Selain itu ada juga faktor yang datangnya dari luar yang meliputi: 1.
Merajalelanya kolonialisme Belanda di Indonesia. 2.
Agresifnya kegiatan Kristenisasi yang dilakukan oleh para zending, sehingga mencapai kemajuan di Indonesia.
3. Adanya rencana politik Kristenisasi dari pemerintah Belanda, untuk
kepentingan politik kolonialnya.
4
Melihat persoalan di atas tadi, maka ada sebuah keresahan dari seorang tokoh umat Islam Indonesia, sehingga puncaknya berdirilah ormas Islam
Muhammadiyah sebagai counter atas adanya kegiatan Kristenisasi pada saat itu. Maka dalam pandangan Muhammadiyah era kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan,
Kristenisasi memiliki concern yang cukup besar, sehingga beliau tergerak hatinya untuk memperdayakan umat Islam Indonesia yang selama ratusan tahun
mengalami marginalisasi oleh kolonial di berbagai bidang kehidupan. Kaitannya dengan kegiatan Kristenisasi, dalam pandangan K.H. Ahmad
Dahlan ini adalah konspirasi kolonial Belanda melalui kebijakan-kebijakannya yang seolah-olah netral terhadap agama, tetapi dibalik itu semua adalah upaya
untuk mengkristenkan pribumi. Ini terbukti dengan kebijakan kolonial Belanda yang menggunakan dua strategi, pertama, Belanda membuat kebijakan-kebijakan
yang sifatnya membendung, misalnya memantau, membatasi berbagai kegiatan pengalaman ajaran Islam, kedua, Belanda melalui para zendingnya melakukan
Kristenisasi kepada penduduk Indonesia dengan berbagai cara, seperti membuat sekolah, menterjemahkan Alkitab kedalam bahasa Jawa, Indonesia, Melayu,
4
M. Margono Puspo Suwarno. Gerakan Islam Muhammadiyah, Yogyakarta: Persatuan, 1986, cet. Ke-3, hal. 27
Sunda, melakukan adaptasi dengan kebudayaan setempat, seperti memakai bangklo, memakai pakaian Jawa, memberikan lapangan pekerjaan melalui
penyediaan lahan pertanian, dan yang lainnya. Sehingga untuk mengatasi ini semua menurut K.H. Ahmad Dahlan bukan dengan cara perlawanan fisik atau
konfrontasi, melainkan dengan jalan pembangunan lembaga-lembaga pendidikan, keagamaan dan sosial sebagai counter untuk menghambat kegiatan Kristenisasi.
B. Respons Muhammadiyah terhadap Kristenisasi
Sebenarnya selama era K.H. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah memelihara hubungan baik dan harmonis dengan kalangan Kristen, walaupun ada indikasi
mengenai terjadinya permusuhan antara kedua belah pihak, Muhammadiyah dengan Kristen. Alasan logis K.H. Ahmad Dahlan, mengapa memilih untuk
berhubungan baik dengan Kristen, adalah beliau ingin berusaha menghindari konfrontasi dengan pihak manapun, termasuk para misi Kristen. Sebaliknya beliau
memainkan peran melalui gagasasnya untuk menghambat kemajuan misi Kristenisasi, dengan cara meningkatkan kesadaran Islami kepada para
pengikutnya. Maka alternatifnya menurut K.H. Ahmad Dahlan yang tepat yaitu dalam bentuk persaingan melalui pembangunan lembag-lembaga pendidikan dan
keagamaan seperti mereka, ketimbang terlibat dalam perlawanan fisik atau semacam konfrontasi langsung.
5
Walaupun kegiatan misi Kristenisasi yang disebarluaskan oleh para zending telah mengambil langkah-langkah besar, dan mempunyai dampak penting
di negeri ini, akan tetapi dalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan, menentang dan
5
Alwi, Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998, 160
melawan secara fisik, serta menghentikan dengan cara konfrontasi langsung adalah suatu cara yang tidak efektif dan tidak strategis, menurutnya yang
terpenting adalah membangkitkan kesadaran kaum muslim mengenai akibat- akibat yang akan muncul dari kegiatan misi Kristenisasi tersebut. Oleh karena itu
yang lebih efektif adalah membangun inspratuktur gerakan lebih diutamakan daripada terlibat langsung dalam konfrontasi sengit dengan kelompok Kristen. Hal
inilah yang menyebabkan Muhammadiyah dibenci sebagian kalangan, karena dicap mendukung rezim kolonial atau seperti tidak menentang dengan adanya
kegiatan Kristenisasi. Lahirnya Muhammadiyah justru untuk membela dan menjunjung tinggi
agama Islam, dalam hal ini Muhammadiyah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam secara modern. Memberantas perbuatan syirik, bid‟ah, dan khurafat
yang tidak bersumber pada ajaran Islam yaitu Al- Qur‟an dan Sunnah Nabi saw.
