memiliki strategi wacana semantik yakni praanggapan. Kalimat yang terdapat unsur detil yang sangat menggambarkan inti dari cerita yang

hidup wanita yang suka mengunjungi café untuk sekedar merilekskan badan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan. Elemen yang digunakan pada Bab II adalah semantik yakni detil yang menjelaskan secara eksplisit pada saat Indiana melakukan hubungan intim dengan Francis, pacarnya. Mereka bercinta di dalam kamar mandi dan dipergoki oleh ibunya Sara yang notabene adalah tante Indiana. Terlihat jelas di sini, bahwa gaya hidup wanita metropolis jaman sekarang terlalu berkiblat pada budaya barat yang tidak mempersoalkan masalah seseorang yang berhubungan intim tanpa adanya ikatan pernikahan yang ada diantara mereka. Banyak wanita, khususnya yang hidup di kota besar, sudah tidak lagi mempermasahkan masalah kalau kesucian diri haruslah tetap di jaga sampai menikah nantin.

Bab III memiliki strategi wacana semantik yakni praanggapan. Kalimat yang

diutarakan Indiana kepada Sara pada saat dia menceritakan kalau Francis melamarnya. Dalam kalimat ini tersirat kalau Indiana menerima lamaran Francis karena ada sesuatu yang telah terjadi di antara mereka. Di sini terlihat kalau wanita zaman sekarang kebanyakan suka mengambil keputusan tanpa memikirkannya masak- masak telebih dahulu. Di sini pengarang berusaha membuat seolah- olah Indiana menerima lamaran Francis karena mereka sudah pernah melakukan hubungan intim dan takut kalau kejadian itu diketahui oleh orangtua Indiana. Dalam wacana ini terdapat pula elemen semantik yang terdiri dari latar, detil, maksud dan praanggapan yang dapat dilihat dalam Bab IV. Unsur latar yaitu menampilkan ruangan Fairy Tale Wedding Consultant yang sangat cantik dan tertata dengan rapi. Dan wacana ini juga terdapat elemen retoris yaitu metafora yang menggambarkan kalau para wanita zaman sekarang sudah tidak terlalu memikirkan kata- kata yang harus diucapkannya. Mereka tidak malu untuk menggunakan istilah- istilah yang tidak enak di dengar dan cenderung bicara asal- asalan dan spontan. Universitas Sumatera Utara

Bab V terdapat unsur detil yang sangat menggambarkan inti dari cerita yang

menunjukkan ketika kedua orangtua Francis menyuruh mereka berdua menandatangani surat perjanjian pra- pernikahan yang tidak disetujui oleh Francis, sehingga menimbulkan pertengkaran dengan kedua orangtuanya, akhirnya Indiana mengambil keputusan untuk menandatangani surat itu karena merasa mendapat tekanan dari calon mertuanya. Pada masing- masing elemen terlihat kesingkronan untuk membuat wacana ini benar- benar hidup. Pada wacana di Bab VI terdapat elemen semantik yaitu detil, maksud dan praanggapan. Tetapi yang sangat ditekankan adalah unsur detil yaitu ketika Indiana bangun tidur pada pagi hari, dia berusaha mengingat kejadian apa yang dialaminya pada malam sebelumnya dan karena kejadian itu sampai Francis menginap di kamarnya. Dalam detil ini, kita bisa melihat kalau pada zaman sekarang, para perempuan sudah tidak sungkan lagi membawa masuk laki- laki yang belum punya hubungan ikatan perikahan dengannya untuk diajak bermalam di rumahnya. Hal ini dikarenakan, para wanita di zaman sekarang terutama yang hidup di kota metropolitan banyak meniru gaya hidup wanita barat yang sering tinggal serumah dengan pasangannya tanpa ada ikatan pernikahan. Dalam Bab VIII, elemen semantik yaitu maksud mempertegas wacana dalam bab ini yang menjelaskan tentang Maksud yang ada dalam wacana ini menggambarkan bagaimana Indiana, si wanita metropolitan yang sering membeli barang- barang tiruan di Mangga Dua, agar tetap kelihatan gaya dan representatif, walaupun keadaan keuangannya tidak mencukupi untuk membeli sejumlah barang- barang bermerek, tetapi dia tidak kehabisan akal untuk mencari tiruan dari barang- barang tersebut. Yang terpenting adalah gaya yang modern, terlepas barang tersebut asli atau tidak.

Bab IX kembali unsur detil yang mendominasi dengan cerita tentang pengarang yang