Retorika mengenal enam macam organisasi pesan, yaitu deduktif, induktif,
kronologis, logis, spasial, dan topical. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan
keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik
kesimpulan. Urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat
atau akibat ke sebab. Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat, sedangkan urutan topical, pesan diurutkan berdasarkan topik pembicaraan.
Klasifikasinya dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah menjadi sukar, dari yang dikenal kepada yang asing Rakhmat,
1982:46.
36
Alan H. Monroe menyarankan lima langkah dalam penyusunan pesan yang di sebut “motivated sequence”, yaitu sebagai berikut:
a Attention perhatian
b Need kebutuhan
c Satisfaction pemuasan
d Visualization visualisasi
e Action tindakan
37
Jadi, pertama kali yang harus dilakukan untuk mempengaruhi orang lain adalah perhatiannya, selanjutnya bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk
bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu, gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang akan diperoleh bila menerapkan atau tidak
36
Ibid, h. 295
37
Ibid, h. 297
menerapkan gagasan tersebut, maka pada akhirnya mendorong untuk bertindak.
2. Struktur Pesan
Menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang memiliki pemikiran yang berbeda haruslah terstruktur isi pesannya. Tentukan terlebih dahulu
pesan yang akan disampaikan apakah yang penting terlebih dahulu atau yang tidak penting.
Koehler et al. 1978: 170-171, dengan mengutip Cohen, menyebutkan kesimpulan struktur pesan:
a. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi
yang lain tidak mungkin mengubah posisi mereka. b.
Pembicara menyajikan informasi tentang persoalan yang menarik perhatian pendengarnya, sehingga akan diingat dan diterapkan.
c. Menyajikan informasi yang menyenangkan bagi orang lain.
d. Urutan pro-kontra lebih baik dibandingkan kontra-pro
e. Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada jangka
waktu cukup lama diantara dua pesan, dan pengujian segera terjadi setelah pesan kedua.
38
3. Imbauan Pesan
Pesan-pesan yang disampaikan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain dengan menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku
komunikate. Secara psikologis imbauan khalayak untuk menerima dan melaksanakan gagasan yang disampaikan, dipengaruhi oleh imbauan rasional,
38
Ibid, h. 297-298
imbauan emosional, imbauan takut, imbauan ganjaran, dan imbauan motivasional.
39
Imbauan rasional menganggap manusia sebagai makhluk yang rasional
yang baru bereaksi pada imbauan emosional bila imbauan rasional tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya meyakinkan orang lain dengan
pendekatan logika atau penyajian bukti-bukti.
40
Imbauan emosional menggunakan penyataan-pernyataan atau bahasa
yang menyentuh emosi komunikate. Lewan dan Stotland 1961 menunjukkan bahwa pengaruh imbauan emosional oleh pengalaman sebelumnya. Efek
imbauan emosional akan kurang kuat jika topik yang dibicarakan bukan sesuatu yang baru, artinya, komunikate bereaksi berdasarakan kerangka
rujukan yang sudah mapan. Betiinghaus 1973 menyarankan beberapa hal untuk membangkitkan emosi manusia, yaitu:
a. Gunakan bahasa yang penuh muatan emosional untuk melukiskan
situasi tertentu, b.
Hubungan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah populer atau tidak popular.
41
Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam,
atau meresahkan. Penelitian pertama menelaah imbauan takut dilakukan oleh Janis dan Feshbach 1953. Mereka menyampaikan topik kerusakan gigi pada
siswa-siswa sekolah menengah. Sebagian menerima pesan yang sangat menakutkan, dan sebagian lagi menerima pesan yang kurang menakutkan.
39
Ibid, h. 298
40
Ibid, h. 298
41
Ibid, h. 299
Mereka menemukan bahwa tingkat imbauan takut yag rendah lebih efektif dalam mengubah sikap anak-anak terhadap kesehatan gigi. Mereka menduga
tingkat kecemasan yang tinggi akan menimbulkan kecemasan yang tinggi sehingga komunikate kurang memperrhatikan pesan dan lebih banyak
memusatkan perhatian pada kecemasannya sendiri.
42
Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikate
sesuatu yag mereka perlukan atau yang mereka inginkan.
