Perkembangan Muhammadiyah Era K.H. Ahmad Dahlan
                                                                                Sejak  didirikannya  Muhammadiyah  1912  oleh  K.H.  Ahmad  Dahlan, tahun-tahun  pertama  tidaklah  mengadakan  pembagian  tugas  yang  jelas  diantara
anggota-anggota  pengurus,  hingga  tahun  1917  yang  masih  berkisar  di  daerah Kauman,  Yogyakarta  saja.  Organisasi  Muhammadiyah  mulai  mengalami
perkembangan    ke  beberapa  pulau  Jawa  dan  luar  pulau  Jawa  sejak  1917,  yang dimulai dengan adanya kongres Budi Utomo yang diselenggarakan di rumah K.H.
Ahmad  Dahlan  dan  atas  usalan  meraka  agar  muhammadiyah  membuka  cabang- cabangnya.  Pada  tahun  1920  Kegiatan  Muhammadiyah  meliputi  daerah  pulau
Jawa  dan  pada  tuahun  Berikutnya  mulai  tersebar  ke  berbagai  wilayah  di Indonesia.
Cabang  Muhammadiyah  yang  berada  di  luar  pulau  Jawa  pertama  kali didirikan di Sumetera Barat yaitu Minangkabau, Muhammadiyah di sana didirika
oleh H. Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul. Tahun 1925 ia mulai mendirikan cabang  muhammadiayah  di  sana,  setelah  ia  melakukan  kunjungan  ke  Jawa.  H.
Abdul  Karim  Amrullah  mengubah  sebuah  organisasi  lokal  yang  bernama  Sendi Aman Tiang Selamat dijadikan sebagai cabang Muhammadiyah di Minangkabau,
dan pada tahun yang sama juga murid-murid dari H. Abdul Karim Amrullah ikut menyebarkan organisasi ini ke seluruh Minangkabau.
Pada  tahun  1917  gerakan  Muhammadiyah  melebarkan  sayapnya memperluas  ke  luar  Jawa  dan  secara  bertahap  berkembang  menjadi  salah  satu
Organisasi  Indonesia  yang  terbesar  sebelum  Perang  Dunia  II
18
.  Pada  tahun  1925 organisasi  Muhammadiyah  memiliki  29  cabang  dengan  4000  anggota,  di  bidang
18
Abdul Azis Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Jakarta :Gema Insani press 1996 hal 134
pendidikan  telah  mendirikan  8  Hollan  Inlanndse  School  Muhammadiyah  sebuah sekolah  guru  di  Yogyakarta,  32  buah  Sekolah  Dasar  lima  tahun,  dan  1  buah
Schakelschool, 14 Madrasah, seluruhnya dengan 119 orang guru dan 4000 murid. Dalam  bidang  sosial  telah  terdapat  dua  buah  klinik  di  Yogyakarta  dan
Surabaya,  di  daerah  itu  sekitar  12000  pasien  memperoleh  pengobatan. Muhammadiyah  juga  membangun  rumah  miskin  dan  dua  rumah  yatim  piyatu.
19
Tahun  1927  Muhammadiyah  mendirikan  cabang-cabang  di  Bengkulu, Banjarmasin, dan Amuntai, sedangkan  pada tahun 1929 Muhammadiyah tersebar
ke  daerah  Aceh  dan  Makasar,  memiliki  1.9000  anggota  Muhammadiyah,  ini semua  tercatat  sebagai  peserta-peserta  kongres  yang  berasal  dari  semua  pulau
yang  ada  di  Indonesia  kecuali  Kalimantan,  dalam  acara  kongres  tersebut Muhammadiyah telah menerbitkan sejumlah 700.000 buah buku maupun brosur.
Di Solo telah membuat sebuah klinik mata dan di malang telah membuat sebuah klinik yang lainnya.
Pada  tahun  1930  kongres  Muhammadiyah  yang  diadakan  di  luar  pulau Jawa,  yaitu  Bukit  Tinggi,  tercatat  sebanyak  112  cabang-cabang  dengan  2.4000
anggota.  Keanggotaan  Muhammadiyah  bertambah  menjadi  43.000  pada  tahun 1935  dengan  710  cabang-cabang  termasuk  316  di  pulau  Jawa,  286  di  Sumatera,
79 di Sulawesi dan 29 di Kalimantan. dan pada tahun 1938 berkembang cabang- cabang serta 898 kelompok yang belum berstatus cabang, seluruhnya ada 250.000
anggota Muhammadiyah.
20
Di samping itu Muhammadiyah pun telah memelihara 834  Masjid  dan  langgar,  31  perpustakaan  dan  1774  sekolah.  Oleh  karena  itu
19
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam, hal 95
20
Deliar Noer, Gerakan, hal 95
tidaklah berlebihan jika  Prof. Deliar Noer menyebutnya sebagai  Muhammadiyah sebagai “organisasi sosial Islam terpenting di Indonesia”. Bahkan seorang penulis
Barat James L. Peacock, mengatakan “Muhammadiyah telah membuktikan dirinya sebagai  organisasi  pembaharuan  Islam  yang  paling  kuat  di  Asia  Tenggara.
Bahkan mungkin di Dunia”.
21
                