Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues .1 BAB 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan analisis wacana dengan menggunakan pendekatan Teun A.van Dijk. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing- masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro yang merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian- bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yaitu kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase dan gambar. Meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan salaing mendukung satu sama lain. Dengan membedahnya satu persatu, bahasa dan bentuk teks tersebut maka akan tampak wacana apa yang ditonjolkan dan apa yang ingin dibentuk ataupun wacana yang terpinggirkann dalam suatu pemberitaan, ideologi apa yang dianut oleh wartawan bahkan dimana posisi wartawan ketika memberitakan suatu peristiwa. Dengan menganalisisnya melalui pendekata Van Dijk, kita dapat melihat apakah dalam hal ini wartawan sudah seimbang dalam membuat pemberitaan terutama pemberitaan tentang gaya hidup. IV.1 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues IV.1.1 BAB 1 SATU Empat hari yang lalu Universitas Sumatera Utara RUANGAN ini sangat tidak nyaman. Sirkulasi udaranya pun rasanya tidak berjalan lancar. Ada sedikit bau yang tidak bisa dideteksi dari mana asalnya. Indiana menguap. Ini mungkin sudah keseratus kalinya…entahlah, dia tidak menghitung dengan benar. Tapi pasti setidaknya sudah yang keseratus kalinya. Pasti. Dia yakin sekarang. Seratus. Benar- benar sudah seratus. Seperti otomatis, tangannya perlahan naik dan menutup mulutnya yang terbuka sangat lebar. Sehabis menguap, dia ingin sekali menggeliat. Tapi lirikan maut Mr. Andy menahan gerakannya. Indiana jadi tidak berani bergerak seinci pun. Hanya matanya yang berputar memandang seluruh ruangan. Lumayan, bisa olahraga bola mata. Pandangannya menangkap ruangan jelek berwarna krem muda dengan udara dingin dari AC yang berbau apak. Dia mendongak. Langit- langitnya berwarna putih keruh karena perlu dicat ulang. Payah. Ruang pertemuan yang menyebalkan. Atasannya sedang berdiri di depan, dengan gayanya yang telihat pintar dan sangat berbau bisnis. Di samping Pak Indra ada slide projektor yang memancarkan tulisan- tulisan kecil yang tidak terlalu terbaca dari sudut ruangan. Apa sih yang dikatakannya barusan? Oya, values. Kesalahan pengambilan keputusan dapat diperkecil. Apa artinya? Hmm… ”…organizationally shared values typically embrace ‘concern of people’, a major predictor of long term profit- ability… shared values nurture common behavior…” Ya ampun. Terkutuklah segala yang bisa dikutuk. Mr. Andy tampak mengangguk- angguk sambil tersenyum puas mendengar kata- kata panjang yang mengerikan itu. Indiana melirik Karen yang juga sedang mengangguk- angguk. Indiana segera mengangguk- angguk seperti perkutut. Untuk mendramatisasi, dahinya ikut berkerut- kerut. Diketuk- ketukkannya pulpen di atas meja. Bukan karena apa, tapi rasa- rasanya dia pernah menonton film Hollywood yang menampilkan adegan para pengacara penting sedang berpikir keras di ruang sidang sambil mengetuk- ngetukkan pulpennya di atas meja. Gadis itu berusaha keras mempertahankan mimik muka dan postur tubuh yang profesional. Dia membayangkan para eksekutif muda di majalah- majalah tren gaya. Bagaimana gaya duduk mereka? Kepala ditelengkan sedikit, seperti sedang mendengarkan dengan penuh perasaan. Bola mata berguling di sudut. Tangan terlipat rapi dan kaki disilangkan dengan seksi. Universitas Sumatera Utara Indiana hanya mampu bertahan dua menit. Selebihnya, dia merasakan kram di kaki, tangan, bahu, dan seluruh saraf wajahnya. Indiana melirik ke samping. Ruangan ini dikelilingi kaca bening yang sekarang tertutup tirai tinggi. Saat menoleh, dia bisa melihat pantulan siluet tubuhnya di kaca tersebut. Dia cukup terpesona. Wow. Di sana dia melihat bayangannya memakai jaket berlengan panjang berwarna biru laut dipadukan dengan rok yang bernada sama. Tampak syal dari sutra tipis berwarna biru muda melingkar di lehernya yang jenjang sempurna. Rambut pendeknya berwarna hitam rapi tertata. Kakinya dibalut stoking berwarna gelap dan sepatu tertutupnya berwarna hitam merek DKNY. Sepatu milik Sara sepupunya. Tentu saja pinjaman. Secara keseluruhan, dia terlihat sangat manis, dewasa dan profesional. Di sini dia datang bersama Karen, Pak Indra dan Mr. andy mewakili perusahannya, Vital Strategic Management Consultant. Perusahaannya bergerak di bidang… bagaimana menjelaskannya dalam bahasa Indonesia? Management Consultant isinya penuh dengan berbagai memo, teori manajemen dan penjelasan panjang lebar dalam bahasa Inggris. Business and Marketing Planning. Organization Development Consulting Service. Business Strategy Development. In- Depth Organization Analysis. Leadership Assessment…. Ya ampun. Kedengarannya seram sekali. Tapi itu belum seberapa. Jabatan Indiana terdengar lebih seram daripada semua itu: dia adalah head hunter Betul, H-E-A-D H-U-N-T-E-R. pencari harta karun, begitulah istilah keren manajemennya. Head hunter adalah pekerjaan yang sangat bonafide dan perkasa. Ini menurut Indiana. Karena di mana pun Indiana berada, ketika dia berkata ”Saya head hunter, saudara- saudara sekalian”. Tiba- tiba dia seperti pesulap di tengah- tengah pesta ulang tahun anak- anak. Semua ingin berebut berkenalan, bermanja- manja agar Indiana memberikan perhatian. Atau bahkan sekedar memberikan kartu namanya. Hanya saja, belakangan ini Pak Indra senang memasukkan Indiana ke dalam Divisi Riset sebagai Konsultan Manajemen. Hmmm, yang ini kedengarannya jauh lebih keren. Konsultan Manajemen. Management Consultant, bahasa Inggrisnya. Demikianlah yang terjadi pada hari ini. Tim kecil Pak Indra yang terdiri atas Indiana, Karen dan Mr. Andy sedang mengadakan briefing dengan klien terbesar mereka, Neraca Publishing. Dari pihak Neraca Publishing diwakili Bapak Santosa, Bapak Sucipto, Bapak Adrianus, Ibu Elisabet dan Ibu Rachel. Universitas Sumatera Utara Indiana sudah mau pingsan. Ruang kantor sudah remang- remang ketika dia turun melalui lift. Jam menunjukkan angka sepuluh dan dua. Jam sepuluh lewat sepuluh. Malam, bukan pagi. Gila. Dua belas jam duduk bersama- sama di ruang pertemuan pengap itu. ”Pulang, Indiana?” Tidak, Pak, dia mau keliling dunia. Kalimat itu ditelannya bulat- bulat. Indiana berpura- pura mengangguk. Dalam hati dia memaki- maki. Seharusnya dia makan malam dengan Francis di café baru di daerah Kemang. Tapi lihatlah sekarang. Boro- boro makan malam, Indiana sudah tidak ingat kapan dia terakhir mandi. ”Rokok?” Pak Indra menawarkan pada Mr. Andy. Indiana melirik tangan Pak Indra yang sedang menarik sebatang rokok dari kotaknya. Dia sebenarnya tidak merokok. Yah, hanya saat- saat tertentu Indiana merokok. Saat- saat istimewa yang dia lakukan dengan Francis. Tapi yang jelas bukan pada saat ini. Tapi entah dari mana asalnya, tiba- tiba ada keinginan kuat yang tak tertahankan. Diulurkannya tangannya ke arah Pak Indra. ”Maaf, Pak. Saya butuh rokok, ” katanya singkat. Karen menatapnya dengan pandangan heran ketika Indiana menyulut rokok tersebut di bibirnya. Ting Pintu lift terbuka. Dia menyeret kakinya di lantai marmer. Dia tidak memedulikan irama tuk- tuk- tuk sempurna yang harus diciptakan dari hak sepatunya. Ini adalah peraturan perusahaan yang tidak tertulis. Sebagai associate wanita, Indiana dan Karen, tentu saja mempunyai kewajiban memakai sepatu hak tertutup dan berjalan dengan langkah- langkah berirama anggun. Langkah yang dilakukan dengan sempurna akan mengalunkan irama tuk- tuk- tuk. Indiana merogoh tas kerjanya. Selama beberapa saat dia tidak berhasil menemukan apa yang dicarinya. Dia merogoh lagi. Merogoh lagi… dan merogoh. Muka Indiana memerah. ”Kunci mobilku. Di mana ya?” Indiana mulai membuka- buka risleting tasnya. Wajah Indiana perlahan- lahan memucat. Bikin repot saja. Dari dulu dia ingin mengganti tas kantornya dengan tas lain yang lebih nyaman. Universitas Sumatera Utara Kemarin sepupunya Sara membeli tas kantor indah merek Gucci. Menimbulkan decak kagum, ooohhh…aaaahhhh…. Empat juta harganya. Tapi benar- benar cantik. Tentu saja terlihat gaya. Lagi pula banyak kantong untuk menyimpan pernik- pernik kecil seperti lipstik, bedak, ponsel, sisir, kunci apartemen, kunci mobil… Yah, bagaimanapun dia tetap harus mempunyai tas baru dengan banyak kantong kecil. Mungkin ada Gucci palsu yang bisa dibelinya di Mangga Dua? Besok dia akan mengajak Sara untuk mencari tas baru di sana ”Karen Ketemu Di kantong bajuku” Indiana mengayun- ayunkan kunci mobilnya dengan gembira di depan wajah Karen. Wajah Karen merengut. Indiana berjalan mendekati mobilnya. Bip, bip. Itu bunyi alarm mobil Karen. Indiana tidak perlu menekan tombol apa- apa. Pintu mobilnya dapat terbuka apabila dia memasukkan kunci di lubang kunci pintunya. Dengan kata lain, mobilnya tidak dilengkapi sistem keamanan apa pun. Indiana menstarter mobilnya. Mobil Civic keluaran tahun 1993. Diberi nama Wang oleh Sara. Katanya dalam bahasa Cina, artinya harapan. Wang lebih banyak dihabiskan di bengkel daripada disetir oleh Indiana. