solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Dalam perspektif ini, ideologi mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal
atau individual : ia membutuhkan share di antara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. Hal yang di-share-kan tersebut bagi anggota kelompok
digunakan untuk emmbentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan bersikap. Sejumlah perangkat ideologi diangkat dan diperkuat oleh media massa, diberikan
legitimasi oleh mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering dengan menyolok, kepada khalayak yang besar jumlahnya. Dalam proses itu, konstelasi-konstelasi ide yang terpilih
memperoleh arti penting yang terus menerus meningkat, dengan memperkuat makna semula dan memperluas dampak sosialnya Lull.1998:4.
II.4 Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana adalah salah satu dari analisis isi selain analisis isi kuaantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Kalau analisis isi kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan
“apa” what, analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” how dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga
bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, perasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut,
analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dai suatu teks Eriyanto,2001:15.
Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana menurut Eriyanto 2001:4-6, pertama positivisme-empiris yang melihat bahasa sebagai jembatan antara
manusia dengan objek diluar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ia
dinyatakan dengan memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis dan memiliki
Universitas Sumatera Utara
hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran in adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas.
Kedua disebut konstruktivisme yang memandang bahasa diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan
penciptaan makna dari sang pembicara. Bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka. Konstuktivis menganggap subjek adalah faktor sentral
dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Pandangan ketiga disebut pandangan kritis. Pandangan ini menyempurnakan
pandangan konstruktivis yang masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-
jenis subjek tertentu berikut perilakunya. Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaranketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis
konstruktivis. Analisis wacana paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi
pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Tetapi merupakan representasi yang berperan
dalam membentuk subjek tertentu maupun strategi didalamnya. Oleh karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa : batasan-
batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang harus dipakai dan topik apa yang dibicarakan.
Dalam Analisis Wacana Kritis Critical Discourse AnalysisCDA, wacana disini tidak dipahami sebagai studi bahasa. Bahasa disini dianalisis bukan dengan menggambarkan
semata dari aspek kebahasaan tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Artinya, bahasa dipakai untuk tujuan dan praktek kekuasaan dalam melihat ketimpangan yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
Dalam Eriyanto 2001:8-13 mengutip Fairclough dan Wodak, Analisis Wacana Kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada, saling bertarung dan
mengajukan versinya masing-masing. Karakteristik Analisis Wacana Kritis menurut Teun A. van Dijk, Fairclough dan Wodak adalah :
1. Tindakan Wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana tidak ditempatkan
seperti dalam ruang tertutup dan internal. Ada beberapa konsekuensi yang harus dipandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan.
Apakah untuk mempengaruhi, membujuk, merayu, mendebat, bereaksi. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar,
terkontrol, bukan sesuatu yang diluar kendali.
2. Konteks Analisis Wacana Kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar,
situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana diproduksi, dimengerti dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Menurut Guy Cook, analisis wacana juga
memeriksa konteks dari komunikasi; siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; bagaimana
perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk masing- masing pihak. Ada 3 hal sentral yang harus ada dalam wacana teks, konteks
dan wacana. 3. Historis
Universitas Sumatera Utara
Salah satu aspek penting untuk mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu dimana wacana itu diciptakan.
Pemahaman akan wacana isi teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberi konteks historis dimana teks itu diciptakan.
4. Kekuasaan Setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan atau apapun, tidak
dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Kekuasaan berhubungan dengan kontrol
kekuasaan. Dapat berupa kontrol atas teks atau mengontrol struktur wacana.
5. Ideologi Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi
dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya adalah dengan
membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai
medium melalui kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang
mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar.
Menurut Eriyanto 2001: 15-17, ada beberapa pendekatan dalam analisis wacana kritis, yaitu :
1. Analisis Bahasa Kritis Critical Linguistik
Universitas Sumatera Utara
Critical linguistik ini dibangun oleh sekelompok pengajar di Universitas East Anglia tahun 1970-an. Memusatkan analisis wacana pada bahasa dan menghubungkan nya
dengan ideologi. Inti dari gagasan Critical Linguistik adalah melihat gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Artinya aspek ideologi diamati dengan
melihat pilihan bahasa dan struktur bahasa yang digunakan. 2. Analisis Wacana Pendekatan Prancis French Discourse Analysis
Pendekatan Pecheux ini banyak dipengaruhi oleh teori ideologi Althusser dan teori wacana Foucolt. Dalam pandangan Pecheux, bahasa dan ideologi bertemu dalam
pemakaian bahasa, dan materialisasi bahasa pada ideologi. Keduanya, kata yang digunakan dan makna dari kata-kata menunjukkan posisi seseorang dalam kelas
tertentu. Bahasa adalah medan pertarungan melalui mana berbagai kelompok dan kelas sosial berusaha menanamkan keyakinan dan pemahamannya.
3. Pendekatan Kognisi Sosial Dikembangkan oleh pengajar di Universitas Amsterdam Belanda dengan tokohnya
Teun A.van Dijk. Wacana disini dilihat bukan hanya dari struktur wacana, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses wacana ini menyertakan suatu
proses yang disebut kognisi sosial. 4. Pendekatan Perubahan Sosial Social Cultural Change Approach
Analisis wacana memusatkan perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan sosial. Farclough banyak dipengaruhi oleh Foucoult dan pemikiran intelektualitas
Julia Kristeva dan Bakhtin. Wacana disini dipandang sebagai praktek sosial, ada hubungan dialektis antara praktek diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial.
5. Pendekatan Wacana Sejarah Discourse Historical Approach Dikembangkan oleh sekelompok pengajar di Vienna dibawah Ruth Wodak. Penelitian
ini terutama ditujukan untuk menunjukkan bagaimana wacana seksisme, antisemit,
Universitas Sumatera Utara
rasialisme dalam masyarakat kontemporer. Menurut Wodak, wacana harus menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana tentang suatu realitas digambarkan.
Selain itu Fairclough mensyratkan beberapa hal penting dalam analisis wacana kritis. Pertama, analisis wacana membutuhkan analisis yang multidimensi. Kedua, dengan model
multidimensi, analisis wacana kritis butuh analisis yang multifungsi. Ketiga, membutuhkan metode untuk analisis historis. Dan keempat, membutuhkan metode kritis Dina Listiorini
dalam Birowo, 2004:68
II.5 Analisis Wacana Teun A. Van Dijk