BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perumahan dan Pemukiman
Menurut UU no. 4 tahun 1992, pengertian antara perumahan dan rumah berbeda. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Suparno Sastra M. dan Endy Marlina, 2006:29. Sedangkan pemukiman adalah
bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Rencana pembangunan lima tahun keenam, 1994:411.
Hakikat perumahan hanya dapat diungkapkan makna apabila dikaitkan dengan manusia yang menempatinya. Sebuah rumah tidak hanya dapat dilihat
sebagai instrumen tempat tinggal belaka, tetapi fungsinya dapat dilihat sebagai hubungan struktural pada suatu kawasan. Artinya bentuk, kualitas dan lokasi
perumahan merupakan perwujudan status sosial ekonomi bagi mereka yang menempatinya.
Arti rumah tidak hanya mencakup mengenai arti rumah, melainkan meliputi segala kelengkapan fasilitas pendukungnya seperti kondisi sanitasi perumahan,
aksesibilitas ke tempat umum, fasilitas yang ada didalam dan di luar rumah dan lain sebagainya. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial, berarti selalu berupaya
untuk bersama orang lain. Berawal dari keadaan tersebut maka terbangunlah sejumlah rumah pada lokasi tertentu yang kemudian disebut dengan pemukiman.
Dengan demikian membahas perumahan berarti turut pula dipersoalkan kondisi lingkungan pemukiman perumahan tersebut.
Apabila perumahan dilihat dari sudut kebutuhan, maka setidaknya terdapat tempat jenis kebutuhan mengenai perumahan, yaitu:
1. Kebutuhan untuk bernaung dan rasa aman 2. Kebutuhan badaniyah
3. Kebutuhan sosial 4. Kebutuhan estetika
Jenis kebutuhan perumahan diatas sebenarnya tersusun menurut jenjangnya. Artinya, rumah sebagai kebutuhan tempat bernaung dan rasa aman secara mutlak
harus terpenuhi sebelum meningkat pada jenjang kebutuhan di atasnya kebutuhan badaniyah, demikian estetika harus melalui dua tingkat kebutuhan sebelumnya
yaitu kebutuhan badaniyah dan kebutuhan sosial dari perumahan tersebut. Dalam konteks perumahan, kebutuhan perumahan seperti di atas, setiap
kelompok dalam masyarakat akan menempati perumahan menurut kondisi sosial ekonominya. Kelompok masyarakat tersebut mencerminkan dirinya dari kondisi
perumahan yang ditempatinya. Semakin baik kondisi ekonomi kelompok masyarakat yang bersangkutan cenderung menempati perumahan yang lebih sesuai
tingkatannya. Namun jenis tingkat pertama kebutuhan bernaung dan rasa aman merupakan kebutuhan secara ideal harus terpenuhi bagi setiap orang, tidak peduli
apakah miskin ataupun tergolong kelompok elit mewah.Nurhayati, 2003:9-10.
B. Konsep Perumahan