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya ini yang mampu dia beli. Daripada harus kehujanan menunggu bus atau berdesak- desakan di dalam metromini dan diteror penyanyi gila yang baru keluar dari penjara. Atau memboroskan gajinya tiap hari untuk membayar biaya taksi. No way. Memiliki Wang lebih baik daripada tidak sama sekali di kota metropolitan seperti ini. Ketika Indiana baru saja menginjak pedal gas, ponselnya bernyanyi. Dia buru- buru memasang kabel penyambung ponsel di telinganya. ”Halo?” ”Indi?” Suara Sara. Indiana memasukkan perseneling satu dan menekan gas perlahan. Mesin Wang berhenti mendadak. Indiana memutar kunci kembali. Mesin Wang mati lagi. Shit. ”Apa katamu?” ”Shit, Ra, mesin Wang mati lagi”. ”Kau di mana sekarang?” ”Di kantor Neraca Publishing” ”Kujemput kau. Kan sudah lewat three- in- one nya”. Universitas Sumatera Utara ”Lalu? Bagaimana dengan Wang?” ”Tinggalkan saja Wang di sana. Besok baru ke bengkel.” ”GILA BAGAIMANA DENGAN TIKET PARKIRKU?” Indiana menjerit histeris. Sara bersama Nigel berhenti di samping Indiana. Gadis itu membuka pintu mobil dan merengut masuk ke dalamnya. Setelah panik di dalam Wang butut, rasanya kini dia berada di surga. Hawa nyaman dingin dari AC. Kulit jok asli yang lembut, musik ringan… ”Sudah makan, Ndi?” Tiba- tiba Indiana baru sadar bahwa sejak tadi perutnya berbunyi minta diisi. Nasi bungkus yang tadi disiapkan oleh Neraca Publishing benar- benar tidak menggugah selera. Lagi pula, sedari tadi lambungnya penuh disiram kopi. Benar- benar tidak baik untuk kesehatan. ”Yuk, ke Dave’s” Dave’s adalah private pub. Hanya member khusus atau tamu yang didampingi member yang dipersilahkan masuk. Tentu saja harganya selangit. Biaya member tahunan saja dalam dolar Amerika. Indiana menggeleng. ”Lho? Kenapa tidak, Non? You looove Dave’s” Mata Sara langsung terlihat sedih. Capek Indiana capek Bagaimana menjelaskannya kepada Sara? ”Aku hanya…,” Indiana menahan nafas, ”hanya… ummm…hanya sangat gembira kau mengajakku ke Dave’s” katanya sambil membuang nafas dalam- dalam. ”Benar nih?” Tiba- tiba mata Sara bersinar kembali. Sebenarnya sih… ”To Dave’s we shall go” Sara menepukkan tangannya ke atas setir. Perlahan, Nigel menembus kegelapan malam menuju Dave’s. Indiana kembali merosot di jok Nigel. Universitas Sumatera Utara Tabel IV.1.1 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB I Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Indiana menghadiri meeting dengan bos serta rekan kerjanya dan Indiana menganggap hari itu adalah hari terburuknya karena dia mengalami kesialan yang bertubi- tubi dalam sehari penuh Skematik Story Dimulai saat Indiana mnghadiri meeting yang dianggapnya sangat membosankan dan membuatnya mengantuk. Kesialannya dalam hari itu dimulai ketika bosnya menanyakan pendapatnya mengenai tema rapat dan tentu saja Indiana menjadi kelimpungan, dilanutkan dengan batalnya rencana makan malam dengan pacarnya karena rapat yang baru selesai larut malam, kehilangan kunci mobil, mobil yang tiba-tiba mogok, harus membayar tiket parkir hingga jutaan rupiah hingga menghabiskan malam di sebuah club ternama. Semantik Latar Ruangan ini sangat tidak nyaman. Sirkulasi udaranya pun rasanya tidak berjalan lancar. Ada sedikit bau yang tidak bias dideteksi dari mana asalnya. Pandangannya menangkap ruangan jelek yang berwarna krem muda dengan udara dingin dari AC yang berbau apak. Dia mendongak. Langit- langitnya berwarna putih keruh karena perlu dicat ulang. Ruang pertemuan yang menyebalkan. Detil Gadis itu berusaha keras mempertahankan mimik muka dan postur tubuh yang professional. Dia membayangkan para eksekutif muda di majalah- majalah tren gaya. Bagaimana gaya duduk mereka? Kepala ditelengkan Universitas Sumatera Utara sedikit, seperti sedang mendengarkan dengan penuh perasaan. Bola mata berguling di sudut. Tangan terlipat rapid an kaki disilangkan dengan seksi. Indiana hanya mampu bertahan dua menit. Selebihnya, dia merasakan kram di kaki, tangan, bahu dan seluruh saraf wajahnya. Maksud Dia cukup terpesona. Wow. Di sana dia melihat bayangannya memakai jaket berlengan panjang berwarna biru laut dipadukan dengan rok yang bernada sama. Tampak syal dari sutra tipis berwarna biru muda melingkar di lehernya yang jenjang sempurna. Rambut pendeknya berwarna hitam rapi tertata. Kakinya dibalut stoking berwarna gelap da sepatu tertutupnya berwarna hitam merek DKNY. Sepatu milik Sara sepupunya. Tentu saja pinjaman. Sintaksis Koherensi Pembeda Dalam hati dia memaki- maki. Seharusnya dia makan malam dengan Francis di café baru di daerah Kemang. Tapi lihatlah sekarang. Boro- boro makan malam, Indiana tidak ingat kapan dia terakhir mandi. Retoris Metafora Indiana menstarter mobilnya. Mobil Civic keluaran tahun 1993. Diberi nama Wang oleh Sara. Katanya dalam bahasa Cina, artinya harapan. Analisis Bab 1 Universitas Sumatera Utara Secara tematik, wacana ini mengedepankan tema utama yaitu gambaran dari kehidupan sehari- hari dari tokoh Indiana yang sedang menghadiri meeting dengan bos dan rekan kerjanya yang lain. Hari itu adalah hari yang sangat buruk menurut Indiana karena Dalam waktu sehari itu, dia terus- menerus mengalami kesialan- kesialan yang bertubi- tubi. Story dalam wacana ini diawali oleh cerita Indiana yang sedang menghadiri rapat penting dengan klien perusahaannya yang dianggapnya sangat membosankan. Kesialan Indiana hari itu dimulai ketika pada saat rapat, Indiana yang sudah merasa sangat bosan dan mengantuk, malah dimintai pendapatya tentang pembahasan rapat oleh bosnya. Karena rapat tersebut berlangsung hingga larut malam, maka Indiana pun harus membatalkan janji malan malPammya dengan pacarnya Francis. Dan setelah rapat berakhir pun indiana harus mengalami beberapa peristiwa yang tidak mengenakkan lagi seperti kehilangan kunci mobil, mobil kesayangannya yang mogok sehingga harus ditinggalkan di parkiran gedung dengan harus membayar biaya tiket parkir yang mahal sampai akhirnya dia pulang dan menghabiskan malam di sebuah club terkenal. Detil yang digunakan dalam mendukung cerita ini adalah gerak- gerik Indiana dalam menghadiri rapat dengan kliennya. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat berikut: Gadis itu berusaha keras mempertahankan mimik muka dan postur tubuh yang professional. Dia membayangkan para eksekutif muda di majalah- majalah tren gaya. Bagaimana gaya duduk mereka? Kepala ditelengkan sedikit, seperti sedang mendengarkan dengan penuh perasaan. Bola mata berguling di sudut. Tangan terlipat rapid an kaki disilangkan dengan seksi. Indiana hanya mampu bertahan dua menit. Selebihnya, dia merasakan kram di kaki, tangan, bahu dan seluruh saraf wajahnya. Pada paragraf ini dapat kita lihat, seorang wanita apalagi yang hidup pada zaman sekarang, cenderung sangat berkilblat kepada budaya luar dan banyak meniru ataupun menerapkan gaya- gaya yang ada di berbagai majalah yang sedang tren pada saat ini, dan biasanya majalah tren gaya tersebut mengadaptasi dari luar negri. Universitas Sumatera Utara Gaya hidup Indiana juga terlihat dengan jelas dan gamblang pada maksud yang ada dalam wacana ini, seperti dalam kalimat berikut: Dia cukup terpesona. Wow. Di sana dia melihat bayangannya memakai jaket berlengan panjang berwarna biru laut dipadukan dengan rok yang bernada sama. Tampak syal dari sutra tipis berwarna biru muda melingkar di lehernya yang jenjang sempurna. Rambut pendeknya berwarna hitam rapi tertata. Kakinya dibalut stoking berwarna gelap da sepatu tertutupnya berwarna hitam merek DKNY. Sepatu milik Sara sepupunya. Tentu saja pinjaman. Zaman sekarang, para wanita khususnya yang hidup di kota besar, sangatlah memperhatikan penampilan mereka. Karakter seorang wanita dapat diukur dari apapun yang dikenakannya. Dan segala cara akan dilakukan agar mendapat perhatian dan pengakuan dari orang lain bahwa dia adalah representasi dari wanita metropolis. Tetapi bila yang tidak mempunyai cukup uang untuk mencukupi kebutuhannya akan barang- barang yang membuatnya menjadi wanita metroplitan, maka wanita- wanita akan menghalalkan segara cara demi tampil mewah. Seperti yang diperlihatkan Indiana, walaupun gajinya tidak cukup membeli sepatu bermerek DKNY yang notabene harganya selangit, maka dia memanfaatkan sauadara sepupunya Sara yang kaya, dengan cara meminjam sepatu milik saudaranya agar terlihat gaya dan intelek. Latar dari wacana menunjukkan kalau seorang wanita yang hidup di zaman metropolitan,sangatlah tidak suka dengan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman. Hanya karena ruangan itu tidak indah, maka Indiana langsung merasa tidak nyaman berada disana dan itu semua sangat mempengaruhi Moodnya dalam menghadiri rapat penting dengan kliennya. Dalam wacana ini juga terdapat elemen sintaksis, yaitu koherensi pembeda yang terdapat dalam kalimat berikut: Universitas Sumatera Utara Dalam hati dia memaki- maki. Seharusnya dia makan malam dengan Francis di café baru di daerah Kemang. Tapi lihatlah sekarang. Boro- boro makan malam, Indiana tidak ingat kapan dia terakhir mandi. Koherensi pembeda sendiri berarti sesuatu yang berhubungan bagaimana dua peristiwa atau fakta hendak dibedakan. Dua buah fakta yang dibuat saling bertentangan. Seperti kalimat diatas menunjukkan koherensi pembeda yang coba ditunjukkan oleh pengarang dengan mengangkat persoalan dimana seharusnya Indiana pergi makan malam dengan pacarnya di café yang mewah, yang sudah menjadi kebiasaan wanita- wanita metropolis untuk makan malam di café yang nyaman dan suasananya yang tentram. Hal ini dilakukan karena mereka ingin menghibur diri mereka dan menyenangkan diri karena setelah seharian beraktivitas dan berkubang dengan berbagai macam pekerjaan kantor yang melelahkan. Tapi yang terjadi di sini adalah Indiana yang tidak bisa merilekskan badan dan pikirannya karena rapat berlangsung sampai larut malam. Maka dibuatlah koherensi pembeda yang ingin menunjukkan betapa sebalnya Indiana karena dia tidak bisa pergi makan malam dengan pacarnya, sampai- sampai dia membedakannya dengan kapan dia terakhir kali dia mandi. Dalam wacana ini juga terdapat unsur metafora, yaitu pemberian nama mobil Indiana yang di beri nama Wang oleh sepupunya yang mempunyai darah Tionghoa, dalam bahasa Cina, wang berarti pengharapan. Di sini terlihat dengan jelas, pengarang yang memiliki etnis keturunan Tionghoa memberi warna Tionghoa pada penulisan novelnya walaupun secara tidak gambang. Pembahasannya sendiri, walaupun Indiana dan sepupunya sudah hidup di zaman metropolitan, tetapi mereka masih saja menggunakan perumpamaan dalam menjalani kehidupan sehari- hari mereka.

