi itu memiliki struktur. Model analisis ini membahas tentang cara dan struktur bercerita dan dari suatu teks mengenai suatu peristiwa atau kejadian. Baginya analisis naratif memiliki suatu kelebihan dari analisis lain. Dengan analisis naratif kita dapat menemukan 5 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, Surakarta: Era Intermedia, 2000, h. 28. makna tersembunyi dibalik sebuah teks dan mengetahui bagaimana nalar dan pemikiran sari pembuat cerita ketika mengisahkan suatu kronologi kejadian atau peristiwa. 6 Terkadang para pembaca tidak terlalu memperdulikan sebuah penempatan struktur dan susunan suatu narasi. Padahal struktur yang disusun sedemikian rupa yang terdapat dalam alur cerita itulah yang ikut mempengaruhi makna. Seperti halnya sstruktur narasi yang digunakan penulis dan penerbit novel Ayah… tersebut. Pada bagian pertama atau bagian awal, penulis dengan sengaja menyajikan suatu kisah kilas balik dimana bagian satu tersebut menceritakan tentang siapa itu Buya Hamka, sosok seperti apa dan apa posisinya di Negara Indonesia juga apa saja yang pernah dilakukan Buya Hamka semasa jadi sosok terkenal. Itu tentu dengan sengaja di taruh dibagian awal denga tujuan agar para oembaca yang tadinya tidak mengenal atau masih awam dengan sosok Buya Hamka jadi sedikit mengenalnya dan membawa para pembaca menjadi semakin mudah dalam memahami narasi kisah kehidupan Buya Hamka terlebih tentang keteladanannya. Setelah bagian awal yang berisi kilasan singkat tentang Buya Hamka, barulah di bagian kedua novel Ayah... tersebut kisah perjalanan hidup Buya Hamka dimulai. Dengan adanya awalan cerita yang cukup membuat para pembacanya terarah dengan sosok Buya Hamka, kini di bagian dua, para pembaca diajak untuk mengenal kisah hidup Buya Hamka yang hampir dilupakan oleh waktu. Barulah di bagian-bagian 6 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, Jakarta: Kencana, 2013, h. v . selanjutnya kisah Buya Hamka mulai mengalir secara berurutan hingga beliau wafat dan meninggalkan banyak karya. Penggunaan struktur narasi yang rapi seperti yang dijelaskan diatas merupakan suatu cara bagaimana penulis menyampaikan isi dan makna narasi yang ada di dalam cerita kisah hidup Buya Hamka tersebut. Dengan diawali bagian satu yang berisikan pengenalan mengenai sosok Buya Hamka kepada pembacanya lalu dilanjutkan dengan bagian kedua dan seterusnya yang berisikan pejalanan hidup Buya Hamka. Dengan struktur yang seperti itu, akan memudahkan para pembaca yang awalnya masih awam dengan sosok Buya Hamka jadi dapat memahami siapa dan seperti apa Buya Hamka tersebut. Sehingga, jika para pembaca sudah dengan mudah mengenal sosok Buya Hamka maka akan dengan mudah juga menyerap kisah Buya Hamka yang di kisahkan dalam novel Ayah… tersebut. dengan begitu makna apa yang ingin disampaiakn dalam novel Ayah… akan ikut menjadi mudah juga untuk didapatkan dan dipahami oleh para pembaca itu artinya apa yang ingin dikisahkan dapat sampai pada tujuan penulisannya. Terlebih jika ada narasi keteladanan yang ingin disampaikan dalam novel tersebut. tentu pemakaian struktur narasi yang rapi akan mempengaruhi makna naras keteladanan itu juga. Sehingga para pembaca juga dapat mengambil manfaat dari kisah yang dinarasikan khususnya dalam narasi keteladanan Buya Hamka yang mendominasi isi dari novel Ayah… karya Irfan Hamka tersebut. Jadi, memang benar apa yang dikatakan oleh Todorov bahwa struktur bukan hanya susunan suatu narasi yang hanya membuat cerita menjadi rapi tapi struktur juga mempengaruhi penyampaian makna tulisan kepada para pembaca dan membuat para pembaca juga menjadi lebih paham dengan apa yang mereka baca.