Maka jalur yang ditempuh K.H. Ahmad Dahlan untuk mewujudkan cita- cita tersebut ialah dengan mempergunakan berbagai jalan. Misalnya
menyelenggarakan tabligh, pengajian, kursus-kursus agama, mendirikan madrasah-madrasah dari tingkat bawah sampai atas, mengajarkan agama-agama
pada sekolah-sekolah umum, menggunakan pengetahuan dan perhitungan secara hisab dalam menentukan puasa Ramadhan, ataupun hari-hari raya Idul Fitri dan
Idul Adha. Adapun Muhammadiyah era K.H. Ahmad Dahlan, dalam rangka
membendung misi Kristenisasi, yaitu dengan cara ikut mencardaskan rakyat, karena di masa penjajahan, dimana pemerintah Kolonial Belanda menutup pintu
bagi rakyat kelas bawah untuk menuntut ilmu pengetahuan sebanyk mungkin, dari tingkat terendah sampai tingkat teratas, maka K.H. Ahmad Dahlan melalui
melalui organisasi
Muhammadiyah mendirikan
sekolah-sekolah yang
menggabungkan pelajaran agama dengan pelajaran umum, setingkat dengan sekolah-sekolah negeri. Adapun bentuk sekolah zaman penjajahan sekolah-
sekolah seperti HIS, Kweekschool, dan AMS, dengan melihat rakyat Indonesia jarang diberi kesempatan untuk mengenyam di sekolah tersebut, maka K.H
Ahmad Dahlan membuat gebrakan baru, yaitu mendirikan sekolah-sekolah semacam itu HIS Muhamadiyah, Kweekschool Muhammadiyah, dan AMS
Muhamadiyah yang bertujuan mencerdaskan bangsa Indonesai dari segala lapisan dan golongan dengan menggunakan pelajaran agama Islam dan umum. Lebih dari
itu pembangunan sekolah-sekolah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan semata-mata untuk mengimbangi dan mencegah kemajuan Kristenisasi melalui
dunia pendidikan. Akibat dari penjajahan penghidupan rakyat sangat menyedihkan, banyak anak-anak yang terlantar karena ditinggalkan oleh orang
tuanya, maka dikumpulkanlah anak-anak itu untuk dipelihara dan diberi pendidikan, sebagaimana terjelma dalam bentuk adanya rumah yatim- piyatu.
Sebagai bahan perbandingan, sepirit Muhammadiyah sampai saat ini telah memiliki sejumlah hasil amal usaha nyata di tengah-tengah umat, seperti Bidang
kesehatan Rumah Sakit Umum 43 buah; Rumah Sakit bersalin 31 buah; balai pengobatan Ibu dan Anak 110 buah, dan Poliklinik sebanyak 205 buah. Dalam
bidang Panti Sosial bidang kesosialan umum; Panti Jompo 54 buah; Panti Asuhan 338 buah; Asuhan Keluarga 54 buah; Rehabilitasi cacat 82 buah. Di
bidang keekonomian; Bank Perkreditan Rakyat 19 buah; Baitul TamwilBaitul Ma Wat Tamwil 190 buah; Koperasi 808 buah; balai pertemuan 656 buah. Di
bidang Pendidikan; Taman Kanak-kanak 3370 buah; Sekolah Dasar 1134 buah; Madrasah Tsanawiyah 535 buah; Madrasah Aliyah 172 buah; Sekolah Menengah
Pertama 1181 buah; Sekolah Menengah Atas 512 buah; Sekolah Menengah Kejuruan SMK 250 buah; Pondok Pesantren 57 buah; Mu‟alliminMu‟allimat 25
buah; Sekolah Luar Biasa SLB 71 buah; Universitas 36 buah; Sekolah Tinggi 66 buah; Akademi 61 buah, dan Politeknik 3 buah. Semuanya tersebar disegenap
pelosok tanah Air Indonesia.
6
Artinya melihat keberadaan Muhammadiyah dari waktu kewaktu mengalami peningkatan yang sangat signifikan bagi pertumbuhan dan sekaligus
sumbangsi Muhammadiyah dalam membangaun, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di samping itu, sampai saat inipun Muhammadiyah masih tetap konsisten dalam mencerdaskan ummat agar tidak terjadi kejumudan dan konversi agama,
maka sebagai bukti dikirimkanlah dai-dai muda Muhammadiyah keberbagai wilayah pedesaan dan pedalaman untuk memberi pencerahan kepada ummat Islam
dan sekaligus sebagai counter atas terhadap maraknya praktik kristenisasi akhir- akhir ini. Adapun upaya lain yang ditempuh oleh Muhammadiyah sekarang ini
dalam mencegah terjadinya Kristenisasi di masyarakat, maka Muhammadiyah menerbitkan media cetak seperti majalah Tabligh yang konsen dalam
mengcounter isu Kristenisasi pada saat ini dan masa yang akan datang.
6
Abujamin Roham, Ensiklopedia Lintas Agama, Jakarta: Emerald, 2009, hal. 502