IV.1.2 BAB II

Universitas Sumatera Utara DUA KALAU ada satu hal yang paling dibenci oleh Indiana, itu adalah bangun pagi. Maka dia sangat menanti- nantikan hari Sabtu dan Minggu dengan penuh semangat. Hari Sabtu ini dia terbangun jam sebelas siang. Itu pun karena ponselnya berdering- dering mengganggu gendang telinga. Setelah buta dan terhuyung- huyung seperti orang cacat, Indiana meraba- raba meja kecil di samping ranjangnya. ”Halo…?” ”Masih tidur, sayang?” Mata Indana terbuka lebar. Lalu tertutup lagi. Francis. ”Francis…” ”Tidak baik seorang gadis masih di ranjang pada pukul sebelas, sayang” Sori, dia bukan gadis lagi, katanya dalam hati dengan sebal. Matanya tidak bisa diajak berkompromi. Otaknya berputar- putar ke sana kemari, seperti diaduk- aduk. Oh God. Kenapa seperti ini? Dia berusaha keras mengingat- ingat apa yang terjadi kemarin malam. ”Aku mau keluar. Cepatlah berpakaian. Kejemput kau satu jam lagi. Daah, sayang. ” Klik. Telepon dimatikan. Khas Francis. Indiana melempar ponselnya ke atas ranjang. Tersaruk- saruk dia berdiri. Ketika pintu kamar terbuka, hidungnya langsung mencium wangi kopi dari dapur. Di sana, Sara sedang membolak- balik telur orak- ariknya. ”Siang, Ndi,” serunya di antara desis api gas. ”Kepalaku migrain,” keluh Indiana lesu sambil menarik kursi di dapur. Rasa- rasanya dia juga ingin muntah. ”Mau Panadol?” ”Kopi dulu.” Indiana berusaha mengingat- ingat apa yang terjadi kemarin malam. Otaknya berdenyut- denyut seperti baru ditabrak UFO. ”Kemarin aku minum apa sih, Ra? Masa white champagne bisa membuatku mabuk seperti ini?” Sara tertawa. ”White champagne, Ndi? Kemarin kau minum vodka, tonik, gin…” ”Yang benar saja” ”Kau pun merokok.” Setengah jam lagi Francis akan tiba. Tepat tiga puluh menit lagi. Francis selalu tepat waktu. Bahkan sampai ke detik- detiknya. Universitas Sumatera Utara Indiana masuk ke kamar mandi. Dia perlu mandi untuk menyegarkan diri. Disiapkannya bak mandinya dengan hati- hati. Pertama, diaturnya suhu air. Harus hangat, tidak boleh terlalu dingin atau terlalu panas. Kemarin dia membeli Apple and Berry Bubble Bath dari The Body Shop, dan dituangkannya banyak- banyak ke dalam air. Diam- diam matanya menangkap botol di ujung rak. Oya, sabun susunya Sara Asyik. Ini bakal menyenangkan sekali. Ketika bak sudah penuh dan busa berlimpah- limpah keluar, Indiana membuka bajunya lalu menenggelamkan dirinya dalam- dalam. Nyaman. Dia merasakan kulitnya menjadi selembut bayi dan sewangi buah. Tapi masih ada yang kurang. Apa ya? Oh, musik. Indiana berdiri dan menekan tombol radio kecil di dalam kamar mandi. Suara penyiar pria menyapa. Lagu- lagu santai akan diudarakan. Asyik. Ini akan sangat sempurna. Baru lima menit Indiana menikmati, pintu kamar mandi nya digedor dari luar. Buk Buk Buk Sara sedang berdiri di luar, nyengir kuda. ”Aku mau pergi sekarang. Jangan lupa matikan AC kalau kau hendak pergi. Indiana melambai- lambaikan tangannya dengan sebal. ”Sana pergi jauh- jauh dan jangan ganggu aku lagi” ”Kau mau pergi?” ”Tidak bisa jawab sekarang. Tergantung Francis.” ”Huh. Semua tergantung Yang Mulia Francis.” ”kau tahu seperti apa dia.” ”Ya. Aku tahu seperti apa dia. Babi bandot. Kataku kau tidak cocok…” Indiana membanting pintu kamar mandi. Sara hendak pergi. Baiklah. GOOD Indiana memutuskan tidak mengunci pintu kamar mandi. Dia menenggelamkan tubuhnya kembali ke dalam bak mandi. Ah, nyamannya. Tidak ada Sara. Tidak ada Mr. Andy. Tidaka ada Pak Indra. Aman. Nyaman. Lega. Dunia milik Indiana seorang saja. Sepuluh menit berlalu. Indiana rasanya ketiduran sebentar. Tok. Tok. Tok. LAGI- LAGI??? Sebal. ”Masuk saja. Pintunya tidak terkunci” ”Ini kamar mandi umum, Sayang?” Universitas Sumatera Utara Astaga Mata Indiana terbelalak. Ada bayangan pria tinggi yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi. Francis Francis berdiri menyandar di pintu kamar mandi yang terbuka. ”Apakah ini kamar mandi umum sampai- sampai kau mengizinkan masuk siapa saja yang mengetuk, sayang?” Francis berjalan mendekatinya. ”Kau masih ingin berendam?” Sampai detik ini Indiana sudah bisa merasakannya datang. Jantungnya berdebar tidak keruan. Sebentar lagi Francis akan menawarkan rokok. ”Rokok, Sayang?” Nah. Betul kan? Indiana tidak pernah merokok sebelum dia berkenalan dengan Francis. Ketika hubungan menjadi semakin intens dan dia memutuskan untuk bercinta, di situlah dia baru mencoba rokok. Setelah itu, merokok sepertinya sebuah kegiatan yang menjadi urutan pertama sebelum mereka siap bercinta. Lama- lama Indiana menyukai hal itu. Hanya saja dia tidak pernah merokok di depan umum…yah, kecuali kemarin. Well, kemarin merupakan pengecualian besar. Indiana memejamkan matanya dan mengisap rokoknya dengan nikmat. Dibukanya matanya. Di depannya Francis mendekati wajahnya dan mencium bibirnya. Mungkin terkadang Tuhan mempunyai sense of joke yang rada- rada norak. Dan terkadang juga Tuhan juga memilih ciptaan-Nya yang paling special untuk mengalami kejutan- kejutan-Nya. Hari ini, kebetulan Dia memilih… Indiana. ”Saaarraa, Sayaaang….?” Indiana terloncat setinggi mungkin sampai mengira dirinya hampir terbentur plafon kamar mandi. Bulu kuduknya langsung meremang. Sekilas, dia kelihatan seperti rusa terperangkap lampu mobil di tengah jalan. Panic- mode. Dia mencekal lengan Francis. ”Gawat Tante Daisy ada di sini” ”Siapa?” Francis mendesis, ikut- ikutan terkejut. ”Orangtua Sara” Mereka berdua membeku. Francis menatapnya tenang dan berkata dengan nada menuduh, ”Katamu mereka tinggal di Singapura?” Universitas Sumatera Utara ”Yah… Terkadang… mereka datang ke… Jakarta, untuk mengontrol… aset- aset di sini,” Indiana tergagap- gagap. Perlahan- lahan Francis melepaskan dirinya dari tubuh Indiana. ”Bajumu di sana” desis Indiana. ”Cepat pakai.” Rasanya baru dua detik ketika Francis berhasil memakai celana dalamnya dan Indiana baru membuang kondom bekas beserta plastik pembungkusnya ketika pintu kamar mandi terbuka. Indiana langsung nyaris pingsan. Di ujung pintu kamar mandi, Tante Daisy melongok masuk sambil berkicau riang, ”Saaarrraaa… kau di man… ARRRGGGGGHHHH???? Indddiiiii….????” Kiamat. Dunia benar- benar kiamat. Indiana mengumpat- umpat sambil mengumpulkan bajunya. Celananya, mana celananya? Oh, sialan, basah. Benar- benar terkutuklah hari ini. Tabel IV.1.2 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB II Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Kegiatan Indiana yang sedang menikmati akhir pekannya di rumah dengan bersantai setelah melewati hari kerja yang berat. Skematik Story Dimulai saat Indiana terbangun pukul 11 siang saat pacarnya menelepon. Dilanjutkan dengan mengobrol ngalor-ngidul dengan sepupnya, Sara. Lalu ketika ia sedang mandi dengan keadaan pintu kamar mandi yang tidak terkunci, pacarnya, Francis masuk. Dilanjutkan dengan Ingatan Indiana akan Sara yang selalu menentang hubunganny a dengan Francis sampai akhirnya ibu Sara memergoki Indiana dan Francis sedang bercinta di kamar mandi. Semantik Latar Indiana masuk ke kamar mandi. Dia perlu mandi untuk menyegarkan diri. Disiapkannya bak mandinya dengan hati- hati. Pertama, diaturnya suhu air. Harus hangat, tidak boleh terlalu dingin atau terlalu panas. Kemarin dia membeli Apple and Berry Universitas Sumatera Utara Bubble Bath dari The Body Shop, dan dituangkannya banyak- banyak ke dalam air. Diam- diam matanya menangkap botol di ujung rak. Oya, sabun susunya Sara Asyik. Ini bakal menyenangkan sekali. Ketika bak sudah penuh dan busa berlimpah- limpah keluar, Indiana membuka bajunya lalu menenggelamkan dirinya dalam- dalam. Nyaman. Dia merasakan kulitnya menjadi selembut bayi dan sewangi buah. Tapi masih ada yang kurang. Apa ya? Oh, music. Indiana berdiri dan menekan tombol radio kecil di dalam kamar mandi. Suara penyiar pria menyapa. Lagu- lagu santai akan diudarakan. Asyik. Ini sangat sempurna. Detil Mungkin terkadang Tuhan mempunyai sense of joke yang rada- rada norak. Dan terkadang juga Tuhan memilih ciptaan-Nya yang paling special untuk mengalami kejutan- kejutan-Nya. Hari ini, kebetulan Dia memilih…Indiana. “Saaaarraa, Sayaaaang….?”. Indiana terloncat setinggi mungkin sampai mengira dirinya hampir terbentur plafon kamar mandi. Bulu kuduknya langsung meremang. Sekilas, dia kelihatan seperti rusa terperangkap lampu mobil di tengah jalan. Panic- mode. Dia mencekal lengan Francis. “Gawat Tante Daisy ada di sini”. “Siapa?” Francis memdesis, ikut- ikutan terkejut. “Orangtua Sara”. Mereka berdua membeku. Francis menatapnya tenang dan berkata dengan nada menuduh, “Katamu mereka tinggal di Singapura?”. Perlahan- lahan Francis melepaskan dirinya dari tubuh Indiana. Rasanya baru dua detik ketika Francis berhasil memakai celana dalamnya dan Indiana baru membuang kondom bekas besarta plastic pembungkusnya ketika pintu kamar mandi terbuka. Indiana langsung nyaris pingsan. Di ujung pintu kamar mandi, Tante Daisy melongok masuk sambil berkicau riang, “Saarrrraaaa… kau di man… AAARRRRGGGGHHHHHHH???? INDDDDDIIIIIII…..???” Retoris Metafora “Tidak baik seorang gadis masih di ranjang pada pukul sebelas, sayang.” Stilistik Leksikon “Tidak bias jawab sekarang. Tergantung Francis.”. “Huh. Semua Universitas Sumatera Utara tergantung Yang Mulia Francis.”. “Kau tahu seperti apa dia.”. “Ya. Aku tahu seperti apa dia. Babi bandot. Kataku kau tidak cocok…”. Bab 2 Analisis Konsep sentral dan dominan yang diangkat pada wacana ini adalah topik kegiatan Indiana yang sedang menikmati akhir pekannya di rumah, yang dapat bersantai setelah melewati hari kerja yang berat dan melelahkan. Kronologis cerita dimulai saat Indiana terbangun pada jam sebelas siang karena ada telepon dari pacarnya yang ingin mengajaknya keluar. Dilanjutkan dengan mengobrol ngalor- ngidul dengan sepupunya, Sara. Akhirnya Indiana memutuskan untuk mandi dengan keadaan pintu kamar mandi tidak dikunci, Francis pacarnya masuk, dilanjutkan dengan dengan Indiana akan Sara yang selalu menentang hubungannya dengan Francis sampai akhirnya Ibu Sara memergoki Indiana dan Francis sedang bercinta di kamar mandi. Wacana ini didukung detil yang sangat eksplisit menunjukkan gaya hidup wanita metropolitan pada zaman sekarang. Dapat kita lihat detil dari wacana ini adalah ketika Indiana dan pacarnya Francis, sedang bercinta di kamar mandi dan dipergoki oleh Ibu Sara yang notabene adalah tantenya. Pada zaman sekarang, para wanita yang moderen banyak sekali meniru gaya hidup budaya barat, termasuk melakukan hubungan seksual tanpa ada ikatan pernikahan. Dan dalam wacana ini juga, pengarang sepertinya sangat ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa pada zaman sekarang, para wanita sudah tidak malu- malu lagi melakukan hubungan seksual dimana saja. Terbukti dengan wacana yang memperlihatkan Indiana dan Francis dapat dengan tenang menghadapi tantenya yang menjerit melihat apa yang sedang mereka lakukan. Universitas Sumatera Utara

IV.1.3 BAB III TIGA

PERISTIWA itu pasti akan menjadi olok- olok Sara, tentu saja. Dijamin. Huh. Indiana membuang nafasnya kuat- kuat. Sekarang kejadian itu pasti menjadi hot topic di kalangan keluarga besar Sara dan Indiana. Hanya masalah waktu saja orangtua Indiana yang berada di Bogor akan mendengarnya. Dan kalau itu terjadi... Indiana tidak mampu membayangkan reaksi orangtuanya. Ibunya pasti semaput. Ayahnya... aduh, pasti semaput juga. Serangan jantung. Mana berani ayahnya memaki anak gadis sayu- satunya? Dari dulu pun tidak pernah, dan masalah segawat apa yang akan membuat beliau berubah? Ehm... sekedar mengingatkan, masalah ini adalah anak gadisnya melakukan hubungan seks dengan laki- laki di kamar mandi apartemen milik adiknya. Tentu saja tanpa ada hubungan ikatan pernikahan. Oke, oke. Kasus ini memang sangat parah. Tapi ini bukan akhir dari dunia, bukan? Dia pasti bisa menjelaskan dengan kepala dingin kepada orangtuanya. Tanpa mosi. Ponselnya bordering. Indiana sebenarnya tidak bersemangat mengobrol di telepon. Dia melirik sekilas, tulisan darling di skrin teleponnya berkedip- kedip. Francis. Dengan lambat dia mengangkat ponselnya dan menekan tombol di sana. ”Halo?” ”Sayang?” ”Ya, ada apa?” ”Maukah kau menikah denganku, Sayang?” BRUK BRUK Bruk pertama adalah bunyi ponsel Indiana yang terjatuh dari tangannya. Bunyi bruk kedua adalah bunyi kepala Indiana yang terjerembab di lantai. ”Indi? Indi? Hey, Ndii... Kau kenapa?” ”Halo? Halo Halllooo...???” Jadi Francis mengajak Indiana menikah. ”Jadi si babi bandot mengajakmu menikah?” ”Ra, namanya Francis. Gitu saja kok susah benar” Seperti biasa, Sara tidak perduli. ”Kau menerima lamarannya?” Universitas Sumatera Utara Indiana melirik Sara dengan ganas. ”Menurutmu bagaimana setelah kejadian di kamar mandi itu?” Kejutan ini memang akan mengubah banyak hal, Indiana membatin. Bukan hanya hubungannya dengan Sara yang aka sedikit berubah, tapi pernikahan tentu akan membawa Indiana ke dunia lain. Dunia asing yang belum dia kenal. Apakah dia siap? Tanyanya. Jangan tolol. Semua wanita ingin menikah Apalagi menikah dengan pria seperti Francis yang mapan, pandai, berpendidikan, tampan dan pandai bercinta. Entah mengapa Sara mempunyai pendapat yang unik tentang Francis. Francis sudah menentukan tempat pernikahan mereka. Pertama harus di Hotel Shangri- La Singapore. Bintang Lima Plus. Semua akomodasi pihak keluarga Indiana akan ditanggung. Dan untuk resepsi di Indonesia, Francis menentukan di Hotel Mulia. Pesta perkawinan dua malam. Besok Francis sudah menyiapkan makan malam bersama orangtuanya. Indiana diwajibkan datang untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan ini. Di Ming’s Wok, restoran Cina yang terkenal dengan sirip ikan hiu, sarang burung dan bebek peking. Tentu saja harganya selangit. Indiana berjalan menuju kamar tidurnya. Dia harus mencari baju yang cocok untuk makan malam besok. Mungkin kebaya warna kuning gading bermerek Ghea yang diberikan oleh Sara sebagai kado ulang tahunnya?. Francis tidak pernah melihat pakaian itu sebelumnya. Untuk tas dan sepatunya yang senada… yah, sepertinya dia harus pinjam lagi dari Sara. Indiana mendesah. Dia membanting dirinya ke kasur sampai ranjangnya sedikit berderak. Hari ini benar- benar hari yang melelahkan. Sabtu yang membingungkan. Rasanya Indiana memang membutuhkan tidur yang panjang… Universitas Sumatera Utara Tabel IV.1.3 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB III Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Cerita tentang Indiana yang sedang memikirkan bagaimana caranya menjelaskan kepada orangtuanya apabila berita tentang ibu Sara yang memergokinya sedang bercinta di kamar mandi dan tiba-tiba Francis melamarnya lewat telepon. Skematik Story Diawali dengan percakapan Indiana dengan Sara yang menceritakan mengenai “insiden kamar mandi”. Indiana mulai memikirkan apa yang harus dijelaskannya kepada orangtuanya, apabila kedua orangtuanya mengetahui anak gadis mereka berhubungan intim tanpa ikatan pernikahan. Di tengah kebingungannya, telepon bordering. Francis menelepon dan melamarnya. Saking kagetnya Indiana sampai jatuh terjerembap di lantai. Keesokan harinya Francis mengajak Indiana bertemu orangtuanya, untuk membahas mengenai pernikahan. Semua kejutan ini dilalui Indiana dan tiba-tiba ia teringat akan mobilnya yang mogok dan masih tertinggal di basement gedung tempat ia meeting. Semantik Latar Besok Francis sudah menyiapkan makan malam bersama orangtuanya. Indiana diwajibkan dating untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan ini. Di Ming’s Wok, restoran Cina yang terkenal dengan sirip ikan hiu, sarang burung dan bebek peking. Tentu saja harganya selangit. Detil Ponselnya bordering. Indiana sebenarnya tidak bersemangat mengobrol di telepon. Dia melirik sekilas, tulisan darling di skrin teleponnya berkedip- kedip. Francis. Dengan lambat dia mengangkat ponselnya dan menekan tombol di sana. “Halo?”. Universitas Sumatera Utara “Sayang?”. “Ya, ada apa?”. “Maukah kau menikah denganku, Sayang?”. BRUK BRUK. Bruk pertama adalah bunyi ponsel Indiana yang terjatuh dari tangannya. Bunyi bruk kedua adalah bunyi kepala Indiana yang terjerembab di lantai. Semua wanita ingin menikah Apalagi menikah dengan pria seperti Francis yang mapan, pandai, berpendidikan, tampan dan pandai bercinta. Entah mengapa Sara mempunyai pendapat yang unik tentang Francis. Francis sudah menentukan tempat pernikahan mereka. Pertama harus di Hotel Shangri-La Singapore. Bintang Lima Plus. Semua akomodasi pihak keluarga Indiana akan ditanggung. Dan untuk resepsi di Indonesia, Francis menentukan di Hotel Mulia. Pesta perkawinan dua malam. Praanggapan Ehm… sekadar mengingatkan, masalah ini adalah anak gadisnya melakukan hubungan seks dengan laki- laki di kamar mandi apartemen milik adiknya. Tentu saja tanpa ada hubungan ikatan pernikahan. Indiana melirik Sara dengan ganas. “Menurutmu bagaimana setelah kejadian di kamar mandi itu?” Bab 3 Analisis Tema atau inti pesan yang ingin disampaikan adalah cerita tentang Indiana yang sedang memikirkan bagaimana caranya menjelaskan kepada orangtuanya, cerita tentang Universitas Sumatera Utara bagaimana Ibu Sara yang memergokinya sedang bercinta di kamar mandi dan tiba- tiba Francis melamarnya lewat telepon. Story diawali oleh percakapan Indiana dengan Sara yang menceritakan tentang “Insiden kamar mandi”. Indiana mulai berfikir keras tentang apa yang harus dijelaskannya kepada orangtuanya apabila kedua orangtuanya mengetahui kalau anak gadis mereka berhubungan intim tanpa ikatan pernikahan. Tiba- tiba teleponnya berdering, Francis meneleponnya dan melamarnya. Keesokan harinya Francis mengajak Indiana bertemu kedua orangtuanya untuk membahas masalah rencana pernikahan lebih lanjut. Latar yang digunakan dalam bab ini adalah sebuah restoran mewah yang sangat bergengsi dan tentunya harganya mahal. Dalam wacana ini digambarkan bahwa keluarga Francis adalah keluarga terpandang dan tentu saja kaya raya. Detil dalam wacana ini adalah bagian dimana Indiana dilamar oleh Francis melalui telepon. Dan detil yang ada juga didukung oleh praanggapan seperti yang terdapat dalam kalimat: Indiana melirik Sara dengan ganas. “Menurutmu bagaimana setelah kejadian di kamar mandi itu?” Kalimat ini diutarakan Indiana kepada Sara pada saat dia menceritakan kalau Francis melamarnya. Dalam kalimat ini tersirat kalau Indiana menerima lamaran Francis karena ada sesuatu yang telah terjadi di antara mereka. Di sini terlihat kalau wanita zaman sekarang kebanyakan suka mengambil keputusan tanpa memikirkannya masak- masak telebih dahulu. Di sini pengarang berusaha membuat seolah- olah Indiana menerima lamaran Francis karena mereka sudah pernah melakukan hubungan intim dan takut kalau kejadian itu diketahui oleh orangtua Indiana.

