Latar Belakang Masalah Narasi Keteladanan Buya Hamka Dalam Novel Ayah… Karya Irfan Hamka

pembaca jadi lebih antusias untuk terus membacanya sampai akhir cerita, bahkan secara sengaja atau tidak, dengan penggunaan bahasa gaya novel dalam suatu buku biografi, terciptalah unsur sastra di dalamnya sehingga terbentulah suatu karya tulis berupa novel biografi. Sebuah biografi yang berbentuk novel dengan gaya bahasa ringan dan narasi yang menarik seperti novel seakan menjadi suatu alat penyampai ide yang lumayan efektif karena gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah tulisan juga memiliki peran penting terhadap pemaknaan suatu tulisan dalam sebuah narasi, karena itu akan memberikan pengaruh atau suatu pola pikir kepada para pembacanya. Narasi merupakan suatu tulisan yang biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, bukan hanya itu, narasi yang ditulis juga dapat berupa suatu tulisan berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau wawancara dan pada umunya berupa himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan kejadian atau waktu. 6 Narasi, baik itu dalam bentuk narasi fiksi ataupun narasi fakta mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakat. Dalam pembentukkan sebuah pandangan benar atau salah, boleh atau tidak boleh, narasi memiliki peran tersendiri. Itu artinya narasi pun berkaitan dengan ideologi. Narasi memperkuat ideologi keyakinan dan kepercayaan yang terdapat dalam pola pikir masyarakat. Lewat narasi baik berupa fiksi atau fakta sebuah cerita, karakter dan peristiwa diperkenalkan kepada para anggota masyarakat lalu kemudian turun temurun dari generasi ke generasi 6 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, Malang: UMM Press, 2010, h. 71 sehingga bahkan menjadi suatu panduan bersikap dan berprilaku bagi anggota masyarakat tersebut. 7 Maka dari itu seorang tokoh yang dinarasikan dalam sebuah novel biografi tentu menggunakan bahasa tertentu sehingga kalimat-kalimat dalam buku tersebut dapat menggambarkan sosok tokoh yang sedang dibahas. Tetapi setiap tulisan yang dipakai dalam penulisan tersebut merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, karena penggunaan bahasa dalam suatu kalimat terlebih dalam menggambarkan suatu sosok, akan menimbulkan suatu pemaknaan tertentu kepada setiap pembacanya. Artinya seseorang dapat juga menuangkan dan menyampaikan ideologi, gagasan dan idenya kepada para pembaca lewat tulisannya dalam suatu buku, khususnya dalam buku novel biografi. Dengan narasi pun kita dapat memberikan contoh teladan kepada para pembaca tentang sosok yang hebat sehingga membuat para pembaca terinspirasi dengan tokoh tersebut karena narasi pun dapat tergambar dengan adanya narasi perjalanan atau kisah hidup seseorang yang sedang dibahas dalam buku tersebut. Sehingga buku biografi yang menggunakan narasi dengan gaya tutur novel atau singkatnya novel biografi tentu akan dengan mudah menyalurkan ideologi penulis tentang seorang tokoh kepada para pembacanya. Misalnya saja seperti penggambaran narasi keteladanan seorang tokoh dalam novel biografi. Keteladanan sendiri asal katanya adalah “teladan” yang artinya sesuatu yang patut ditiru atau dicontoh, baik itu tentang perbuatan, kelakuan ataupun sifat. 7 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, Jakarta: Kencana, 2013, h. 221. Sedangkan menurut istilah, keteladanan adalah suatu perilaku seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinya atau melihatnya, begitu pula dengan para pembacanya yang membaca kisah sosok yang menginspirasinya tersebut. 