Partisipasi Sosial Dampak Relokasi terhadap Aspek Sosial

warga untuk melakukan ronda malam dimasing-masing desa. Walaupun siskamling desa ini tidak berjalan dengan baik, akan tetapi tingkat keamanan masyarakat tetap meningkat.

4.3.2. Partisipasi Sosial

Terciptanya dinamika pembangunan di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan stabilitas sosial yang ada. Kekuatan stabilitas sosial tentu saja sangat bergantung pada tingkat kualitas hubungan sosial yang terjadi antar masyarakat serta peran serta masyarakat partisipasi. Dengan kegiatan relokasi penduduk ini diharapkan tingkat partisipasi sosial masyarakat bisa meningkat sehingga pembangunan yang di cita- citakan bisa tercapai secara optimal. Dari hasil analisis uji statistik juga diketahui bahwa t-hitung 6,48 lebih besar dari pada t-tabel 1,66 , berarti Ho ditolak. Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat partisipasi sosial responden antara sebelum relokasi tahun 2005 dan setelah relokasi tahun 2008. Partisipasi sosial responden meningkat setelah relokasi penduduk. Dengan melihat nilai propabilitas, P-Value adalah 2,38307E-09 lebih kecil dari α = 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat partisipasi sosial responden sebelum relokasi tahun 2005 dan setelah relokasi tahun 2008. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Nasution 2002, yang menyatakan bahwa “kegiatan relokasi penduduk memberikan pengaruh positif terhadap kualitas hubungan dan partisipasi sosial warga antara periode sebelum dan setelah relokasi.” Universitas Sumatera Utara Meningkatnya partisipasi sudah terlihat dimulai dari awal pembangunan perumahan. Pihak Caritas Swiss selalu melibatkan masyarakat penerima bantuan rumah dengan membentuk komite di masing-masing desa yang pengurusnya seluruhnya berasal dari masyarakat penerima bentuan benefeceries. Pelibatan masyarakat ini dilakukan dimulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan pembangunan perumahan. Kesimpulan yang ditarik tersebut juga di kuatkan lagi dengan pengakuan responden, dimana telah terjadi peningkatan partisipasi sosial masyarakat sesudah relokasi penduduk sebagaimana yang terlihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Tingkat partisipasi sosial responden Sebelum Relokasi Sesudah Relokasi No. Partisipasi sosial responden dalam kegiatan sosial di desa Jumlah Responden Persentase Jumlah Responden Persentase 1. Selalu terlibat 37 41,1 62 68,9 2. Kadang-kadang terlibat 53 58,9 28 31,1 Jumlah 90 100,0 90 100,0 Sumber : Data Primer Tahun 2009. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa setelah dilakukannya kegiatan relokasi penduduk terdapat peningkatan partisipasi sosial responden dalam kegiatan-kegiatan sosial di desa. Sebelum di relokasi sebanyak 41,1 responden menyatakan selalu ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial di desa seperti halnya kegiatan musyawarah pembangunan desa, musyawarah kegiatan hari-hari besar Islam keagamaan dan ikut dalam pemilihan kepala desa, sementara 58,9 responden lainnya menyatakan kadang-kadang terlibat. Setelah dilakukan relokasi penduduk, tingkat partisipasi sosial tersebut meningkat dimana sebanyak 68,9 responden Universitas Sumatera Utara menyatakan selalu terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial di desa. Sementara 31,1 responden menyatakan kadang-kadang terlibat. Meningkatnya tingkat partisipasi sosial ini menurut responden disebabkan oleh kondisi jalan yang sudah baik, letak rumah yang berdekatan sehingga sangat mudah menginformasikan kepada tetangga apabila ada acara-acara musyawarah ditambah lagi dengan sarana listrik yang sangat mendukung, karena setiap rumah sudah memiliki listrik. Tingkat partisipasi sosial masyarakat tersebut tergambar dalam berbagai kegiatan sosial yang terjadi di masing-masing desa sebagaimana yang terdapat pada Tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8. Jenis partisipasi sosial responden Sebelum Relokasi Sesudah Relokasi No. Partisipasi Sosial responden di desa Jumlah Responden Persentase Jumlah Responden Persentase 1. Perwiritan 90 100,0 90 100,0 2. Pertemuan musyawarah desa 60 66,7 75 83,3 3. Musyawarah kegiatan keagamaan 78 86,7 82 91,1 4. Ikut dalam pemilihan kepala desa 90 100,0 90 100,0 Sumber : Data Primer Tahun 2009. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa untuk kegiatan perwiritan khususnya bagi kaum perempuan ibu-ibu seluruh responden menyatakan selalu terlibat, kegiatan perwiritan ini biasanya selalu dilakukan oleh kaum ibu pada hari jum’at sore dari satu rumah ke rumah yang lain dan selalu bergilir setiap minggunya. Sementara untuk kegiatan musyawarah desa dari 90 orang responden, 66,7 responden diantaranya menyatakan bahwa sebelum relokasi mereka selalu mengikuti kegiatan musyawarah Universitas Sumatera Utara atau pertemuan yang membicarakan tentang masalah pembangunan desa. Setelah dilakukan relokasi tingkat partisipasi dalam bentuk musyawarah rencana pembanguan desa semakin meningkat menjadi 83,3, sementara sisanya menyatakan tidak terlibat. Begitu juga dengan tingkat partisipasi responden dalam musyawarah kegiatan keagamaan, sebelum dilakukan relokasi penduduk sebanyak 86,7 responden menyatakan selalu ikut dalam musyawarah tentang kegiatan keagamaan. Setelah dilakukan relokasi penduduk tingkat partisipasi ini semakin meningkat menjadi 91,1. Untuk pemilihan kepala kampong seluruh responden menyatakan selalu ikut baik sebelum relokasi maupun setelah relokasi penduduk. Berdasarkan keadaan di lokasi penelitian, tingginya tingkat partisipasi masyarakat banyak disebabkan masih kentalnya ciri masyarakat tradisonal yang penuh dengan kerja sama. Pernyataan ini sejalan dengan teori Gemeinshaft mengenai masyarakat tradisional dimana mereka mempunyai hubungan sosial yang erat, kerja sama dan gotong royong tanpa pamrih Tonnies dalam Syamsuddin, 2003. Durkheim dalam Lawang 1994, menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Universitas Sumatera Utara Pendapat Durkheim tersebut sejalan dengan kondisi yang terjadi pada masyarakat yang direlokasi pada desa Siti Ambia, Takal Pasir dan Teluk Ambun, dimana solidaritas dan partisipasi sosial masyarakat semakin meningkat yang berawal dari rasa senasib sepenanggungan untuk kembali bangkit bersama-sama memperbaiki kesejahteraan hidup yang rusak akibat bencana.

4.3.3. Kebersihan Lingkungan