43
Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif motif appeals yang
menyentuh kondisi intern dalam diri manusia. Imbauan motivasional diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu
motif biologis dan motif psikologis
44
, berikut penjabarannya:
Tabel 2.1 Imbauan Motif
No. Motif
Imbauan motif 1.
Biologis -
Lapar dan dahaga Kenikmatan, kesenangan, kemewahan
- Lelah
Reaksi, permainan, pelepasan dari tegangan -
Seks Daya tarik seks, perkosaan, penistaan
- keselamatan
Kesehatan, keamanan
perlindungan, ketentraman
2. Psikologi
Organismis
- Ingin tahu
Pengetahuan, pengalaman, petualangan variasi -
Prestasi Perjuangan, kemampuan, ambisi, kreasi, hasrat
membangun
Sosial -
Kasih sayang Kesetiaan, kekeluargaan, simpati, rasa belas,
hasrat meniru -
Harga diri Kebanggaan, kemuliaan, gengsi, perhatian
- Kekuasaan
Kekuatan, paksaan, pengaruh, kebebasan
Transendental -
Rasa agama Pemujaan,
kesucian, mirakel,
kegaiban, kepercayaan
- Nilai filosofi
Keindahan, keagungan, keadilan, kebenaran
42
Ibid, h. 300
43
Ibid, h. 301
44
Ibid .
4. Abstraksi
Abstraksi adalah
proses memilih
unsur-unsur realitas
untuk membedakannya dari hal-hal yang lain Taylor el al., 1977: 48. Misalnya saja
buku cerita. Buku cerita merupakan kumpulan dari kertas yang dijilid. Jadi, buku cerita satu kategori dengan buku induk di kantor, buku catatan anak
sekolah. Hal ini diabstraksikan berdasarkan materialnya. Sedangkan apabila diabstraksikan berdasarkan fungsi informasinya, seperti media cetak, maka
dikategorikan dengan surat-kabar, majalah, pamflet, buletin dan sebagainya.
45
Abstraksi menyebabkan cara-cara penggunaan bahasa yang tidak cermat. Delapan buah diantaranya adalah:
a. Dead level abstracting abstraksi kaku. Berhenti pada abstraksi
tertentu. Misalnya pembangunan, keadilan. Pada tipe ini biasanya digunakan oleh para politisi yang bertujuan untuk menarik
perhatian dan mendapat dukungan. b.
Undue identification identifikasi yang tak layak. Maksudnya banyak menggunakan kata-
kata abstrak. Misalnya “dasar batak”, “perempuan semuanya matrealistis”, dan sebagainya.
c. Two-valued evaluation penilaian dengan dua nilai. Adalah
kecenderungan menggunakan hanya dua kata untuk melukiskan keadaan. Misalnya hitam-putih, baik-buruk, benar-salah, dan
sebagainya.
45
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008,
h. 282-283
d. Intensional, yakni menggunakan makna yang dimaksud oleh
seorang pemakai lambing. Misalnya makna ibu. Orang berbeda- beda memaknai kata ibu.
e. Isomorfisme, yakni pengelompokan makna sesuai dengan
kesamaan budaya, status social, pendidikan, dan ideologi. Misalnya kelompok remaja mempunyai bahasa “prokem”: doku,
bokap, bacut, sableng, teter, dan sebagainya. f.
Inferensial, yakni objek, gagasan, pikiran, konsep yang dirujuk oleh kata ter
sebut. Misalnya “jari-jari” dapat menunjukkan setengah diameter, bagian dari roda sepeda, atau bagian tangan.
g. Significance, yakni menunjukkan istilah sejauh dihubungkan
dengan konsep-konsep yang lain. h.
Tidak menggunakan kata dengan rujukan i.
Tidak mempengaruhi pengamatan dengan kesimpulan
46
5. Pesan non-verbal
Duncan menyebutkan enam jenis pesan non-verbal, yaitu:
a. Pesan kinesik, merupakan pesan yang disampaikan dengan
menggunakan gerakan tubuh yang berarti. Pesan kinesik dapat dilihat dari tiga komponen:
b. Pesan fasial, menggunakan air muka untuk menyampaikan makna
tertentu. Leathers 1976: 33 menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah; wajah mengkomunikasikan
penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah
46
Ibid, h. 268-284
komunikator memandang objeknya baik atau jelek, wajah mengkomunikasikan
berminat dan tak berminat pada orang lain atau lingkungan, wajah mengkomunikasikan
intensitas keterlibatan dalam
suatu situasi,
wajah mengkomunikasikan
tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri, dan wajah
mengkomunikasikan adanya atau kurangnya pengertian. c.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai
makna. d.