IV.1.4 BAB IV

Universitas Sumatera Utara EMPAT MINGGU pagi suara dering ponsel menggelegar di kamar tidur. Pukul tujuh pagi. Indiana menggosok- gosok matanya samapai merah. ”Halo?” ”Masih tidur, Sayang?” ”Just a reminder, Honey. Jangan lupa kujemput kau jam enem sore nanti. Jangan terlamabat.” Francis menelepon Indiana pagi- pagi hanya untuk mengingatkan agar tidak terlambat? Oh, dia manis sekali, bukan? Sangat perhatian. Tidak ada laki- laki yang seperti Francis. Hanya satu di antara semiliar manusia. Indiana sungguh gadis yang beruntung. Malas- malasan dia berdiri dari ranjang dan masuk ke dapur. Dapur sudah beraroma kopi. Pasti Sara sedang berada di dalam. Betul, Sara di sana. Di dalam dia sedang mengaduk- aduk laci dapur. Gadis itu menoleh ketika melihat Indiana masuk. ”Kupikir kau harus punya perancang pernikahan,” seru Sara tiba- tiba. Pelan- pelan Indiana menyiapkan kopi paginya. Aduh, matanya berat sekali. Harus dimasker dengan ketimun. Dia tidak mau matanya bengkak seperti Garfield di depan kedua orangtua Francis nanti malam. Indiana terdiam menimbang- nimbang. ”Coba di mana, Ra?” Sara mengedipkan matanya. ”Aku tahu tempat yang cocok untukmu” ”Oya? Di mana?” ”Fairy Tale Wedding Consultant” Wow, hebat. Tempat itu terkenal mahalnya. Dan sangat eksklusif. Baju- baju rancangan Paris oleh para desainer terkemuka di dunia banyak dijual di sana. Ruangan Fairy Tale Wedding Consultant tertata sangat indah. Di kiri- kanan tampak sofa bergaya modern yang terlihat empuk. Tembok dan sudut- sudut ornamen di dominasi warna peach dan putih. Lantai terpoles licin terbuat dari batu granit hijau zamrud dan krem. Lilin, lampu- lampu duduk, renda- renda, bunga- bunga, kartu- kartu, gambar malaikat tampak memenuhi detail setiap benda yang berada di ruang pameran. Indiana berjalan- jalan di sepanjang kaca pamer. Universitas Sumatera Utara Perhiasan dari manik- manik, batu- batu permata, tiara dan mutiara tampak anggun terpajang. Ada deretan sepatu mengilat seindah kaca, seperti yang dikenakan Cinderella di pesta dansa dengan sang pangeran. Sara menghampiri Indiana. ”Ra, coba lihat baju pengantin yang di sana.” Mereka berdua berjalan menuju ruangan tempat beberapa maneken dipajang. Indiana membelai- belai kerudung kepala yang jatuh terjurai di karpet berwarna peach. ”Buntutnya panjang sekali. Aku suka gaun yang seperti ini. Anggun dan klasik.” ”Kalau begitu aku harus menjaga jalanku agar tidak tersandung buntutmu.” ”Ya, kau bisa mulai belajar dari sekarang. Jalanmu kan seperti koboi.” ”Kau yang seperti koboi Eh, lihat yang di sana. Kau suka baju pengantin yang melebar di pinggang?” ”Ra, apa aku pakai kebaya pengantin saja, ya?” ”Kau tidak cocok pakai kebaya- kebayaan. Panggulmu seperti bus tingkat.” ”Sembarangan ngomong” Tiba- tiba terdengar suara deham di samping mereka. ”Selamat siang, nama saya Anastasia. Saya perancang pernikahan profesional dengan pengalaman tujuh tahun di dalam dan luar negeri. Saya yang akan membantu… nona?” ”Saya Sara,” kata Sara memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya. ”Ini sepupu saya, Indiana. Dia yang akan menikah.” ”Luar biasa Selamat, Indiana Selamat” kicaunya gembira. ”…dengan siapa?” Indiana tergagap. Anastasia rupanya bertanya kepadanya. Wajahnya yang seperti matahari pagi menyemburkan berjuta- juta volt listrik menatap Indiana. Mendadak gadis itu seperti kepanasan. ”Namanya Francis.” ”Francis Elison Marijono.” Tiba- tiba Sara memotong. ”Marijono dari Grup Marijono Enterprise.” Mulut Anastasia membeku, lalu bibir bergincu merah tua itu terbuka lebar. Sesaat Indiana mengira wanita ini terkena epilepsi. ”Saya tidak tahu Francis akan menikah.” Indiana berusaha mengerti. Orangtua calon suaminya adalah public figure. Ibu Francis sendiri sangat terkenal karena aktif dalam mempromosikan perhiasan- perhasan lokal Indonesia ke luar negeri. Universitas Sumatera Utara Sementara ayahnya… Indiana tidak sanggup membayangkan betapa besar pengaruh ayah Francis di mana- mana. ”Kau sangat pantas menjadi istrinya,” cerocos Anastasia sambil memandangi Indiana dari atas ke bawah. Bolak- balik seperti setrika. Indiana mengangguk sopan. ”Hebat Pasti akan menjadi pesta pernikahan terbesar yang tidaka akan terlupakan.” Dengan lembut Anastasia menggamit lengan Indiana. ”Yuk, kita masuk ke ruang pribadi saya. Kita bisa coba gaun mana yang kausuka.” Mulanya Indiana sedikit ragu. Tapi setelah tiba di ruang pribadi Anastasia, matanya terbelalak menatap deretan gaun indah yang terpajang rapi. Pikirannya segera melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Indiana mematut- matut diri di depan cermin besar. ”Nah Bagaimana dengan yang sekarang? Kau terlihat sangat langsing, Indi.” Betul, betul sekali. Akhirnya Indiana bisa mengakui bahwa Anastasia memang pantas sebagai perancang pernikahan. Wanita itu mempunyai mata yang sangat awas. Dia dapat dengan mudah mengidentifikasi gaun- gaun yang pas di tubuh Indiana. Bukan hanya pas, tapi menonjolkan kecantikan Indiana. ”Kau mau simpan yang ini juga?” tanya Sara. Nada suaranya terdengar bosan. Indiana mengangguk penuh semangat. ”Yang ini cantik sekali. Pinggangku terlihat ramping sekali.” ”Juga yang di sana. Dan yang di situ.” Sara menunjuk- nunjuk jajaran gaun yang ditempatkan terpisah. ”Kalau yang itu, kulitmu terlihat lebih putih. Yang itu, lehermu kelihatan lebih jenjang. Dan yang satu itu, dadamu kelihatan lebih besar.” ”Berapa gaun yang sudah kucoba, Ra?” ”Dua puluh tujuh.” ”Berapa gaun yang disimpan untuk dicoba lebih lanjut?” ”Dua puluh tujuh.” Indiana membuang nafas dalam- dalam. ”Aduh Mengapa susah sekali memilih satu saja ya?” ”Ngomong- ngomong, jam berapa sekarang, Ra?” ”Lima kurang seperempat.” Indiana berdiri terpaku di tempat. Astaga Francis Dia ada janji makan malam jam enam sore ”Ra, kita harus pulang sekarang” Universitas Sumatera Utara Lima kurang seperempat. Semoga jalanan tidak macet. Indiana setidaknya membutuhkan tiga puluh menit untuk mandi dan berdandan. Tiga puluh menit saja sampai rambutnya kering dan bedaknya rapi terpoles di wajah. ”Sara, cepat kebut” ”Ini sudah maksimal, Ndi. Aku tidak ingin mati konyol di jalan raya karena kecelakaan.” Indiana mengerutkan tubuhnya. Jantungnya berdebar- berdebar kencang. Jangan sampai dia belum siap jika Francis menjemputnya Mobil berbelok perlahan ke arah kiri. Kecepatan 25 km per jam. Ciiitt GUBRAK Indiana tidak bisa melihat apa- apa karena kejadiannya begitu cepat. Ada bajaj membelok dan menabrak bumper depan mobil Sara. ”Ra Kau nggak apa- apa?” tanya Indiana panik. ”Aku nggak apa- apa. Kau, Ndi?” ”Aku juga nggak apa- apa.” Indiana mengusap- usap dadanya dengan lega. Jantungnya masih bergemuruh karena terkejut. Mobil perlahan- lahan meluncur mendekati gedung parkir apartemen. Indiana tiba di lantai 19. Rambutnya berantakan tergerai dan kerah kausnya terlipat. Dia belum bisa mengatur nafasnya ketika dilihatnya seorang laki- laki sedang berdiri memunggunginya persis di depan pintu apartemen Sara. Lelaki itu sedang mengetuk pintu ”Francis…,” katanya gemetar sambil membuka pintu. Tanpa terasa matanya mulai berkaca- kaca. ”Kau kenapa?” tanya Francis ketika mereka berdua sudah di dalam apartemen. Dia berdiri berhadapan dengan Indiana. Tubuhnya yang menjulang tinggi begitu mengintimidasi Indiana. Tiba- tiba gadis itu merasa sedih sekali. ”Kami… kami… kecelakaan, katanya tergagap. Mobil Sara menabrak bajaj.” ”Apa, kau nggak apa- apa?” Indiana menggeleng. Tangan Francis menyapu pipinya dan membelai- belai rambutnya. ”Ya sudah. Jangan cengeng dong, Sayang. Sana buruan mandi. Aku tunggu kau di sini.” Jangan cengeng? Tidak ada kecupan atau pelukan. Tidak ada kata- kata lembut. Dengan lemas Indiana berputar. Indiana menyeret kakinya ke dalam kamar mandi. Di dalam sana, dia terduduk di toilet. Lalu tanpa bisa ditahan, air matanya berlinang turun. Universitas Sumatera Utara Seperti inikah hidup yang akan dipilihnya? Tabel IV.1.4 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB IV Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Sara menawarkan Indiana untuk pergi ke perancang pernikahan. Sesampainya disana Indiana keasikan mencoba berbagai gaun pengantin dan tidak sadar kalau ia mempunyai janji makan malam dengan orangtua Francis. Indiana kalang kabut sampai akhirnya mobil yang dikendarai Sara menabrak bajaj. Skematik Story Diawali pada hari minggu pagi, Francis membangunkan Indiana lewat telepon. Ketika bertemu dengan Sara di dapur, Sara mengusulkan agar Indiana pergi ke perancang pernikahan. Awalnya Indiana ragu, tapi akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti saran Sara dan pergi ke Fairy Tale wedding consultant. Karena terlalu asyik mencoba berbagai gaun pengantin yang ada disana, Indiana sampai lupa ia mempunyai janji makan malam dengan orangtua Francis. Akhirnya mereka terburu-buru pulang, sehingga mobil yang dikendarai menabrak bajaj. Ketika Indiana sampai ke apartemennya, ia mendapati Francis sudah menunggu di depan pintu apartemennya. Indiana merasa sangat ketakutan dan mulai menangis. Tetapi reaksi Francis pada saat melihat Indiana menangis dan ketakutan tidaklah seperti yang ia harapkan. Indiana berfikir apakah seperti ini kehidipan yang akan dijalaninya. Semantik Latar Ruangan Fairy Tale Wedding consultant tertata sangat indah. Di kiri- kanan tampak sofa bergaya modern yang terlihat empuk. Tembok dan sudut- sudut ornament didominasi warna peach dan putih. Lantai terpoles licin terbuat dari batu granit hijau zamrud dan krem. Lilin, lampu- lampu duduk, renda- renda, bunga, kartu- Universitas Sumatera Utara kartu, gambar malaikat tampak memenuhi detail setiap benda yang berada di ruang pameran. Detil Dengan lembut Anastasia menggamit tangan Indiana. “Yuk, kita masuk ke ruang pribadi saya. Kita bias coba gaun mana yang kau suka. ”. Mulanya Indiana sedikit ragu. Tapi setelah tiba di ruangan pribadi Anastasia, matanya terbelalak menatap deretan gaun indah yang terpajang rapi. Pikirannya segera melupakan kejadian yang baru saja terjadi. “Kau mau simpan yang ini juga?” Tanya Sara. Nada suaranya terdengar bosan. Indiana mengangguk penuh semangat. “Yang ini cantik sekali. Pinggangku terlihat ramping sekali.”. “Juga yang di sana. Dan yang di situ.” Sara menunjuk- nunjuk jajaran gaun yang ditempatkan terpisah. “Kalau yang itu, kulitmu terlihat lebih putih. Yang itu, lehermu kelihatan lebih jenjang. Dan yang satu itu, dadamu kelihatan lebih besar.”. “Berapa gaun yang sudah kucoba, Ra?”. “Dua puluh tujuh.”. “Berapa gaun yang disimpan untuk dicoba lebih lanjut?”. “Dua puluh tujuh.”. Indiana membuang nafas dalam- dalam. “Aduh Mengapa susah sekali memilih satu saja ya?” Maksud Indiana menyeret kakinya ke dalam kamar mandi. Di dalam sana, dia terduduk di toilet. Lalu tanpa bias ditahan, air matanya berlinang turun. Seperti inikah hidup yang akan dipilihnya? Praangapan “Fairy Tale Wedding Consltant”. Wow, hebat. Tempat itu terkenal mahalnya. Dan sangat eksklusif. Baju- baju rancangan Paris oleh para desainer terkemuka di dunia banyak dijual di sana. Retoris Metafora “Kau tidak cocok pakai kebaya- kebayaan. Panggulmu besar seperti bus tingkat.” Bab 4 Analisis Tema dalam wacana ini adalah ketika Sara menawarkan kepada Indiana untuk pergi ke perancang pernikahan dan mencoba beberapa baju pengantin yang ada di sana, dan tidak sadar kalau dia ada janji untuk makan malam dengan orangtua Francis. Indiana menjadi kalang kabut, sampai akhirnya mobil yang dikendarai Sara menabrak bajaj. Universitas Sumatera Utara Terdapat banyak unsur skematik dalam wacana ini, diantaranya adalah adanya unsur praanggapan yang terlihat dalam kalimat berikut: “Fairy Tale Wedding Consltant”. Wow, hebat. Tempat itu terkenal mahalnya. Dan sangat eksklusif. Baju- baju rancangan Paris oleh para desainer terkemuka di dunia banyak dijual di sana Para wanita di zaman sekarang, apalagi yang hidup dengan label wanita metropolis tentunya sangat berkiblat pada tren- tren budaya barat. Tidak terkecuali dalam hal busana. Dalam wacana ini, pengarang ingin menunjukkan betapa prestisnya apabila seorang wanita yang ingin menikah mengunjungi perancang pernikahan yang eksklusif dan dengan harga yang sangat mahal, dan juga membeli baju- baju rancangan dari perancang- perancang terkemuka di dunia. Ada juga elemen maksud yang diperlihatkan dalam kalimat: Indiana menyeret kakinya ke dalam kamar mandi. Di dalam sana, dia terduduk di toilet. Lalu tanpa bias ditahan, air matanya berlinang turun. Seperti inikah hidup yang akan dipilihnya? Elemen maksud dalam kalimat ini menunjukkan bahwa sebenarnya Indiana meragukan tentang keputusannya menerima lamaran dari Francis untuk menikah dengannya. Di sini terlihat kalau karakter wanita dalam wacana ini mempunyai sifat yang masih sangat labil dan masih suka merasakan ketidak yakinan akan keputusan yang di ambilnya, walaupun itu adalah salah satu keputusan yang besar dan pasti akan mengubah jalan hidupnya kedepan. Wacana ini juga di dukung oleh elemen retoris, yaitu metafora yang ditunjukkan dalam kaliamat: “Kau tidak cocok pakai kebaya- kebayaan. Panggulmu besar seperti bus tingkat.” Kalimat ini diucapkan oleh Sara kepada Indiana ketika Indiana mengutarakan niatnya memakai kebaya pada saat dia menikah. Kalimat ini juga menunjukkan kalau para wanita Universitas Sumatera Utara zaman sekarang sudah tidak terlalu memikirkan kata- kata yang harus diucapkannya. Mereka tidak malu untuk menggunakan istilah- istilah yang tidak enak di dengar dan cenderung bicara asal- asalan dan spontan.

