perjanjian kerjasama yang ditanda tangani oleh Pemerintah Daerah dan Caritas Swiss pada Tanggal 9 Maret 2006. Dalam perjanjian kerjasama tersebut Caritas Swiss
berkomitmen akan membangun perumahan baru bagi masyarakat desa Siti Ambia, desa Takal Pasir dan desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil
yang terkena bencana gempa bumi 28 Maret 2005. Relokasi penduduk ini dilakukan selain dapat mengatasi persoalan perumahan
yang rusak akibat bencana, juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pasca bencana. Oleh sebab itu, dari kegiatan relokasi penduduk tersebut,
maka perlu dilakukan kajian dan penelitian tentang dampak dari kegiatan relokasi penduduk terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di desa Siti Ambia, desa Takal
Pasir dan desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil dan pengaruhnya terhadap pengembangan wilayah.
1.2 Perumusan Masalah
Secara lebih khusus persoalan pokok yang hendak diteliti atau diungkapkan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana dampak relokasi penduduk baik secara sosial maupun ekonomi terhadap penduduk bersangkutan. Dampak sosial meliputi tingkat keamanan, partisipasi sosial
dan kebersihan lingkungan perumahan masyarakat. Sedangkan dampak ekonomi meliputi pengaruh terhadap pekerjaan, dan pendapatan penduduk yang direlokasi.
Apakah kegiatan relokasi penduduk tersebut berpengaruh terhadap pengembangan wilayah.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan bagi kebijakan pembangunan Kabupaten Aceh Singkil umumnya dan
khususnya yang bersangkutan dengan rencana relokasi penduduk desa lainnya kedepan. Berdasarkan uraian pada latar belakang dan juga perumusan permasalahan
tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak relokasi penduduk baik secara sosial
maupun ekonomi sebagaimana dijelaskan di atas. b.
Untuk mengetahui dan mengkaji apakah pelaksanaan kegiatan relokasi penduduk di atas mampu mendorong pengembangan ekonomi wilayah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Perumahan dan Ekonomi Masyarakat
Pembangunan nasional bertujuan untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Konsep ini merujuk pada manusia yang sejahtera dengan kualitas hidup
yang tinggi, memiliki hubungan yang harmonis dengan lingkungan, baik lingkungan alam, sosial serta memiliki hubungan yang harmonis dengan Penciptanya. Dengan
demikian penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan nasional. Dalam hal ini, penduduk dipandang sebagai subjek yang akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi, kondisi lingkungan hidup serta pembangunan yang berkelanjutan Prijono, 1997.
Indonesia menganut pola pembangunan berkelanjutan sustainable development
. Batasan pengertian tentang pembangunan berkelanjutan telah dikemukakan dengan jelas oleh Brundtland yang menyebutkan bahwa pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan
mereka Budihardjo dalam Prasetijo, 2005. Dalam perkembangan konsep selanjutnya, pembangunan berkelanjutan
dielaborasi oleh Stren, While, serta Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga sistem yaitu sistem biologis dan sumber daya, sistem ekonomi, dan sistem sosial. Memang
dengan kelengkapan konsep berkelanjutan dalam trilogi ekologi-
Universitas Sumatera Utara
ekonomi-sosial tersebut menjadi semakin menyulitkan pelaksanaannya, namun jelas lebih bermakna khususnya di negara berkembang.
Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program-program pembangunan sehingga akses terhadap
pelayanan sosial, ekonomi dan politik masih sangat terbatas serta terisolir dari wilayah dan sekitarnya. Oleh karena itu, kesejahteraan kelompok masyarakat yang
hidup diwilayah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan pembangunan yang besar dari Pemerintah.
Pada umumnya pembangunan ekonomi ditempatkan sebagai pusat penggerak pembangunan bangsa dan masyarakat dalam arti luas. Pertumbuhan ekonomi saja
tidak dengan sendirinya menjamin perbaikan mutu kehidupan dan keadilan. Harus ada keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial budaya.
Pembangunan sosial budaya bertujuan menciptakan perubahan-perubahan yang meningkatkan mutu kehidupan. Hal ini ada hubungan serta pertaliannya dengan
penyebaran yang lebih merata dari pendapatan dan kekayaan serta desempatan- kesempatan dalam turut menikmati hasil pembangunan, sebagai wujud nyata dari
pada pelaksanaan azas keadilan sosial Rahardjo, 2005. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkápita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi ini mengandung tiga unsur yaitu, 1 pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; 2 usaha
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan pendapatan perkapita; 3 kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka waktu panjang. Pada umumnya pembangunan selalu
dibarengi dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan Belum tentu disertai dengan pembangunan Suryana, 2000.