8 Dalam bahasa Arab, kata teladan adalah “uswatun hasanah” dalam kamus Mahmud Yunus “uswatun hasanah” didefinisikan “uswatun” sama dengan “qudwah” artinya “ikutan” dan “hasanah” artinya perbuatan yang baik. Dari definisi tersebut maka “uswatun hasanah” adalah suatu perbuatan baik seseorang yang patut ditiru atau diikuti orang lain. Menjadi seorang panutan yang baik merupakan satu metode juga dalam pendidikan terpenting, karena manusia memiliki keinginan kuat yang bersifat pada diri manusia yang mengantarnya untuk meniru dan mengikuti orang lain. 9 Dalam ajaran agama Islam, sosok yang selalu menjadi suri teladan uswatun hasanah bagi para muslim adalah Nabi Muhammad SAW. Akhlaknya yang mulia, perjuangan dakwahnya yang hebat, aqidahnya yang kuat, kepribadiannya yang juga mulia menjadikan beliau sebagai panutan setiap umat manusia di dunia. Hal itu disebutkan dalam firman Allah Swt surat al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswah hasanah bagi orang yang mengharap ridha allah dan hari akhir serta berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak”. 8 Ammydotcom, “Apa itu Keteladanan”, diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib dari http:ammydotcom.blogspot.com201102apa-itu-keteladanan.html . 9 Ammydotcom, “Apa itu Keteladanan”, diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib dari http:ammydotcom.blogspot.com201102apa-itu-keteladanan.html . Ayat tersebut menjelaskan bahwa sosok teladan bagi umat muslim adalah Rasulullah SAW yang merupakan sosok yang pantas untuk diteladani dan diikuti oleh siapa saja yang mengharap ridha Allah Swt dan beriman kepada hari akhirat dan siapa saja yang ingin menerapkan Islam dengan sebenar-benarnya. 10 Dalam Islam, ada istilah Qudwah Hasanah yang terbagi kedalam dua bagian, antara lain, yaitu a Qudwah Hasanah yang bersifat mutlak, artinya suatu teladan yang murni langsung berasal dari Rasullah SAW dan, 2 Qudwah Hasanah Nisbi, yaitu teladan yang berasal dari manusia bukan dari Rasul atau Nabi. Seperti dari para ulama dan pemimpin umat lainnya. Teladannya hanya sebatas jika tidak bertentangan dengan syari’at Allah Swt. 11 Banyak ulama yang terus meningkatkan akhlaknya agar menjadi umat dan hamba Allah Swt yang taat kepada ajaran Islam, sehingga banyak kepribadian dan sikap para ulama yang dapat kita jadikan panutan atau keteladanan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ketika berpidato sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama, pada penutupan Musyawarah Nasional Majelis Ulama Seluruh Indoneisa, 27 Juli 1975, Buya Hamka berkata: ”Mereka Ulama tidaklah mengingat hendak minta upah dan minta di bayar, karena jasa apabila telah dihargai, jatuhlah harganya, kami tidaklah meminta upah buat ini, dan tidak ingin mengharapkan ucapan terima kasih. Karena kami takut dari Tuhan kami pada hari 10 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006, h. 192-193. 11 UMY, “Strategi Dakwah Kepada Umat Dakwah”, diakses pada selasa tanggal 16 Desember 2014 pukul 14.51 wib dari http:blog.umy.ac.idadin-data-lamakajian-jugaSTRATEGI- DAKWAH-KEPADA-UMAT-DAKWAH.doc . yang penuh kemurkaan dan kegelisahan”. Dalam pidato tersebut, Buya Hamka seakan ingin mengungkapkan bahwa ulama haruslah penuh dengan keikhlasan dan kesederhanaan. 12 Itu artinya sifat-sifat ulama pun harus sesuai dengan jalan yang di ridhai Allah Swt. Di Indonesia, kita banyak memiliki ulama yang dapat kita teladani perilakunya, akhlaknya, dan lain sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang sangat pantang menyerah dengan keistiqamahannya mempelajari ajaran Islam salah satu diantaranya adalah seorang tokoh ulama yang sempat menjabat sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal dengan nama Buya Hamka. Buya Hamka merupakan sosok ulama besar yang namanya pun masih dikenang hingga sekarang walaupun ia sudah wafat beberapa tahun yang lalu. Buya Hamka, bukan hanya seorang ulama besar saja, namun ia