IV.1.5 BAB V LIMA

MEREKA tiba pukul tujuh lewat sepuluh. Terlambat sepuluh menit dari yang dijanjikan. Francis memarkir kendaraannya, Mercedes convertible dua pintu dan mematikan mesin mobil Indiana merasakan gejolak di dalam perutnya. Walau sudah beberapa kali bertemu dengan orang tua Francis, dia selalu merasakan kecemasan yang sama setiap saat. Tapi kali ini gejolak itu lebih hebat. Mungkin karena situasinya lebih berbeda? Indiana tidak tahu. Ternyata kedua orang tua Francis belum tiba. Mereka menempati ruangan tersendiri dengan meja bundar dan sekeranjang karangan bunga yang terletak di tengah- tengahnya. ”Mau pesan minum?” ”Minta menu red wine.” Kebiasaan gaya makan Francis ini akhirnya membuatnya terbiasa mencicipi minuman beralkohol. Bersama Francis, dia mengenal banyak hal. Hanya saja dia tidak pernah tahu apakah dia menikmati hal- hal itu. Benarkah? Indiana meragukannya. Oh. Mereka datang. Ibu Francis mengenakan baju terusan pendek berwarna lembayung. Di lehernya tersemat bros dengan taburan permata. Dari jauh Indiana sudah bisa melihat betapa mahalnya jam tangan yang melilit pergelangan tangannya. Ayah Francis tiba dengan baju polonya yang tersetrika rapi sekali sampai ke lipitan kerahnya. Rambutnya memutih sebagian tapi telihat tetap fit dan tegap. Kedua orangtua Francis, Oom Lukas dan Tante Sophia, duduk di kedua kursi yang tersedia bagi mereka. Universitas Sumatera Utara Dengan cepat mereka berembuk untuk memesan makanan. Ketika para pramusaji selesai dengan pesanan mereka, Indiana merasa kedua mata Oom Lukas dan Tante Sophia mulai terarah padanya. ”So Mama dengar kalian ingin menikah” Tante Sophia yang memulai pembicaraan. Sambil berkata demikian, matanya mengerling ke arah Indiana. Indiana mengangguk. ”Ya,” kata Francis. ”Kenapa?” Indiana tergagap, walaupun pertanyaan itu tampaknya tidak ditujukan pribadi kepada dirinya. ”Saya pikir kami telah siap menikah,” jawab Francis tenang. Ya, betul. Itu jawaban yang benar. Seratus buat Francis Makanan pertama tiba. Sup sirip ikan hiu dengan telur kepiting. Suasana tiba- tiba menjadi kaku. ”Frans, ada hal penting yang Papa ingin diskusikan denganmu.” Oom Lukas meletakkan sumpitnya di atas mangkuk nasi. Dengan cepat dia mengelap mulutnya dengan cekatan. Oom Lukas berhenti sebentar untuk mengamat- amati Francis. Indiana melirik Francis diam- diam tapi tidak berhasil membaca raut wajahnya. Air muka Francis adalah air muka yang tidak dapat diprediksi. Air muka pemain poker kata Sara. ”Ini mengenai perjanjian pra- pernikahan yang harus kau tandatangani bersama Indiana.” Mungkin ini adalah puncak bom malam ini karena wajah Francis tiba- tiba bereaksi keras. Belum pernah Indiana melihat emosi yang begitu kuat menghambur keluar. Francis yang selalu dingin dan terkendali kali ini tampak tidak mampu mengontrol dirinya. Tapi, sebenarnya apa yang terjadi? Indiana tidak mengerti. ”Papa” bentak Francis. ”Apakah perjanjian pra- pernikahan itu?” tanya Indiana cepat- cepat sebelum dia ketinggalan kereta. ”Perjanjian pra- pernikahan adalah perjanjian atas nama hukum yang dibuat sebelum pasangan itu menikah. Kedua belah pihak membawa harta kekayaannya masing- masing dan tidak dapat mencampurkannya. Jadi, apabila terjadi perceraian, pihak satu tidak berkewajiban memberikan harta yang bersangkutan kepada pihak yang lain,” kata Tante Sophia menjelaskan. ”Kurang- lebih seperti itu.” Universitas Sumatera Utara Sambil berkata- kata seperti itu, dia mengambil map besar dan menyodorkannya kepada Indiana. Indiana duduk membeku. Dia seperti tertembak tepat di dada. Perlahan- lahan ada angin dingin masuk ke dalam tubuhnya, mulai dari kakinya merayap sampai ke wajahnya. Map itu tergeletak di atas meja. ”Tentu saja maksudnya bukan Tante mengharapkan terjadi perceraian di antara kalian. Tentu tidak. Tapi sehubungan dengan kekayaan pribadi dan perusahaan Oom dan Tante yang pasti akan jatuh kepada Frans, maka perjanjian ini dibuat untuk melindunginya.” ”Tante kira saya… bermaksud menukahi Francis… dan kemudian bercerai… untuk… untuk… mengambil uangnya?” ”Tentu tidak seperti itu. Perjanjian ini sangat standar bagi banyak anak- anak pengusaha besar yang hendak menikah.” Indiana menatap lurus- lurus ke arah Tante Sophia. Matanya semakin berkaca- kaca. ”Saya pikir itu tidak perlu dilakuka, Ma,” kata Francis memotong. Nada bicaranya masih terdengar shock. ”Kami tidak akan bercerai.” ”Kalau kau yakin tidak akan bercerai, lalu mengapa takut menandatanganinya, Frans? Toh kau tidak kehilangan apa- apa.” ”Ini bukan masalah takut ataupun tidak takut. Apa pun kata Mama, saya tidak mau menandatanganinya Perjanjian itu tidak akan sah apabila saya menolak menandatanganinya” Indiana mendongak. ”Saya akan menandatanganinya.” ”Aku akan menandatanganinya, Francis.” Indiana menoleh memandang Francis dengan tenang. Dia tidak tahu dari mana kata- kata tenang itu berasal. ”Orangtuamu mungkin benar. Mungkin perjanjian itu untuk melindungi kita berdua. Aku akan menandatanganinya.” ”Saya tanda tangan Saya tanda tangan Semua yang Tante dan Oom mau Saya tanda tangan” Dia gemetaran. Tulisan tangannya menjadi kabur tak terkendali karena air mata yang mengganggu penglihatannya. Dengan membabi buta, indiana membuka helai demi helai perjanjian tersebut sambil menggoreskan tanda tangannya di mana- mana. Oh, betapa dia benci perjanjian brengsek ini. ”Nah” serunya sambil melempar setumpuk kertas itu ke atas meja. ”Selesai Silakan ambil. Maaf, sekarang saya harus pamit pulang. Terima kasih atas makan malamnya, Oom dan Tante. Sangat senang bisa bertemu malam ini.” Universitas Sumatera Utara Dengan langkah- langkah cepat, Indiana meninggalkan ruang makan. Air mata mulai mengaburkan pandangannya. Indiana berlari ke kamar kecil wanita dan mendorong pintunya, lalu masuk dan mulai menangis tersedu- sedu di depan wastafel. Dia mendengar pintu ayun kamar kecil terbuka ”Sayang?” ”Kenapa kau melakukannya?” tanya Francis setelah beberapa detik berdiam diri. ”Sayang, dengarkan. Aku minta maaf kalau orangtuaku membuatmu merasa seperti ini,” kata Francis melembut. Dia melangkah mendekati Indiana. ”Ya, kau punya hak untuk merasa sedih dan tersinggung. Itu sangat manusiawi dan aku mengerti perasaanmu.” Francis menyentuh pipi Indiana. ”Tapi meninggalkan meja tergesa- gesa, seperti yang kau lakukan tadi adalah tindakan yang… sedikit tidak bijaksana. Mari masuk kembali, Sayang. Beri kesempatan sekali lagi kepada orangtuaku. Akan kukatakan pada mereka bahwa kau tadi sangat terkejut sehingga perlu waktu untuk mengendalikan diri.” Hati Indiana melemah. Yah, demi Francis dia akan kembali masuk ke dalam restoran. Francis menggenggam tangan Indiana dan meremasnya lembut. Indiana menutup matanya, berusaha menanamkan ingatan itu selama- lamanya. Francis menggandeng tangannya dan bersama- sama mereka berjalan keluar dari kamar kecil wanita. Tabel IV.1.5 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB V Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Indiana bertemu dengan kedua orang tua Francis , di sebuah restoran mewah untuk makan malam sambil membicarakan rencana pernikahan mereka. Skematik Story Dimulai saat Indiana tiba di restoran. Suasana mulai tegang saat orang tua Francis menanyakan apakah Indiana adalah istri yang tepat bagi Francis. Dilanjutkan dengan masalah perancang pernikahan,anak dan sebagainya. Keadaan menjadi semakin tidak menentu ketika orang tua Francis memintanya untuk menandatangani surat perjanjian pranikah. Francis menolak menandatanganinya, tetapi Indiana merasa mendapat tekanan dari Universitas Sumatera Utara orang tua Francis, akhirnya ia pun menandatanganinya dan berlari ke kamar mandi untuk menangis. Komentar “Tentu tidak seperti itu. Perjanjian ini sangat standar bagi banyak anak- anak para pengusaha besar yang hendak menikah.” Semantik Detil Mungkin ini adalah puncak bom mala mini karena wajah Francis tiba- tiba bereaksi keras. Belum pernah Indiana melihat emosi yang begitu kuat menghambur keluar. Francis yang selalu dingin dan terkendali kali ini tampak tidak mampu mengontrol dirinya. Tapi, sebenarnya apa yang terjadi? Indiana tidak mengerti. Maksud Bersama Francis, dia mengenal banyak hal. Hanya saja dia tidak pernah tahu apakah dia menikmati hal- hal itu. Benarkah? Indiana meragukannya. “Tentu tidak seperti itu. Perjanjian ini sangat standar bagi banyak anak- anak para pengusaha besar yang hendak menikah.” praanggapan “apakah perjanjian pra-pernikahan itu?” Tanya Indiana cepat- cepat sebelum dia ketinggalan kereta. “Perjanjian pra-pernikahan adalah perjanjian atas nama hukum yang dibuat sebelum pasangan itu menikah. Kedua belah pihak membawa harta kekayaanya masing- masing dan tidak dapat mencampurkannya. Jadi, apabila terjadi perceraian, pihak satu tidak berkewajiban memberikan harta yang bersangkutan kepada pihak yang lain,” kata Tante Sophia menjelaskan. “Kurang lebih seperti itu.” Bab 5 Analisis Tema yang diangkat dalam wacana ini adalah ketika Indiana bertemu dengan kedua orangtua Francis, di sebuah restoran mewah untuk makan malam sambil membicarakan rencana perkawinan mereka. Universitas Sumatera Utara Jika topik menunjukkan makna umum dari suatu wacana, maka struktur skematis atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari teks. Bentuk wacana umum itu disusun dalam alur yang dimulai dari saat Indiana tiba di restoran tempat dia berjanji makan malam dengan orangtua Francis, suasana berubah tegang saat orangtua Francis menanyakan apakah Indiana adalah wanita yang tepat untuk menjadi istri Francis. Keadaan makin tidak menentu ketika orangtua Francis menyuruh mereka menandatangani surat perjanjian pra pernikahan. Francis menolak menandatanganinya, tetapi Indiana merasa mendapat tekanan dari orangtua Francis, akhirnya dia pun menandatangani surat itu dan berlari ke kamar mandi untuk menangis sejadi- jadinya. Dalam wacana ini, unsur skematis juga didukung dengan komentar yang berbunyi: “Tentu tidak seperti itu. Perjanjian ini sangat standar bagi banyak anak- anak para pengusaha besar yang hendak menikah.” Komentar ini sangat- sangat mendukung dalam menonjolkan unsur- unsur gaya hidup yang dianut oleh banyak kalangan berada di kota- kota metropolitan saat ini. Pengarang sebisa mungkin menunjukkan kepada pembaca bahwa tidak menjadi masalah menandatangani perjanjian pra-pernikahan agar jika terjadi perceraian, kedua belah pihak tidak akan memperebutkan masalah harta gono- gini. Inti dari detil wacana ini adalah ketika kedua orangtua Francis menyuruh mereka berdua menandatangani surat perjanjian pra- pernikahan yang tidak disetujui oleh Francis, sehingga menimbulkan pertengkaran dengan kedua orangtuanya, akhirnya Indiana mengambil keputusan untuk menandatangani surat itu karena merasa mendapat tekanan dari calon mertuanya. Pada masing- masing elemen terlihat kesinkronan untuk membuat wacana ini benar- benar hidup.