Pesan postural, berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. Mahrabain menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan
postur: immediacy, power, dan responsiveness. Immediacy adalah
ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu yang lain.
Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Individu mengkomunikasikan
responsiveness bila ia bereaksi secara emosional pada lingkungan, secara positif dan
negetif. e.
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan – tubuh - , pakaian dan kosmetik. Umunya pakaian yang digunakan untuk
menyampaikan identitas kepada orang lain. Menyampaikan identitas berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana
perilaku kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita. Selain itu, pakaian dipakai untuk menyampaikan perasaan
seperti blus hitam ketika wanita berduka cita, status dan peranan
seperti seragam pegawai kantor, dan formalitas seperti memakai batik
untuk situasi
informal. Sedangkan
kosmetik, mengungkapkan kesehatan, sikap yang eskpresif dan komunikatif,
dan kehangatan dengan mengatur warna bibir. f.
Pesan paralinguistik adalah pesan non-verbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Pesan paraliungstik terdiri
atas nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme.
47
C. Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas Seorang Komunikator
Persuasi tercapai karena personal pembicara, yang ketika ia
menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang yang baik daripada
orang lain: ini berlaku umunya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar,
anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan
persuasinya; sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya Aristoteles, 1954:45.
48
Aristoteles menyebutkan karakter komunkator ini sebagai ethos. Ethos
terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik good sense,
good moral character, good will. Ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator
adalah sebagai berikut:
47
Ibid, h. 289-294
48
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008, h. 255
1. Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate pelaku persepsi tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal yaitu
kredibilitas adalah persepsi komunikate; jika tidak inheren dalam diri komunikator, dan kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator.
49
Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi komunikate, topik yang dibahas, dan situasi.
Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikasi sebelum ia berlakukan komunikasinya disebut
prior ethos Andersen, 1972: 82. Misalnya tekun mendengarkan ceramah dengan penceramahnya
diperkenalkan sebagai Kiai Haji Doktor, karena gelar-gelar itu melahirkan persepsi tentang kelompok yang mendalami ilmu agamanya. Kemudian
prior ethos juga dipengaruhi oleh tindakan verbal dan non-verbal dari
komunikator.
50
Dalam penelitiannya mengenai kredibilitas dengan deskripsi verbal, Kelman dan Hovland 1974:138-149 memutar kaset didepan subjek
eksperimen. Pada suatu kelompok dikatakan bahwa pembicara adalah hakim yang banyak menulis masalah kenakalan remaja kredibilitas tinggi; dan
kelompok lain dilukiskan pembicara sebagai pengedar narkotika kredibilitas rendah. Keduanya berbicara tentang perlunya perlakuan yang lebih ringan
terhadap remaja-remaja yang nakal. Segera setelah komunikasi, sikap subjek diukur. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek cenderung lebih setuju pada
komunikator yang berkredibilitas tinggi. Penelitian ini membuktikan bahwa
49
Ibid, h. 257
50
Ibid, h. 258
prior ethos mempengaruhi perubahan sikap komunikate ke arah yang dikehendaki komunikator.
51
Selain persepsi dan topic yang dibahas, faktor situasi juga mempengaruhi kredibilitas. Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT. Kredibilitas dipengaruhi oleh dua komponen, yaitu
keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang
kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap cerdas, mampu, ahli,
tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya.
52
Koehler, Annatol, dan Applbaum 1978: 144-147 menambahkan empat komponen lagi:
a. Dinamisme; dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif,
tegas, dan berani. Hal ini memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.
b. Sosialibilitas; kesan komunikate tentang komunikator sebagai
orang yang periang dan senang bergaul. c.
Kooreientasi; kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok yang disenangi, mewakili nilai-
nilai kita.
51
Ibid.
52
Ibid, h. 260