BAB II URAIAN TEORITIS
Setiap penelitian sosial membutuhkan teori, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori Singarimbun,1995:37. Maka teori berguna
untuk kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang
menggambarkan dari sudut makna masalah penelitian yang akan disoroti Nawawi,1995:40. Teori oleh Kerlinger diartikan sebagai himpunan konstruk konsep, definisi dan
proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menyebarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena tertentu Rakhmat,
2000:6. Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah: Imperialisme Budaya, Representasi, Ideologi, Analisis Wacana Krisis, Analisis Wacana Teun A.Van Dijk.
II.1 Imperialisme Budaya
Kita hidup dalam dalam tatanan dunia baru. Setelah datangnya dominasi politik, ekonomi, dan kekuatan budaya. Tantangan dunia baru yang sedang kita jalani adalah tatanan
dunia baru setelah runtuhnya Soviet, dimana gaya hidup dan simbol peradaban berkiblat pada barat. Ada tiga hal yang dapat dibedakan untuk melihat tatanan dunia baru saat ini. Pertama,
munculnya globalisasi ditandai dengan kemenangan kapitalisme dan pasar bebas. Kedua, revolusi informasi ditandai
Universitas Sumatera Utara
dengan lahirnya revolusi TV, internet dan ponsel. Ketiga, adanya imperialisme budaya.
Imperialisme media ini merupakan bentuk baru penjajahan melalui media. Imperialisme baru dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan politik adalah ‘’sesuatu yang
menyeramkan’’, yang kini tengah mengincar jiwa kita. Nilai-nilai hidup, sesuatu yang kita makan, pakaian yang kita pakai, buku yang kita baca, dan tontonan yang kita lihat adalah
bukti hadirnya imperialisme. Beberapa gejala yang menandakan keadaan suatu negara telah terkena imperialisme
budaya adalah : 1. Pengalaman negara-negara maju dalam bidang ilmu dan teknologi tentang media
massa selama puluhan tahun telah menyebabkan anggapan bahwa hanya ada satu macam arus informasi yang sudah dianggap normal dan yang hanya satu-satunya pembawa pesan yang
tidak pernah berubah yang diproduksi oleh segelintir namun diterima oleh semua khalayak, yang dimaksud dengan munculnya upaya-upaya seperti memperbanyak jumlah koran,
pesawat penerima, televisi, radio, bioskop, terutama pada negara-negara berkembang tanpa disadarinya.
2. Adanya arus satu arah Dalam komunikasi pada dasarnya adalah pencerminan struktur ekonomi dan politik dunia yang cenderung untuk memelihara dan memperkuat
ketergantungan negara miskin kepada negara kaya. 3. Hegemoni dan dominasi tersebut terbukti pada ketidakpedulian media negara maju
terutama barat terhadap keluhan dan keinginan negara berkembang. Dasarnya adalah kekuatan teknologi, kultural, industri, dan keuangan yang mengakibatkan hampir semua
negara berkembang jatuh menjadi konsumen informasi Purba Amir Dkk 2006:88-89. Imperialisme budaya merupakan sebuah konsep kritis yang menyatakan bahwa difusi
artefak, citra dan gaya budaya modern ke seluruh dunia yang merupakan bentuk penindasan
Universitas Sumatera Utara
atau imperialisme budaya kontemporer. Proses ini mendukung kepentingan ekonomi, politik, dan budaya dari negara adikuasa.
Imperialisme berarti hegemoni politik, ekonomi, politik, budaya yang dijalankan suatu bangsa atau bangasa lain. Kata ini biasanya mengacu pada imperialisme budaya atau
imperialisme media. Yang mencerminkan keprihatinan mengenai bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak komunikasi digunakan oleh negara-negara adikuasa untuk memakasakan
nilai dan agenda politik, ekonomi, budaya mereka pada bangsa dan budaya-budaya yang tidak kuat. Imperialisme media merupakan salah satu istilah yang berhubungan dengan
imperialisme budaya. Media memainkan peranan penting dalam menghasilkan kebudayaan dan mempunyai peranan yang besar sekali dalam proses imperialisme budaya
Imperialisme budaya adalah tergusurnya nilai-nilai kebudayaan lokal menjadi kebudayaan global. Proses ini tidak terlepas dari dunia Barat yang mendominasi media di
seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Media barat menimbulkan kesan yang mendalam bagi media di negara berkembang, sehingga mereka ingin meniru budaya yang
tercermin dalam media tersebut. Teori imperialisme budaya ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada
tahun 1973. Gagasan yang mendasari teori ini adalah peranan media dalam pembangunan media dalam pembangunan nasional.
Dominasi terjadi ketika negara maju memproduksi hampir semua mayoritas media massa di dunia. Hal ini terjadi karena mereka mempunyai uang yang dapat mendanai
produksi berbagai ragam sajian yang dibutuhkan media massa. Bahkan media Barat sudah dikembangkan secara kapitalis, dengan kata lain media sudah dikembangkan menjadi industri
yang mementingkan laba. Selain uang mereka mempunyai teknologi yang memungkinkan sajian media massa diproduksi dengan sangat baik.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, negara berkembang tertarik untuk membeli produk barat tersebut. Terlebih lagi membeli jauh lebih murah dibanding dengan memproduksi sendiri. Sangat
banyak media massa Indonesia yang setiap harinya berlomba-lomba menampilkan tulisan dari kantor berita asing. Bahkan foto-foto kejadian yang berlokasi di Indonesia, yang
seharusnya dengan mudah dapat difoto oleh wartawan Indonesia sendiri seringkali berasal dari kantor berita asing.
Kehilangan nilai dalam budaya mengakibatkan kehidupan masyarakat melahirkan sebuah pakem baru yang lebih mengedepankan tampilan atau pencitraan yang jelas-jelas
mendangkalkan isi. Tidak hanya berhenti sampai disitu, kemudahan yang ditawarkan oleh budaya instan dan pencitraan dengan cepat menembus sekat-sekat pribadi membuatnya
menjadi satu-satunya penguasa gaya hidup dan budaya yang dominan. Berdasarkan garis besar dari dalil Schiller 1976, ada beberapa konsep pokok dari
imperialisme budaya, yaitu: 1. Sistem dunia modern
Merupakan konsep sederhana yang menunjukkan kapitalisme. 2. Masyarakat
Merupakan konsep sederhana yang menunjukkan beberapa negara atau masyarakat dalam batas geografi tertentu yang akan dikembangkan.
3. Sistem pusat yang mendominasi Menunjukkan negara-negara maju atau dalam diskursus arus informasi internasional
disebut sebagai negara pusat atau kekuatan barat. 4. Struktur dan nilai
Menunjukkan kebudayaan atau organisasi dari negara yang berkuasa ke negara yang sedang berkembang.
Universitas Sumatera Utara
Setelah meninjau seluruh penafsiran yang berbeda dari imperialisme budaya, mka jelas terlihat bahwa intisari dari imperialisme budaya adalah dominasi oleh suatu negara
kepada negara lainnya. Hubungannya bisa langsung maupun tidak langsung berdasarkan pengawasan ekonomi politik. Pertukaran informasi antara bangsa-bangsa merupakan
manifestasi dari imperialisme budaya
II.2 Representasi