IV.1.6 BAB VI ENAM

Universitas Sumatera Utara INDIANA terbangun keesokan peginya karena ada sesuatu di sebelahnya yang bergerak. ”Halo, Sayang. Selamat pagi.” Mata Indiana terbuka. Wajah Francis sedang menatapnya dari atas. Indiana tersenyum samar- samar lalu menutup matanya kembali. ”Hmmm….” Gumamnya malas. Sambil berusaha duduk terhuyung- huyung, dalam hati Indiana berusaha mengingat- ingat kronologi kejadian semalam. Ya. Dia dan orangtua Francis bertemu, lalu pertengkaran itu dan gencatan senjata. Malamnya Francis mengantar dia pulang ke apartemen. Satu hal menyusul hal yang lain, akhirnya Francis menginap semalam di kamar Indiana. Indiana melangkah ke kamar mandi dan menyalakan pancuran dan segera saja air hangat mengalir keluar membasahi rambutnya. Ah, segarnya. Seharusnya hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan dan penuh harapan. Dia akan menikah dan tepat hari ini adalah hari ulang tahunnya di perusahaan. Selesai mandi, Indiana bergegas merapikan diri. Francis sudah bersih dan keren walau dengan baju yang dipakainya kemarin. ”Kuantar kau sampai ke kantor,” kata Francis. Indiana berjalan dengan langkah ringan menuju ruang kantornya. Lalu Indiana menyapa beberapa orang yang lalu- lalang di depannya dan segera berbelok ke kiri menuju tempat kerjanya. Di depan bilik kerja Karen, dia berhenti. ”Karen, assalamualaikum” kata Indiana sambil mengetok ujung meja Karen. ”Hai, Ndi.” ”Katanya kau akan dipindahkan kembali ke Divisi Rekrutmen. Divisi Riset sudah tidak membutuhkanmu lagi.” ”Kenapa?” ”Mereka mengambil satu orang baru untuk di Divisi Riset. Besok adalah hari pertamanya.” ”Oh, syukurlah,” kata Indiana. ”Rasa- rasanya Pak Indra juga sudah kesal karena ketidakmampuanku sebagai konsultan manajemen.” ”Ah, tidak juga, Ndi. Kau kelihatan hebat kok. Menguasai materi.” Indiana ingin tertawa terbahak- bahak mendengarnya. Dia? Menguasai materi? ”Tulisan- tulisanmu untuk persiapan rapat sangat bagus.” Universitas Sumatera Utara Dalam sedetik Indiana ingin membusungkan dadanya, tapi ketika teringat tulisan- tulisan untuk materi rapat hanya disalin dari buku-buku di perpustakaan perusahaan, dia menjadi lemas seperti balon kempis. Ngomong-ngomong soal menikah, Indiana lupa memberitahu Karen tentang pernikahannya. “ Ehm, Karen. Ada yang lupa kuberitahukan padamu.” “ Apa?” “Aku akan menikah” Mulut Karen ternganga, lalu dua detik berikutnya kepala gadis itu menghilang dari balik pembatas bilik. Jam delapan tiga puluh lima. Mengapa waktu berlalu lambat sekali ? pagi ini saja Indiana sudah diserang virus bosan. Apa ya… apa ya…apa yang harus dia lakukan untuk mengulur-ulur waktu ? dia berpikir-pikir sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Hmm…hm.. OYA Membeli kopi di cafe kecil lantai 1 gedung. Dan sekalian jalan-jalan di lantai 5, tentu saja Kata Karen ada cowok cakep di sana. Ini alasan yang tepat untuk membuang-buang waktu pagi hari. Indiana bergegas mengambil dompet kecilnya dan berdiri. “Indiana” Dia berhenti bergerak. Dilihatnya pak Indra melambaikan tangan ke arahnya dari ruang kerja. “Bapak memanggil saya?”. Pak Indra mengangguk “ Tolong tutup pintunya Indiana”. Setelah menutup pintu, Indiana berbalik dan menarik kursi untuk duduk di depan pak Indra. “Saya akan mengirimmu ke Balikpapan minggu depan.” Indiana terpana. Sejenak dia seperti tertampar mendengarnya. Benar Benar sekali Astaga, betapa bodohnya dia Tentu saja dia harus selalu bersikap profesional. Kalau ada tugas menuntut, ke mana pun jauhnya Indiana akan pergi. Ke Tibet sekalipun, akan dia kejar. Gunung Everest pun akan ia daki. Demi tugas, dia, sebaagi head hunter, akan pergi sampai ke ujung langit. “Ya, Pak” serunya tegap. Dia akan membuktikan bahwa dia mampu. Di adalah gadis metropolitan yang sangat mandiri. Tentu saja dia bisa melakukan apa saja. Sebagai wanita karir, setiap kesempatan harus segera diintai dan disergap, bukannya malah lari terbirit-birit. Balikpapan? Ah kecil. Universitas Sumatera Utara Tabel IV.1.6 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB VI Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Cerita tentang hari yang dilewati Indiana dari pagi, hingga semua yang dialaminya di kantor. Skematik Story Dimulai saat Indiana terbangun di pagi hari dan melihat Francis di sebelahnya. Karena berbagai hal Francis memutuskan untuk menginap di apartemen Indiana. Dilanjutkan dengan perjalanan Indiana ke kantor. Di perjalanan Francis menyuruhnya untuk menjual mobilnya. Setibanya di kantor ternyata ia telah ditunggu oleh setumpuk pekerjaan dan tiba-tiba ia dikagetkan oleh penugasan dirinya ke Balikpapan, serta tidak adanya kenaikan gaji padahal ia sudah setahun bekerja. Semantik Detil Sambil berusaha duduk terhuyung- huyung, dalam hati Indiana berusaha mengingat- ingat kronologi kejadian semalam. Ya. Dia dan orangtua Francis bertemu, lalu pertengkaran itu dan gencatan senjata. Malamnya Francis mengantar dia pulang ke apartemen. Satu hal menyusul hal yang lain, akhirnya Francis menginap semalam di kamar Indiana. Maksud Indiana ingin tertawa terbahak- bahak mendengarnya. Dia? Menguasai materi?. “Tulisan- tulisanmu untuk persiapan rapat sangat bagus.”. Dalam sedetik Indiana ingin membusungkan dadanya, tapi ketika teringat tulisan- tulisan untuk materi rapat hanya disalin dari buku- buku di perpustakaan perusahaan, dia menjadi lemas seperti balon kempis. Praanggapan Apa ya… apa ya… apa yang harus dia lakukan untuk mengulur- ulur waktu? Dia berpikir- pikir sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Hmm… hm… OYA Membeli kopi di café kecil lantai satu gedung. Dan sekalian jalan- jalan di lantai lima, tentu saja Kata Karen ada cowok cakep di sana. Ini alasan yang tepat untuk membuang- buang waktu di pagi hari. Sintaksis Koherensi Indiana terpana. Sejenak dia seperti tertampar mendengarnya. Universitas Sumatera Utara Benar Benar sekali Astaga, betapa bodohnya dia Tentu saja dia harus selalu bersikap professional. Kalau ada tugas menuntut, ke mana pun jauhnya Indiana akan pergi. Ke Tibet sekalipun, akan dia kejar. Gunung Everest pun, akan dia daki. Demi tugas, dia, sebagai head hunter, akan pergi sampai ke ujung langit. “Ya, Pak” serunya tegap. Dia akan membuktikan bahwa dia mampu. Dia adalah gadis metropolitan yang sangat mandiri. Tentu saja dia bisa melakukan apa saja. Sebagai wanita karier, setiap kesempatan harus segera diintai dan disergap, bukannya malah lari terbirit- birit. Balikpapan? Aaah, kecil. Bab 6 Analisis Topik yang diangkat dalam wacana ini adalah cerita tentang hari yang dilewati Indiana dari mulai bangun tidur, berangkat ke kantor. story dimulai ketika Indiana bangun tidur di pagi hari. Berangkat ke kantor di antar oleh Francis, setibanya di kantor dia disibukkan oleh berbagai pekerjaan kantor yang sudah menunggunya serta secara tiba- tiba bosnya menugaskannya berangkat ke Balikpapan untuk urusan kantor. Dimensi semantik disini dapat dilihat dari elemen detil, maksud dan praanggapan. Detil yang diungkapkan oleh pengarang menunjukkan kalau ketika Indiana bangun tidur pada pagi hari, dia berusaha mengingat kejadian apa yang dialaminya pada malam sebelumnya dan karena kejadian itu sampai Francis menginap di kamarnya. Dalam detil ini, kita bisa melihat kalau pada zaman sekarang, para perempuan sudah tidak sungkan lagi membawa masuk laki- laki yang belum punya hubungan ikatan perikahan dengannya untuk diajak bermalam di rumahnya. Hal ini dikarenakan, para wanita di zaman sekarang terutama yang hidup di kota metropolitan banyak meniru gaya hidup wanita barat yang sering tinggal serumah dengan pasangannya tanpa ada ikatan pernikahan. Universitas Sumatera Utara Kemudian maksud dan praanggapan yang lengkap serta panjang dan lebar sehingga membentuk satu kesatuan yang membuat wacana tersebut tampak seimbang dan sangat koheren.