juga seorang seorang sastrawan yang sangat terkenal dengan ratusan karyanya, seorang politisi, dan juga seorang budayawan yang apik. Buya Hamka memulai perjalanan dakwahnya dari sebelum Indonesia merasakan kemerdekaan. Artinya, ia telah memperjuangkan jalan dakwahnya semenjak Indonesia masih di jajah dan masih dalam keadaan zaman perang. Banyak cerita bagaimana ia dapat terus bertahan dan berjuang menyebarkan agama Islam di Indonesia, tapi sayangnya semakin bertambahnya usia 12 Ramlan Mardjoned, KH. Hasan Basri 70 Tahun; Fungsi Ulama dan Peranan Masjid, Jakarta: Media Da’wah, 1990, h. 143-144. kemerdekaan Indonesia, semakin lupa juga orang-orang dengan sejarah zaman dahulu. Buya Hamka merupakan sosok yang menarik untuk dibahas khususnya dalam dunia kesehariannya sehingga membuat banyak orang tertarik untuk mengetahui siapa itu Buya Hamka dan akhirnya pada tahun 2013 Republika Penerbit pun menerbitkan satu buku biografi berbentuk novel mengenai Buya Hamka yang di tulis oleh anak kandungnya sendiri yaitu Irfan Hamka. Novel biografi ini menjadi semakin menarik karena menggunakan gaya tutur novel dengan bahasa yang ringan, sehingga lebih menekankan kepada struktur narasi dalam alur cerita dengan penggunaan narasi, dengan membaca buku novel biografi tersebut bukan hanya kita bisa mendapatkan informasi mengenai Buya Hamka dan kisah hidupnya melainkan para pembaca juga dapat terinspirasi dengan banyaknya kisah-kisah teladan dalam buku tersebut yang disampaikan dan digambarakan melalui narasi penceritaan kisah hidupnya yang dikemas dengan semenarik mungkin sehingga membuat para pembaca menjadi antusias untuk terus membaca buku tersebut dan sampai menjadikan buku ini menjadi buku Best Seller di berbagai kalangan usia pembacanya. Hal itu terbukti dengan adanya penjualan buku hingga 15.000 eksemplar dan dengan delapan kali cetak. Maka dari itu novel ini pun menjadi salah satu novel biografi yang Best Seller sejak tahun 2013. Bahkan salah satu situs yang berisi para pecinta membaca pun mencantumkan novel Ayah... kedalam list-nya sehingga menjadi salah satu buku bacaan yang juga banyak diminati orang banyak. Dalam situs www.goodreads.com tersebut, novel Ayah... mendapatkan 210 rating dengan jumlah nilai bintang 3.89 yang artinya hampir mendekati angka 4 yang diberikan oleh sebagian pembaca dari 573 orang yang membahas novel Ayah... dalam situs tersebut. 13 Walaupun memang dalam buku tersebut, keteladanan Buya Hamka tidak dikemukakan secara gamblang dan terbuka, namun banyak disetiap cerita kisah hidupnya, menarasikan suatu keteladan dari sosok Buya Hamka tersebut. Hal ini memungkinkan sikap keteladanan yang dinarasikan dalam buku tersebut adalah suatu tujuan dari kepenulisan novel biografi yang berjudul Ayah… ini, agar para pembacanya dapat mengetahui apa saja kisah hidupnya dan kisah teladannya sehingga para pembaca dapat terinspirasi dari cerita yang dinarasikan oleh buku tersebut. Hal ini membuat saya sebagai penulis peneliti menjadi tertarik untuk menjadikan novel Ayah… ini sebagai bahan penelitian, dimana saya ingin mengkaji dan mengetahui secara detail sifat-sifat teladan Buya Hamka yang dinarasikan oleh anaknya, yaitu Irfan Hamka dalam novel ini. Dengan berbagai alasan dan atas latar belakang itulah maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam lagi novel Ayah... tersebut dengan mengambil metode analisis naratif dimana peneliti akan mengkajinya lewat teks-teks narasi yang tertulis dan alur cerita dalam buku tersebut dengan mengambil judul penelitian “NARASI KETELADANAN BUYA HAMKA DALAM NOVEL AYAH… KARYA IRFAN HAMKA ”. 13 Goodreads, Ayah...: Kisah Buya Hamka, diakses pada hari selasa tanggal 7 April 2015 pada pukul 16.30 wib dari http:www.goodreads.combookshow17983604-ayah .

