Story wacana ini dimulai dari cerita Indiana yang melewatkan hari liburnya menikmati matahari terbenam di pantai Kuta, kemudian tiba-tiba Francis muncul di
hadapannya dan dia mengungkapkan bahwa perusahaan majalah tempat Indiana bekerja adalah miliknya dan Indiana diangkat menjadi wakil pemimpin redaksi.
Wacana ini menggunakan latar di Pantai Kuta, Bali yang sebentar lagi akan gelap karena matahari yang akan terbenam.
IV.2 Diskusi dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma kritis dengan menggunakan metode analisis wacana kritis melalui model penelitian Teun A. van Dijk. Paradigma kritis
memandang bahwa media adalah sarana dimana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok media. Media yang mempunyai modal yang kuat dan pengaruh yang luas di
masyarakat cenderung dapat melakukan dominasi dengan cara memberikan penafsiran tunggal terhadap suatu fenomena, isu- isu lewat pemberitaan yang terus menerus disebarkan,
media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran kepada khalayak mengenai sesuatu.
Analisis wacana kritis melalui pendekatan Teun A. van Dijk sering disebut sebagai kognisi sosial, menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup jika didasarkan pada
Universitas Sumatera Utara
analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktek produksi yang harus diamati. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang
dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Model ini berdasarkan pada tiga konsep utama, yaitu Struktur Makro, Super Struktur
dan Struktur Mikro. Dengan konsep ini dapat dilihat bagaimana suatu pihak ditampilkan dalam suatu pemberitaan. Dimensi teks akan dianalisis dengan elemen wacana seperti
tematik, skematik, latar, detil, maksud, koherensi, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan, grafis dan metafora.
Novel Indiana Cronicle Blues sebagai salah satu karya jurnalisme sastra menggunakan pemakaian gaya fiksi untuk mengemas laporan jurnalistik dan memunculkan
fenomena baru dalam hal fakta, perubahan definisi, proses pengamatan dan pencariannya. Begitu pula dalam kaitannya penyajian serta perubahan konvensi bentuk dan gaya penulisan.
Dalam novel ini, pengarang mengemas laporan yang berkaita dengan isu- isu dan masalah seputar kehidupan wanita metropolitan pada zaman sekarang.
Pada Bab I terdapat elemen tematik dan skematik. Juga terdapat elemen semantik,
sintaksis dan retoris. Pada elemen semantik yaitu menggunakan unsur maksud, dimana gagasan yang ingin disampaikan pengarang ditampilkan secara eksplisit. Pengarang dengan
jelas menampilkan karakter tokoh Indiana yang bergaya trendi dalam hal berbusana, tetapi walaupun gayanya sudah sangat mencerminkan wanita metropolis tetapi tetap saja terlihat
kalau apa yang digunakan Indiana tidaklah sepenuhnya barang- barang miliknya. Pengarang ingin memperlihatkan kenyataan bahwa pada zaman sekarang, demi terlihat gaya dan
berpenampilan menarik dan representatif, para wanita rela meminjam barang orang lain demi tuntutan penampilan. Kemudian pada bab ini juga terdapat elemen sintaksis yakni koherensi
pembeda. Dalam wacana ini terlihat dengan jelas bagaimana pengarang menyuguhkan gaya
Universitas Sumatera Utara
hidup wanita yang suka mengunjungi café untuk sekedar merilekskan badan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan.
Elemen yang digunakan pada Bab II adalah semantik yakni detil yang menjelaskan
secara eksplisit pada saat Indiana melakukan hubungan intim dengan Francis, pacarnya. Mereka bercinta di dalam kamar mandi dan dipergoki oleh ibunya Sara yang notabene adalah
tante Indiana. Terlihat jelas di sini, bahwa gaya hidup wanita metropolis jaman sekarang terlalu berkiblat pada budaya barat yang tidak mempersoalkan masalah seseorang yang
berhubungan intim tanpa adanya ikatan pernikahan yang ada diantara mereka. Banyak wanita, khususnya yang hidup di kota besar, sudah tidak lagi mempermasahkan masalah
kalau kesucian diri haruslah tetap di jaga sampai menikah nantin.
Bab III memiliki strategi wacana semantik yakni praanggapan. Kalimat yang