IV.1.7 BAB VIII DELAPAN

TANTE Sophia meminta Indiana untuk menemaninya menghadiri acara malam pengumpulan dana yang disponsori olehnya. Tentu saja permintaan itu diajukan bukan kepadanya langsung, melainkan melalui Francis. Jam tujuh malam. Di Hotel Dharmawangsa. Pakaian rapi dan resmi. Indiana duduk di lobi hotel dengan perasaan campur baur antara tegang dan cemas. Francis tidak bisa menemaninya. Sekarang hanya dirinya dan Tante Sophia. Indiana mengenakan gaun malam bertali di bahu berwarna cokelat muda dengan selendang yang berwarna senada. Rambutnya disanggul ke atas. ”Indiana.” Dia menoleh. Tante Sophia berdiri di sampingnya dengan penuh gaya dan elegan, tampak menjulang dan bersinar- sinar seperti mercu suar. Bajunya dari kebaya yang dibordir bunga- bunga kecil berwarna biru muda. Sepatu dan tas tangannya dengan logo Gucci berwarna senada. Di telinganya ada sepasang anting intan berkilau terpantul cahaya lampu hotel. Wangi parfumnya yang sangat manis menerjang penciuman Indiana. ”Selamat malam, Tante,” kata Indiana sambil berdiri dengan sedikit gugup. Ditekannya perasaan kacau yang sejak di kantor sudah menganggunya. ”Malam, Indiana,” jawabnya singkat. ”Ayo kita masuk, acara sebentar lagi dimulai.” ”Tante harus duduk di depan sana sebagai penyelenggara. Kau cari duduk di sana saja,” bisiknya menginstruksikan Indiana. Dagunya menunjuk beberapa tempat kursi yang masih kosong, lalu dengan gemulai dia berjalan ke depan. Dengan patuh Indiana mencari kursi kosong. ”Maaf, apakah kursi ini tidak terisi?” tanyanya sopan kepada seorang wanita tua berpakaian sangat rapi yang sedang duduk di pojok. ”Oh, ya. Kosong. Silahkan,” jawab wanita tua itu dengan senyum sopan. ”Nama saya Indiana,” katanya dengan sopan. ”Saya biasa dipanggil Indi.” Universitas Sumatera Utara Wanita tua itu tersenyum lembut. Diulurkan tangannya yang keriput kepada Indiana. Dia menggenggamnya erat- erat. Terasa kehangatan yang mengalir melalui sentuhan itu. Di jari manisnya ada cincin berbatu mirah. ”Kalau untukmu, panggil saya Oma Emma.” Indiana menahan nafas ketika dengan anggun dan gemulai Tante Sophia berjalan menaiki mimbar. Dari sudut sini, Indiana dapat dengan puas mengamati gerak- gerik Tante Sophia yang penuh percaya diri membuka acara lelang. ”…Selamat menawar dan jangan lupa, setiap lima puluh persen barang yang terjual akan disumbangkan kepada rumah- rumah panti asuhan yang para pengasuhnya sudah berkumpul di sini, dan sebagian lagi akan diberikan kepada para korban banjir dan Bapak Gubernur akan menerima uangnya secara simbolis. Terima kasih.” ”Selanjutnya saya persembahkan Lot nomor dua. Jam tangan desainer produksi tahu 1975. Saya mulai dengan harga dua puluh lima juta.” Di sebelah Indiana, si Oma mendesis. ”Wah, Oma mau yang ini. Oma punya koleksi jam tangan. Tolong angkat nomor Oma ya, Indi?” Indiana mengambil plastik berbentuk kipas yang tertera nomor Oma: tujuh puluh dua. Indiana mengangkat nomor itu. Indiana menurunkan plastik kipasnya. Dahinya keringatan. Ini baru pertama kali dalam hidupnya dia melakukan penawaran. Rasanya hebat juga. Tiba- tiba dia merasa dirinya penting sekali. Wow. Ini keren juga. Dia, Indiana, berhasil menawar jam tangan seharga dua puluh tujuh juta Oma Emma menoleh kepadanya dan memberikan senyum hangatnya. ”Terima kasih. Indi jago menawar juga rupanya.” ”Sering menawar baju di Mangga Dua, Oma.” Mereka berdua tertawa. ”Lot 168. Sebuah masterpiece yang tiada bandingnya. Jam tangan ini bukan dikenakan di tangan melainkan di kaki. Saya mulai dengan harga dua puluh lima juta.” ”Dua puluh enam” Indiana menoleh sekelebat kepada Oma Emma. Tampaknya Oma setengah tertidur. Mungkin beliau lelah. Tapi Indiana bertekad untuk mendapatkan jam itu ”Dua puluh tujuh juta” Indiana berkata lantang. ”Tiga puluh juta” Indiana memanjangkan lehernya ke depan. Universitas Sumatera Utara Tante Sophia yang menawar rupanya. Dengan anggun dagunya terangkat, sambil mengacungkan nomornya. ”Disini Tolong angkat tangannya Astaga, sudah tidak bernafas Panggil ambulans” Plastik nomor tujuh puluh dua milik Oma Emma sudah disita oleh panitia sehingga dia tidak bisa kembali ikut melakukan penawaran. Untungnya kabar terakhir Oma Emma hanya pingsan karena kelelahan sehingga Indiana tidak harus menanggung semua persyaratan administrasi. Tabel IV.1.7 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB VIII Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Indiana diminta menemani calon ibu mertuanya ke acara lelang kaum jetset yang disponsori oleh yayasan milik calon ibu mertuanya. Disana ia membantu seorang nenek menawar barang. Skematik Story Indiana diminta menemani tante Sophia, calon ibu mertuanya untuk menghadiri acara lelang barang antik milik kaum jetset. Disana ia berkenalan dengan oma Emma dan Indiana membantu oma Ema menawar. Ini merupakan pengalaman baru bagi Indiana, serunya Indiana juga menjadi rival tante Sophia saat menawar sebuah jam yang sangat diinginkan oma Emma. Keadaan menjadi buruk saat oma Emma tidak dapat bernafas. Semantik Detil “…Selamat menawar dan jangan lupa, setiap lima puluh persen barang yang terjual akan disumbangkan kepada rumah- rumah panti asuhan yang para pengasuhnya sudah berkumpul di sini, dan sebagian lagi akan diberikan kepada para korban banjir dan Bapak Gubernur akan menerima uangnya secara simbolis. Terima kasih.” Maksud “Terima kasih. Indi jago menawar rupanya.”. “Sering menawar baju di Mangga Dua, Oma.” Bab 8 Analisis Universitas Sumatera Utara Tema dalam wacana ini adalah ketika Indiana diminta menemani calon ibu mertuanya ke acara lelang kaum jetset yang disponsori oleh yayasan milik ibu Francis. Sedangkan story dalam wacana ini dimulai dengan cerita tentang Indiana yang diminta menemani calon ibu mertuanya menghadiri acara lelang barang berharga dan barang- barang antik milik kaum jetset, di sana dia berkenalan dengan nenek tua bernama Oma Emma. Indiana membantu Oma Emma menawarkan barang- barang yang hendak dibeli oleh Oma Emma. Ini menjadi pengalaman yang baru bagi Indiana, serunya Indiana juga menjadi rival calon ibu mertuanya pada saat menawar barang lelang berupa jam antik yang sangat di inginkan oleh Oma Emma. Keadaan menjadi lebih buruk di saat Oma Emma terjatuh dan tidak bernafas. Terdapat maksud dalam wacana ini seperti yang terlihat dalam kalimat: “Terima kasih. Indi jago menawar rupanya.”. “Sering menawar baju di Mangga Dua, Oma.” Maksud yang ada dalam wacana ini menggambarkan bagaimana Indiana, si wanita metropolitan yang sering membeli barang- barang tiruan di Mangga Dua, agar tetap kelihatan gaya dan representatif, walaupun keadaan keuangannya tidak mencukupi untuk membeli sejumlah barang- barang bermerek, tetapi dia tidak kehabisan akal untuk mencari tiruan dari barang- barang tersebut. Yang terpenting adalah gaya yang modern, terlepas barang tersebut asli atau tidak.

IV.1.8 BAB IX SEMBILAN

ESOKNYA adalah pagi yang sangat tidak nyaman. Indiana duduk di kabin pesawat dengan wajah pucat. Dalam hati dia sudah beribu- ribu kali memaki dirinya sendiri sampai bisa terlibat dalam urusan seperti ini. Dia menuduh Universitas Sumatera Utara dirinya sebagai gadis yang paling tolol. Yang paling mengerikan dari ini semua adalah hanya Sara yang mengetahui kepergiannya ke Balikpapan. Pesawat yang berangkat ke Balikpapan adalah pesawat komersial kecil. Indiana mendapat kursi di tengah-tengah pesawat dekat jendela sehingga ia dapat mengamati sayap pesawat. Indiana melirik baju jasnya untuk meyakinkan bahwa penampilannya cukup rapi, representatif, dan tidak ada satu kancing baju pun yang terlepas. Dia memakai jas berwarna abu-abu muda dengan celana panjang berwarna senada dan sepatu tertutup berhak medium. Setelan yang baru saja kemarin dia beli di Executive Plaza Senayan bersama Karen pada saat rehat kopi. Indiana merasa puas dengan penampilan dirinya. Dia terlihat sangat intelek dan profesional. Di depan lorong sedang diperagakan cara-cara melakukan penyelamatan diri seandainya pesawat mengalami kondisi darurat. Para kru kabin mengakhiri presentasi mereka dengan menunjukkan brosur tentang penyelamatan diri yang lebih mendetail. Mikrofon dinyalakan di dalam kabin, sehingga suara kapten pesawat terdengar memerintahkan kru kabin untuk segera duduk karena pesawat akan segera tinggal landas. Indiana menahan nafas baginya ini selalu menjadi saat-saat yang paling mendebarkan dalam seluruh penerbangan pesawat. Lepas landas. Tekanan udara karena pesawat melakukan aksi gerak ke depan yang begitu tiba-tiba bisa memacu adrenalinnya mengalir cepat. Indiana menghela nafa lega. Pesawat sudah berada di ketinggian sehinnga dia bisa melihat awan-awan putih. Sebentar lagi burung besi ini akan menembus awan dan melayang semakin naik. Makanan mulai dibagikan. Indiana terburu-buru menyiapkan meja kecilnya. Indiana menikmati sandwich tuna dengan sekaleng coca-cola dingin. Sekarang pesawat berada di atas Laut Jawa. Itu kata pak kapten pesawat melalui mikrofon dalam kabin. Ketika makanan telah dibersihkan, Indiana memutuskan untuk memejamkan mata dan tidur sejenak. Dia menyandarkan kepalanya ke arah kiri dan menggiyang-goyangkan tubuhnya untuk mendapatkan posisi yang enak, lalu memejamkan matanya. KRRRAAAKK…..KRRRAAAKKK… Pesawat berguncang hebat. Indiana membuka matanya dengan ngeri dan otomatis jemarinya menggenggam lengan kursi kuat-kuat. Mana mungkin bisa tidur dengan keadaan seperti ini? Jantungnya berpacu cepat. KRRAAKK…BRUK..BRAK… Universitas Sumatera Utara Pesawat meluncur turun dengan kecepatan tinggi. Poci air minum terguling dari kabin dapur. Indiana merasa perutnya diaduk-aduk. Jeritan penumpang semakin membahana. Seorang kru kabin terpelesat dan menimbulkan jeritan tambahan. Ya Tuhan. Ya Tuhanku. Indiana menoleh ke luar jendela. Diluar langit hitam karena gelapnya cuaca. Tanah di bawah juga terlihat gelap. Hujan menimpa jendela lonjong itu. Dari kejauhan tampak cahaya kilat membelah langit. Indiana sudah tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya. Menit berikutnya pesawat oleng tanpa kendali dan tubuhnya terguncang-guncang seperti di dalam blender. Terdengar bunyi krak dan bruk yang keras sekali seperti gempa bumi. Seluruh kapal berguncang keras. Indiana merasa tubuhnya terhantam sesuatu. Lalu semuanya gelap. Tabel IV.1.8 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB IX Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Perjalanan Indiana menuju Balikpapan, di tengah perjalanan cuaca berubah buruk , sehingga pesawat harus melakukan pendaratan darurat. Skematik Story Diawali ketika Indiana dalam perjalanan menuju Balikpapan . di tengah perjalanan cuaca berubah buruk dan terjadi turbulensi, suasana menjadi kacau saat pesawat terus berguncang dan akhirnya harus dilakukan pendaratan darurat di sungai. Indiana selamat dan ia membantu awak pesawat menyelamatkan penumpang lain. Salah satu yang diselamatkan Indiana adalah Charles, bersama Charles Indiana melanjutkan membantu penumpang lain. Semantik Detil Indiana melirik baju jasnya untuk meyakinkan bahwa penampilannya cukup rapi, representative dan tidak ada satu kancing baju pun yang terlepas. Dia memakai jas berwarna abu- abu muda dengan celana panjang berwarna senada dan sepatu tertutup berhak medium. Setelan yang baru saja kemarin dia beli di Executive Plaza Senayan bersama Karen pada saat rehat kopi. Universitas Sumatera Utara Bab 9 Analisis Yang menjadi topik utama dalam wacana ini adalah pada saat perjalanan Indiana menuju Balikpapan. Di tengah perjalanan, pesawatnya mengalami gangguan karena cuaca buruk sehingga pesawat harus melakukan pendaratan darurat. Sementara story, selain menceritakan perjalan Indiana pada saat pesawat mengalami pendaratan darurat, di sini juga diceritakan ketika Indiana berhasil selamat dan turut membantu awak pesawat untuk menyelamatkan para korban. Salah satu korban yang diselamatkan Indiana adalah Charles. Bersama Charles, Indiana pun melanjutkan membantu para korban lain. Unsur detil yang coba ditampilkan oleh pengarang tergambar jelas dalam kalimat berikut ini: Indiana melirik baju jasnya untuk meyakinkan bahwa penampilannya cukup rapi, representative dan tidak ada satu kancing baju pun yang terlepas. Dia memakai jas berwarna abu- abu muda dengan celana panjang berwarna senada dan sepatu tertutup berhak medium. Setelan yang baru saja kemarin dia beli di Executive Plaza Senayan bersama Karen pada saat rehat kopi. Dalam wacana ini terlihat dengan jelas, pengarang ingin memperlihatkan karakter dari tokoh Indiana yang sangat memperhatikan penampilannya. Tampilan yang baik dan terlihat representatif sangatlah penting bagi kebanyakan wanita- wanita yang hidup dengan label wanita metropolis. Para wanita, banyak memanfaatkan waktu yang tidak banyak di sela- sela istirahat makan siang ataupun istirahat dari rapat perusahaan untuk sekedar memuaskan mata dengan melihat- lihat ataupun berbelanja di mall- mall yang ada di kotanya. Gaya hidup seperti in sudah sangat- sangat melekat pada diri mereka, sehingga dalam keadaan apapun Universitas Sumatera Utara para wanita- wanita akan selalu melakukan ritual berbelanja ataupun sekedar melihat barang- barang baru yang ada di mall- mall ataupun pusat perbelanjaan.

