Perumahan atau Pemukiman Prof. Aldwin Surya, SE. M. Pd. Ph.D 4.

Bina Manusia, yakni meningkatkan kondisi kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya melalui penyediaan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, peningkatan kesejahteraan keluarga, pengembangan ketrampilan dan sebagainya. Bina Usaha, yakni meningkatkan potensi ekonomi masyarakat untuk menunjang kemampuan swadaya dalam usaha perbaikan tingkat ekonomi dan pendapatan. Bina fisik, yaitu peningkatan kondisi fisik lingkungan masyarakat dengan memenuhi sarana dan prasarana sebagai dasar peningkatan mobilitas dan kesadaran masyarakat.

2.2. Perumahan atau Pemukiman

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya Budihardjo dalam Alvi, 2003. Selanjutnya Alvi 2003, menyatakan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan diletakkan sebagai dasar kebijaksanaan. Kesejahteraan rakyat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada terpenuhinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja. Penyediaan kebutuhan pokok terutama Universitas Sumatera Utara perumahan dan pangan rakyat serta fasilitas publik yang memadai didasarkan prinsip persaingan sehat dan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Perumahan atau pemukiman memiliki arti yang sangat strategis dan juga Sangat penting dalam kehidupan setiap masyarakat. Dalam konteks yang luas, pada hakekatnya masalah perumahan tidak dapat dilepaskan dan bahkan merupakan bagian integral dari masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan bangsa serta pemukiman nasional dalam arti luas. Ini mengingat bahwa perumahan merupakan bagian dari kebutuhan dasar basic need, yang mesti dipenuhi oleh setiap orang untuk mempertahankan eksistensinya. Dalam kaitan antara jenjang kebutuhan manusia dengan rumah, Newmark dalam Sumiarto 1993, sebagaimana dikutip oleh Helmi 2001, menerangkan bahwa ada hubungan yang bersifat kualitatif antara rumah dan manusianya. Rumah yang merupakan kebutuhan dasar manusia, perwujudan bervariasi menurut siapa penghuninya, yang dengan mengikuti teori jenjang kebutuhan hierarkhi of needs oleh Maslow, merupakan pengejawantahan dari hal-hal berikut, yaitu kebutuhan fisiologi physiologis needs, kebutuhan akan rasa aman security and safety needs, kebutuhan akan hubungan sosial social needs, kebutuhan penghargaan terhadap diri self-esteem or ego needs , dan kebutuhan akan aktualisasi diri self actualization needs . Bahkan lebih dari itu, perumahan atau pemukiman juga merupakan manifestasi dari kebutuhan dan kejiwaan serta keyakinan. Hal ini selaras dengan Universitas Sumatera Utara pandangan Mangunwijaya 1984 yang dikutip dalam Nasution 2002, menyatakan bahwa ada sesuatu yang transendens, yang mengatasi alam belaka, yang merupakan dorongan dasar manusia dalam menciptakan wujud dan rupa bangunan-bangunan pemukimannya serta penataan lingkungannya. Dorongan mana, selalu mengungkapkan sesuatu yang tidak hanya teknis atau ekonomis atau alamiah belaka, akan tetapi datang dari suatu dambaan dasar mengenai kesempatan yang teratur, yang ada hukum pastinya , artinya garansi stabilitas kehidupan dalam diri pribadi maupun masyarakat. Rumah mempunyai dua pengertian, yaitu sebagai kata benda dan sebagai kata kerja. Sebagai kata benda rumah housing menggambarkan suatu komoditi atau produk, sedangkan sebagai kata kerja, rumah menggambarkan suatu proses aktifivitas manusia yang terjadi dalam Penghunian tersebut. Ada tiga fungsi rumah di samping fungsi umumnya, yaitu : a. Sebagai identitas keluarga yang berkaitan dengan pekerjaan quality of shelter provided by houshing . b. Menunjang kesempatan keluarga, yang berkaitan dengan pekerjaan economic base resources . c. Pemberi rasa aman yang berkaitan dengan jaminan terhadap rasa aman keluarga. Ada dua sistem pembangunan perumahan yaitu, sistem pembangunan formal dan sistem pembangunan non formal. Sistem pembangunan formal merupakan sistem pembangunan perumahan yang perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah atau swasta, dan biasanya sudah menggunakan standart Universitas Sumatera Utara baku, dan berorientasi keuntungan Turner, 1976 dalam Anonimus, 2001 dikutip dalam Nurman 2002. Sedangkan sistem pembangunan non formal merupakan sistem pembangunan perumahan yang perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaannya dilakukan sendiri oleh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, atau bersama-sama. Biasanya sistem ini tidak menggunakan standart baku Selling, 1978 dalam Anonimus, 2001 dikutip dalam Nurman, 2002.

2.3. Kebijakan Perumahan dan Pemukiman