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, penelitian ini difokuskan kepada narasi keteladanan Buya Hamka dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka menurut Teori Naratif Walter Fisher? 2. Bagaimana struktur narasi keteladanan Buya Hamka yang ada dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka menurut Analisis Naratif Tzvetan Todorov ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka yang terdapat dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka. 2. Untuk mendeskripsikan struktur narasi keteladanan Buya Hamka dari novel Ayah... karya Irfan Hamka.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian pengetahuan mengenai studi analisis naratif terhadap karya tulis, sastra maupun media massa yang saat ini sudah mulai digunakan dalam kajian ilmu komunikasi untuk menjadi suatu metode dalam menganalisis teks media. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca tentang keteladanan seorang ulama besar Indonesia, Buya Hamka yang sejarahnya hampir dilupakan oleh masyarakat muda di zaman sekarang ini, yang terdapat pada novel Ayah… karya Irfan Hamka.

E. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran ke beberapa perpustakaan yakni Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu dan Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Berdasarkan penelusuran tersebut peneliti menemukan beberapa penelitian tentang analisis naratif dengan berbagai subjek dan objek penelitian yang beragam dan latar belakang yang bermacam-macam. Skripsi-skripsi yang berhubungan dengan analisis naratif, diantaranya: a. Skripsi karya Nur Afifah, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menulis skripsi mengenai analisis narasi dengan judul “Narasi Hubungan Ayah Dengan Anak Dalam Novel Ayahku bukan Pembohong Karya Tere Liye”. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan ayah dengan anak ketika anaknya tidak mempercayai ayahnya dan penelitian ini lebih menekankan kepada pesan-pesan moral dalam kehidupan. b. Skripsi karya Dini Indriani, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menulis skripsi dengan judul “Analisis Narasi Pesan Moral Dalam Novel Bumi Cinta”. Penelitian ini meneliti tentang seperti apa pesan moral yang terdapat dalam novel Bumi Cinta, lalu mengemukakannya dan menganalisisnya dengan menggunakan analisis naratif. Dari beberapa tinjauan terdahulu memiliki perbedaan dengan penelitian ini, ada yang berbeda dari segi objek penelitian dan juga subjek penelitian pun berbeda, karena penelitian ini membahas tentang analisis naratif keteladanan seorang ulama besar yaitu Buya Hamka dalam kesehariannya menjalani kehidupan yang terdapat dalam sebuah novel karya anak kandungnya sendiri, yaitu novel Ayah… karya Irfan Hamka.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti membagi metodologi ke dalam beberapa bagian, yaitu:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati. 14 Metode pendekatan kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan peneliti dalam 14 Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, h. 37 memaparkan semua data yang diperoleh dan menganalisisnya juga menggambarkannya dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis dalam bentuk kalimat-kalimat.

2. Metode Penelitian

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis narasi naratif narative analysis, yaitu metode yang digunakan untuk memahami makna dalam suatu tulisan atau suatu bentuk cerita. Narasi adalah suatu cara seorang penulis dalam memberitahukan suatu pesan kepada orang lain dengan sebuah cerita. Narasi sering diartikan juga dengan sebuah cerita, misalnya seperti Cerita Pendek cerpen, tulisan scenario pembuatan film, dsb. 15 Metode analisis narasi naratif berbeda dengan metode kuantitatif yang menakankan pada pertanyaan “apa” what, analisis ini lebih menekankan kepada pertanyaan “bagaimana” how yang terdapat dalam suatu pesan atau makna dari teks dalam komunikasi. Dengan begitu, peneliti dapat menemukan makna narasi yang terkandung dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka, juga mengetahui struktur dari narasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menelaah struktur narasi yang terdapat dalam cerita dan alur cerita plot dimana seorang Buya Hamka sangatlah disiplin dalam menegakkan syariat Islam diberbagai kondisi sehingga menjadi sosok teladan. Dari banyak ahli naratif, dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu model naratif yang dikemukakan oleh Tzvetan Todorov. 15 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, Malang: UMM Press, 2010, h. 71.