baku, dan berorientasi keuntungan Turner, 1976 dalam Anonimus, 2001 dikutip dalam Nurman 2002. Sedangkan sistem pembangunan non formal merupakan sistem
pembangunan perumahan yang perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaannya dilakukan sendiri oleh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, atau
bersama-sama. Biasanya sistem ini tidak menggunakan standart baku Selling, 1978 dalam Anonimus, 2001 dikutip dalam Nurman, 2002.
2.3. Kebijakan Perumahan dan Pemukiman
Alvi 2003, menyatakan bahwa pembangunan perumahan atau pemukiman mulai saat ini dan masa yang akan datang sudah saatnya berpegang pada kaĆdah-
kaidah lapangan kerja, keseimbangan lingkungan hidup, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan energi yang lebih bersifat holistik dan skala global.
Perumahan dan pemukiman dibangun dengan konsep pembangunan berkelanjutan, dan dilakukan dengan rasa optimis, sebab saat ini mulai tumbuh kesadaran akan
keseimbangan lingkungan, kemitraan antara masyarakat dengan pemerintah dan swasta, serta pelibatan ilmuwan profesional dalam perencanaan pembangunan
perumahan dan pemukiman. Kebijakan perumahan positif yang digunakan atau secara umum diketahui
dalam studi pemukiman perumahan tidak dapat dipertentangkan dengan pemakaian istilah negatif, karena dalam pemakaian istilah yang berkaitan dengan kebijakan
pemenuhan pemukiman atau perumahan tidak dikenal istilah negatif housing policies.
Yang dimaksudkan dengan pemakaian istilah positif dalam hal ini adalah adanya usa
Universitas Sumatera Utara
nyata yang diambil oleh pemerintah dalam upayanya untuk memecahkan pemenuhan kebutuhan akan perumahan, sedangkan kebijakan pemerintah yang bertentangan
dengan apa yang disebut sebagai positive housing policies dikenal sebagai laissez faire policies
. Kebijakan positif dapat dikelompokkan menjadi tiga macam kebijakan Hadi, 2006 yaitu :
a. Kebijakan reaksioner reactionary policies, kebijakan ini merupakan suatu
tindakan yang diambil oleh pemerintah berkaitan dengan maraknya slums dan
squatter settlements . Oleh pemerintah tertentu, keberadaan permukiman kumuh
dan pemukiman liar dianggap sebagai sesuatu yang menampilkan citra jelek terhadap kota, sehingga perla diambil tindakan untuk menanggulangi terciptanya
permukiman kumuh maupun pemukimsn liar. Ada dua macam kebijakan yang termasuk dalam kebijakan ini, yaitu pertama, kebijakan preventif atau pencegahan
preventive policies dan kebijakan pemulihan remidialcurative policies.
a.1. Kebijakan preventif, kebijakan ini diterapkan khususnya yang berkaitan dengan pengaliran penduduk dari luar kota, dalam bentuk pembatasan-
pembatasan tertentu, seperti persyaratan telah mempunyai pekerjaan tetap di kota, telah mempunyai tempat tinggal dikota dan telah mempunyai kartu
tanda penduduk di kota. Apabila seseorang tidak dapat membuktikan persyaratan tersebut maka dia akan dipulangkan ke daerah asal.
a.2. Kebijakan pemulihan, kebijakan ini diterapkan bagi kawasan pemukiman yang sebelumnya dihuni oleh pemukiman kumuh slums dan pemukiman
Universitas Sumatera Utara
liar squatter settlements sehingga perla dipulihkan kembali untuk dilata menjadi kawasan pemukiman yang lebih baik.
b. Kebijakan asing alien policies, pengertian asing yang dimaksudkan dalam ungkapan ini mengacu pada sesuatu yang didalam wilayah yang bersangkutan
tidak atau belum pernah dilaksanakan, sehingga upaya untuk meniru sesuatu dari tempat lain dianggap sesuatu yang asing. Namum demikian kata asing dalam hal
ini lebih tepat dimaknai sebagai sesuatu yang berasal dari negara barat, karena memang demikian semua bentuk kebijakan yang termasuk dalam kategori ini
semuanya berasal dari negara barat. Kebijakan perumahan yang biasa mengacu pada kebijakan negara barat pada umumnya berupa pembangunan kompleks
perumahan skala besar large scale public housing. Kebijakan ini memiliki tiga macam variasi yaitu ;
b.1. Pembangunan blok-blok rumah susun high rise blocks, kegiatan pembangunan perumahan ini dilakukan dalam skala yang besar dan
membutuhkan lahan cukup luas, maka persoalan yang sulit dipecahkan adalah ketersediaan sarana yang mendukung kebijakan ini, apalagi apabila
lokasi perumahannya berada di bagian dalam kota. Biasanya masalah yang sering dihadapi adalah untuk memiliki lahan yang luas dan betul-betul
dikuasai oleh pemerintah sangat sedikit sehingga bentuk bangunan perumahan di buat blok-blok rumah susun.
b.2. Pembangunan kota baru New Town Development, ide awal dari konsep pembangunan kota baru berasal dari Inggris yang muncul karena adanya
Universitas Sumatera Utara
pemadatan yang luar biasa terjadi dikota-kota besar, sehingga dipilihlah kebijakan ini dalam rangka untuk mengurangi beban tekanan terhadap lahan
dan beban berat untuk memenuhi kebutuhan penghuni yang semakin bertambah. Pengembangan kota-kota baru dilaksanakan dengan cara
meningkatkan peranan kota-kota kecil yang sudah ada di sekitar kota besar atau menciptakan sesuatu konsentrasi kegiatan yang baru sama sekali. Ide
awalnya adalah disamping bertujuan untuk mengalihkan trend perkembangan yang semula hanya tertuju ke kota-kota besar yang sudah ada,
juga dimaksudkan untuk mengangkat kota-kota baru tersebut sebagai katalisator perkembangan ekonomi baru yang mampu mempengaruhi
wilayah disekitarnya menjadi semakin berkembang. b.3. Peremajaan kota Urban Renewal, pada umumnya kebijakan ini ditujukan
untuk mengubah citra daerah-daerah yang dianggap kumuh menjadi daerah- daerah yang tidak kumuh lagi. Penggusuran daerah kumuh dan konsep
peremajaan kota tersebut memang diilhami oleh kebijakan yang telah dilaksanakan di negara barat, walaupun di negara barat sendiri efektifitas
kebijakan tersebut dalam mengatasi masalah sosial masih dipertanyakan oleh beberapa pakar.
c. Kebijakan Asli Lokal indigeneous policies, kebijakan ini sama sekali tidak mengacu pada apa yang ada di negara barat, namun muncul dari ide-ide sendiri
dalam mengantisipasi permasalahan perumahan yang ada di kota-kota yang bersangkutan. Program ini terkait dengan kebijakan pemerintah untuk
Universitas Sumatera Utara
menggandeng pihak swasta dalam rangak menanggulangi kebutuhan perumahan yang semakin meningkat. Program ini ditujukan pada golongan masyarakat yang
kurang mampu pada daerah pemukiman kumuh, di mana pemerintah akan memberikan subsidi dengan besaran yang bervariasi.
2.4. Pengembangan Wilayah