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut. Terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan khususnya menyangkut dunia narasi, komunikasi, dakwah dan keterkaitannya dengan keteladanan. Di zaman sekarang ini, sebaiknya para penulis memanfaatkan media tulis khususnya narasi untuk hal-hal positif, bukan hanya untuk hiburan otak dan daya khayal semata namun juga suatu cara dalam menyampaikan aspirasi, ide atau pola pikirnya. Seperti halnya novel Ayah… ini. Di lihat dari segi komunikasi, novel ini memang menarik, karena membungkus suatu biografi menjadi seperti sebuah novel non-fiksi dengan diisi kejadian-kejadian nyata. Irfan Hamka seakan ingin menyampaikan pemikirannya mengenai keseharian Buya Hamka yang baik sehingga dapat kita teladani, dan menjadikan tokoh tersebut sebagai tokoh inspirasi para pembaca. Keteladanan Buya Hamka seakan menjadi hal penting ketika sudah dinarasikan olehnya. Narasi merupakan suatu rentetan cerita dimana pembacanya akan dibawa kepada pola pikir si penulis sehingga jika bacaan tersebut dihayati maka tentu akan memberikan suatu pengaruh terhadap pembacanya, baik itu bersifat positif maupun negatif, karena narasi seakan mengajak para pembacanya untuk berfantasi bebas. Bayangkan jika narasi digunakan bukan hanya untuk menyampaikan sebuah kisah melainkan digunakan untuk berdakwah, tentu orang yang membaca tulisan tersebut akan ikut terhanyut dengan alur cerita dan mengambil ilmu-ilmu dari sebuah narasi tersebut dan si pembaca bahkan tidak akan merasa bahwa ia sedang diceramahi, mereka hanya akan menarik kesimpulan dan pemahaman masing-maisng dari bacaan tersebut. Sehingga bagi peneliti sebuah narasi pastinya akan memberikan efek yag signifikan khususnya terhadap pola pikir para pembacanya. Saran peniliti untuk para penulis, jika seorang penulis ingin menyampaikan suatu kisah atau bahkan suatu ilmu pengajaran mengenai nilai-nilai keagamaan kepada khalayak, namun tidak ingin bersifat menggurui, menggunakan narasi akan menjadi salah satu cara yang efektif, tergantung bagaimana penulis itu memainkan kata-katanya dan menarasikan pemikirannya. Seperti halnya Irfan Hamka dalam penulisan novel berjudul Ayah... ini, ia berhasil membuat membuat tokoh Buya Hamka jadi lebih dikenal oleh para pembacanya dengan narasi yang tersusun rapi dan bahkan novelnya menjadi novel best seller. Sedangkan saran untuk para pembaca, saat ini narasi memang banyak digunakan orang-orang atau penulis untuk mengisahkan sejarah atau membuat suatu novel biografi. Dengan adanya hal itu, membuat para pembaca dituntut untuk berpikir lebih terbuka terhadap setiap bacaan yang kita baca, mengajak kita untuk lebih kritis atau setidaknya lebih objektif dalam mengambil kesimpulan disetiap bacaan yang kita baca. Karena novel kini bukan hanya bacaan untuk hiburan otak semata yang penuh dengan daya khayal, melainkan juga sudah menjadi suatu media untuk menyampaikan ide gagasan bahkan pola pikir seseorang kepada para pembacanya. Sehingga para pembaca, baik dari kalangan akademisi atau orang biasa, disarankan untuk lebih bijak dalam menyimpulkan suatu bacaan, jangan mudah menelan mentah-mentah begitu saja penbetahuan yang didapat dari bacaan yang kita dapat, agar kita tidak salah langkah ketika berpikir dan juga tidak mudah terpengaruh oleh novel yang kita baca. Sehingga kita akan menjadi pembaca yang bijak dalam mengambil ilmu dari setiap bacaan terlebih jika sudah menyangkut tentang nilai-nilai keagamaan. DAFTAR PUSTAKA Referensi Buku: Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009. Ardianto, Elvinaro; Q-Anees, Bambang. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. As-Sayyid, Majdi Fathi; Misbah. Larangan Rasulullah SAW untuk Wanita. Jakarta: Najla Press, 2005. Bahreisj, Husein. Himpunan Fatwa. Surabaya: Al Ikhlas, 1992. Beheshti, S.H.M. Pandangan Hidup Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993. Bruinesse, Martin Van. Urban Sufism. Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Department Agama RI, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an Karim. Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999. Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media. Jakarta: Kencana, 2013. Faizah; Effendi, Lalu Muchsin. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2006. Fillah, Salim A. Agar Bidadari Cemburu Padamu. Yogyakarta: Pro-U Media, 2013. ________ . Dalam Dekapan Ukhuwah. Yogyakarta: Pro-U Media, 2012. ________ . Jalan Cinta Para Pejuang. Yogyakarta: Pro-U Media, 2008. Hamka, Irfan. Ayah... . Jakarta: Republika Penerbit, 2013. Hikmat, Mahi M. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.