Penyelenggaraan pembangunan selama tiga dasawarsa lebih periode orde baru sangat di dominasi oleh orientasi kebijakan pertumbuhan dan stabilitas. Meskipun
dalam trilogi pembangunan unsur yang ketiga adalah pemerataan, dimana semenjak Pelita III hinggá Pelita IV merupakan prioritas pertama dalam kerangka strategi dasar
dan landasan pembangunan, akan tetapi dilihat dari sudut realisasinya, maka y`ang terakhir ini ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Meskipun data-data Statistik
menunjukkan perbaikan seperti angka kemiskinan dan juga gini ratio pada masa sebelum terjadinya krisis multidimensi 1997 lalu, namun demikian tidak dapat
dipungkiri disisi lain tingkat kesenjangan makin kelihatan nyata dalam berbagai aspek pembangunan sebagaimana dikutip dalam Demi, 2002.
Swasono 2000, menegaskan bahwa selama tiga dekade yang lalu kita tidak mampu merencanakan pembangunan daerah yang dapat mengatasi ketimpangan
pembangunan. Malah sebaliknya perencanaan pembangunan nasional, sengaja atau tidak telah menumbuhkan kesenjangan regional. Model pembangunan nasional yang
kita adopsi telah terpaku pada besaran-besaran makro nasional. Kita lupa bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang unik, penuh pluralitas dan local specifics,
masing-masing dengan tantangan multi-dimensionalnya sendiri-sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Konsepsi sebuah pembangunan yang merekomendasikan agar pembangunan dilaksanakan dengan memanfaatkan ketersediaan sumber daya lokal dengan mengacu
kepada karakteristik yang spesifik yang dimiliki akan menciptakan sebuah kemandirian lokal. Pembangunan seyogyanya diarahkan untuk meningkatkan kualitas
tatanan yang indikator utamanya adalah terjaganya keadilan berpartisipasi bagi semua componen Mappadjantji, 2005.
Rodinelli dalam Sirojuzilam 2008, menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditujukan untuk mengubah cara berpikir, selalu memikirkan perlunya
investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga
menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan
komponen-komponen pembangunan yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan teknologi. Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi
ditempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait usa-usaha pemerataan kembali hasil-hasil
pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat secara bertahap diusahakan mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan
Sirojuzilam, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan dan perbaikan perumahan merupakan upaya peningkatan kembali kondisi dan fungsí kawasan pemukiman, sebagai akibat penurunan
produktiftas dan pemanfaatannya, perkembangan kondisi perumahan yang tidak mengikuti norma-norma planologis maupun norma kesehatan lingkungan, dengan
tetap memperhatikan fungsi zona serta bangunannya. Melalui upaya ini diharapkan terjadinya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat pemukiman yang
bersangkutan, agar tercipta lingkungan yang lebih layak, sehat, aman, serasi dan teratur, sesuai dengan rencana tata ruang, demi meningkatkan harkat derajat dan
martabat serta kesejahteraannya melalui partisipasi dan kemandirian masyarakat. Norma-norma planologis antara lain jarak bangunan, perbandingan luas rumah
dengan luas lahan, sistem drainase, sistem struktur konstruksi dan sebagainya. Sedangkan norma kesehatan antara lain intensitas sinar matahari yang masuk
kedalam rumah, sirkulasi udara, jarak jamban WC dan sumber air dan sebagainya Mekaryani dalam Nasution, 2002.
Perbaikan perumahan dan pemukiman dapat dilakukan dengan pendekatan penataan kembali kondisi lingkungan pemukiman lingkungan yang telah mengalami
degradasi atau kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam. Strategi dan sasaran program pembangunan kembali perumahan selain menekankan pentingnya aspek
pembangunan fisik juga mengutamakan aspek sosial ekonomi yang keseluruhan tercakup pada model Tribina, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Bina Manusia, yakni meningkatkan kondisi kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya melalui penyediaan
pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, peningkatan kesejahteraan keluarga, pengembangan ketrampilan dan sebagainya.
Bina Usaha, yakni meningkatkan potensi ekonomi masyarakat untuk menunjang kemampuan swadaya dalam usaha perbaikan tingkat ekonomi dan pendapatan.
Bina fisik, yaitu peningkatan kondisi fisik lingkungan masyarakat dengan memenuhi sarana dan prasarana sebagai dasar peningkatan mobilitas dan kesadaran masyarakat.
2.2. Perumahan atau Pemukiman