IV.1.9 BAB X SEPULUH

BEBERAPA jam kemudian, ketika langit benar-benar gelap dan matahari tidak bersianr lagi di tanah Kalimantan, semua penumpang yang terjebak di dalam reruntuhan pesawat berhasil dikeluarkan. Berita yang melegakan adalah semua penumpang selamat dan berhasil ditemukan. Charles, lelaki yang diselamatkan Indiana bertanya kepadanya “ Ada urusan bisnis ya?” Indiana mengangguk dengan gaya. Dia ingin memberikan kesan penting di hadapan pria ini. “Urusan bisnis yang sangat mendesak”. ”Bisnis apa?” ”Bisnis yan bisnis. Banyak bisnis pokoknya.” ”Sombong. Tidak mau cerita- cerita ya?” ”Ceritanya? Ceritanya, bosku lagi norak, pakai acara mengirim orang ke Kalimantan dulu untuk dapat kenaikan gaji. Jadinya ada kecelakaan seperti ini. Padahal aku sudah satu tahun bekerja. Kenepa sih tidak langsung dinaikkan saja? Untung aku tidak mati, kalau mati, bagaimana? Coba, apa yang bisa dilakukan perusahaan?” kesebalan Indiana yang menggunung di hatinya akhirnya muntah keluar. Hening lagi di antara mereka. Sebagai latar belakang masih terdengar dengung suara bercakap-cakap penumpang lainnya dengan nada rendah. “Apa yang kau sukai Indi?” “Aku suka menulis.” “Mungkin suatu ketika aku akan menulis memo perjalanan hari ini dan menerbitkannya.” Charles mengganti posisi duduknya. “Apakah kau suka bercinta dengan suara gaduh” tanyanya ngotot. Indiana benar-benar sewot. Pria ini kurang ajar sekali. “Mungkin ibumu yang bule membuat pikiranmu jorok seperti itu.” Universitas Sumatera Utara ”Eh, Indi, jangan salah kaprah. Bercinta itu tidak jorok. Lagian, ibuku yang bule itu tidak ada hubungannya dengan kehidupan seksualku. Kau diskriminatif” Indiana tidak tahu. Otaknya membeku. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Ada apa dengan dirinya. Sekarang mereka berdua duduk di tanah basah dengan selimut dari pesawat terbang yang lembap di tengah-tengah hutan Kalimantan Timur. Bintang-bintang berkelap-kelip di atas kepala Indiana. Adakah yang lebih romantis dari semua ini. “Maaf Bapak, Ibu?” Indiana melompat terkejut. Seorang kru kabin berdiri di dekatnya. ”Helikopter SAR sebentar lagi tiba. Bapak dan Ibu dipersilahkan berkumpul dengan yang lain. Kita akan melakukan penghitungan ulang. Dengan terburu- buru dan penuh perasaan bersalah, Indiana berdiri. Mereka berdua berjalan sambil membisu. Indiana bergabung dengan beberapa penunpang lainnya yang sudah berkumpul di suatu tempat. Dari tempatnya berdiri, diam- diam diliriknya Charles. Pria itu tampak tinggi dan kotor. Sangat maskulin. Wajahnya mengerut, seperti sedang berfikir keras. Tiba- tiba Charles menoleh kepadanya dan matanya terpaku memandang gadis itu. Buru- buru Indiana membuang tatapannya. Pipinya memerah. Bahkan ketika tiba saatnya Indiana menaiki helikopter menuju Samarinda, mereka berdua tidak juga mengucapkan sepatah kata pun. Hanya tatapan bisu Indiana yang terkunci ke arah Charles ketika helikopternya membubung naik. Charles mengiringi Indiana terbang dengan matanya. Sesampainya di Samarinda, Indiana ditempatkan di kamar hotel sendirian. Dia ingin sekali menelepon ke Jakarta untuk mengabarkan keberadaannya. Tapi saat dia mengangkat gagang telepon, hidungnya kembali mengendus bau yang tidak sedap yang berasal dari tubuhnya. Jadi yang pertama dia lakukan adalah membersihkan diri. Setelah itu, dia melempar tubuhnya ke atas ranjang dan jatuh tertidur. Indiana tidak tahu berapa lama dia tertidur. Dia bangun ketika telepon mulai berdering. Malas- malasan Indiana bergerak dan mengangkat kop telepon. ”Indddiiiii? Ya Tuhan” Di melompat dari ranjang. Suara ibunya. ”Ma?” Di sana ibunya tiba- tiba meledak dalam tangis. ”Ma, jangan nangis dong. Indi tidak apa- apa di sini.” Universitas Sumatera Utara ”Aduh, Ndi, Mama nangis karena terlalu gembira. Mama sudah pikir yang tidak- tidak. Puji Tuhan kamu selamat” Setelah diyakinkan berkali- kali baru ibunya dapat meletakkan telepon. Itu pun setelah ayahnya mengambil alih pembicaraan dan bercakap- cakap sebentar dengan Indiana. Tentu saja dengan pertanyaan- pertanyaan seperti ”kamu nggak apa- apa” dan segala versinya. Indiana menguap lebar dan membalikkan tubuhnya. Dalam satu menit, dengkur halusnya terdengar lagi. Tabel IV.1.9 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB X Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Keadaan Indiana yang terdampar di hutan sampai akhirnya ada helikopter yang membawanya menuju Samarinda. Skematik Story Saat terdampar di hutan Indiana menjadi intim dengan Charles. Indiana tak dapat menghindar ketika Charles merangkulnya saat ia kedinginan. Ketika keduanya hampir berciuman, mereka dikejutkan oleh petugas kabin pesawat yang mengabarkan tim SAR akan dating dan membawa mereka ke Samarinda. Di saat itu Indiana sadar bahwa keintiman antara Charles dengan dirinya tidak boleh terjadi. Semantik Maksud Indiana mengangguk dengan gaya. Dia ingin memberikan kesan penting di hadapan pria ini. “Urusan bisnis yang sangat mendesak.” Praanggapan Indiana benar- benar sewot. Pria ini kurang ajar sekali. “Mungkin ibumu yang bule membuat pikiranmu jorok seperti itu.” Pengingkaran “Eh, Indi, jangan salah kaprah. Bercinta itu tidak jorok. Lagian, ibuku yang bule itu tidak ada hubungannya dengan kehidupan seksualku. Kau diskriminatif” Latar Indiana tidak tahu. Otaknya membeku. Jantungnya berdebar- debar tidak keruan. Ada apa dengan dirinya? Sekarang mereka berdua duduk di tanah basah dengan selimut dari pesawat Universitas Sumatera Utara terbang yang lembab di tengah- tengah hutan Kalimantan Timur. Bintang- bintang berkelap- kelip di atas kepala Indiana. Adakah yang lebih romantis daripada semua ini? Bab 10 Analisis Tema yang dikedepankan dalam wacana ini adalah tentang keadaan Indiana yang terdampar di hutan sampai akhirnya ada helikopter yang mengangkutnya menuju Samarinda. Kronologis cerita dimulai dari saat Indiana terdampar di hutan, dia menjadi dekat dengan Charles, Indiana tidak dapat menghindar ketika dia kedinginan, Charles spontan merangkul untuk menghangatkannya. Ketika keduanya nyaris berciuman, mereka di kejutkan oleh petugas kabin pesawat yang mengabarkan tim SAR akan datang datang dan membawa mereka ke Samarinda. Dan tepat pada saat itu, Indiana menyadari kalau kedekatannya dengan Charles itu seharusnya tidak boleh terjadi. Dalam wacana ini terdapat kategori semantik, yaitu maksud seperti yang terlihat dalam kalimat: Indiana mengangguk dengan gaya. Dia ingin memberikan kesan penting di hadapan pria ini. “Urusan bisnis yang sangat mendesak.” Dalam wacana ini, elemen maksud dibuat oleh pengarang untuk menunjukkan kepada pembacanya bahwa zaman sekarang kedudukan wanita setara dengan para pria. Hal ini terlihat dari kalimat yang menunjukkan bahwa Indiana adalah wanita karier yang sukses dengan segudang aktifitas yang dimilikinya. Pengarang ingin mengekspresikan maksudnya melalui kejadian yang dapat dilihat ketika Indiana yang berpakaian rapi terjebak dalam pendaratan darurat pesawat, dan bertemu dengan seorang lelaki yang asing yang menanyakan kepadanya ada urusan apa dia ke Balikpapan, maka terlihat sekali pada penekanan pada saat Indiana mengatakan ada urusan bisnis yang sangat mendesak.

IV.1.10 BAB XI SEBELAS

Universitas Sumatera Utara AKHIRNYA tiba juga di Jakarta Pesawat yang ditumpangi Indiana melakukan pendaratan mulus. Dengan gerakan perlahan, Indiana melepaskan sabuk pengamannya. Baju yang dikenakannya terasa agak aneh. Pemberian dari maskapai penerbangan. Barang- barang yang dibawanya dalam penerbangan Balikpapan tidak pernah berhasil ditemukan. Mungkin hancur terhanyut air sungai. Dia merasa lelah sekali walaupun sudah tertidur selama lima belas jam di hote Samarinda. Kakinya terasa kaku untuk digunakan berjalan. Bandara Soekarno- Hatta tampak terang, sungguh- sungguh menyambutnya. Indiana menjejakkan kakinya kuat- kuat di bumi Jakarta. Dia masih merasakan gelombang emosi yang mengganggunya sejak kemarin. ”Indi” Dia menoleh. Sara menghampirinya sambil berlari- lari. Ada seseorang yang berlari mendahului di depan. Seseorang yang dia kenal baik. Seseorang yang sangat familier. Francis. Itu Francis Ketika Francis tiba di depannya, tangan- tangan kuat segera menyergapnya dan memeluknya erat- erat di dada. ”Sayang… Sayang… Sayang…” Jemari Francis dengan lembut membelai- belai rambut Indiana. Rasanya nyaman sekali diperlakukan seperti itu. Tanpa bisa ditahan, Indiana menitikkan air matanya. Ini air mata pertama sejak kecelakaan besar kemarin. Selama di hutan dan di Samarinda, Indiana terlihat tegar dan tidak punya waktu untuk menangis. Tapi sekarang, didekap dan dibelai- belai oleh Francis seperti ini membuatnya menjadi tak berdaya. Kemarin dia sungguh- sungguh tidak takut pada kematiannya sendiri, tapi sekarang dia menyadari bahwa ternyata ada seseorang yang begitu mencintainya sehingga takut kehilangan dirinya. Sara merangkulnya dari sanping dan berkata lembut, ”Untung kau tidak apa- apa, Indi. Aku sungguh- sungguh mengkhawatirkanmu.” ”Tuh Tante Margaret dan Oom Bimo baru datang. Mereka tadi pergi ke kamar kecil sebentar.” Tiba- tiba ada perasaan haru yang membuncah begitu kuat di dalam hati Indiana ketika melihat kedua orangtuanya berlari menghampirinya. Betapa beruntungnya dunianya, gumam Indiana dalam hati. Dia dikelilingi oleh cinta dan orang- orang yang mengasihinya. Universitas Sumatera Utara Sedari kemarin Francis mendebatkan tentang perlunya Indiana pergi ke dokter untuk diobservasi dengan sangat teliti. Sejak kemarin juga Indiana berkeberatan bukan karena apa- apa. Melainkan karena ini kan tubuhnya Dia bisa merasakan apabila tubuhnya dalam kondisi prima ataupun turun mesin. Berdebat dengan Francis memang tidaka ada gunanya. Tidak akan berhasil. Sekarang sambil menunggu giliran,Indiana mencoba berfikir positif. Francis hanya mengkhawatirkan dirinya dan bukan bermaksud apa- apa. ”Mbak? Maaf ya, Mbak? Bukankah Mbak adalah salah satu penumpang pesawat kecelakaan itu?” Indiana menoleh. Seorang perawat menatapnya. Mau tidak mau Indiana mengangguk. ”Ada orang penting di pesawat itu lho, Mbak.” ”Oya? Siapa?” ”Wah, saya tidak ingat namanya. Katanya dia itu presiden direktur perusahaan… apa gitu. Saya juga tidak ingat. Kok apes banget dia ya? Terbang ke Balikpapan pakai pesawat komersial. Bukannya carter pesawat jet pribadi saja.” ”Waktu itu Mbak bagaimana?” Indiana berdiri. ”Maaf, Suster. Saya hendak buang air.” Dengan tergesa- gesa Indiana berjalan menuju kamar mandi wanita. Astaga, dengusnya. Ternyata peristiwa kecelakaan itu tidak mudah dilupakan. Bayangannya mengikuti Indiana ke mana- mana dengan setia. Ponselnya berdering. Ini sebenanya ponsel milik kantor Francis. Francis menyuruh Indiana untuk sementara menggunakannya. ”Halo, Indiana?” ”Ya, Ana?” tanyanya dengan bad mood.”Bisakah kita langsung to the point, membicarakan masalah pernikahan ini?” ”Oya Astaga, Indi Kau sangat antusias sekali dengan pernikahan ini Ck, ck, ck. Ini akan menjadi pernikahan yang terhebat sejagat” ”Yah, tentu saja,” ”Aku ingin menghadirkan perancang baju pengantin yang terkenal kepadamu. Dia sangat hebat dan profesional. Kau harus melihat hasil rancangannya. Kau pasti akan terpesona. Rancangannya sangat detail dan…” ”Kita bisa bertemu besok setelah jam kantor?” ”Baiklah, sampai besok Ana” Universitas Sumatera Utara Klik. Indiana buru- buru mematikan ponselnya sebelum Ana mengoceh panjang- lebar. ”Sayang? Sayang? Pssshh… sayang?” Indiana menoleh cepat. Francis sedang melongokkan tubuhnya dari balik pintu kamar mandi. ”Francis, kau salah masuk Ini kamar mandi cewek, tahu?” desis Indiana gemas. ”Tahu, aku tidak buta,” kata Francis sambil menyandarkan tubuhnya di pintu. ”Giliranmu sebentar lagi tiba,” ”Tutup pintunya Jangan berdiri menentang pintu seperti itu” ”Seperti ini?” Francis menutup pintu dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi. ”Bukan seperti itu. Pintu tertutup dan kau harus berdiri di luar.” Francis perlahan- lahan berjalan mendekati Indiana. Gadis itu berdiri grogi. ”Nomor berapa sekarang?” tanya Indiana cemas sambil terus mengawasi pintu masuk. ”Dua puluh tiga.” ”Berapa sih nomorku?” ”Lima puluh.” Kepala Indiana berdenyut- denyut. ”Astaga, Francis. Giliranku masih lama” ”Sori. Jadi aku salah. Kita masih punya banyak waktu.” ”Banyak waktu untuk ap…” Indiana tidak bisamelanjutkan kata- katanya lagi. Francis telah mencium bibirnya. Tabel IV.1.10 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB XI Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Indiana kembali ke Jakarta dan disambut oleh kedua orangtuanya, serta Francis dan Sara. Francis berkeras untuk membawa Indiana kerumah sakit untuk melakukan medical check-up Skematik Story Dimulai saat kepulangan Indiana ke Jakarta, dan ia diasambut oleh orang-orang yang mencintainya dan begitu mengkhawatirkan keadaannya. Dilanjutkan dengan cerita saat Universitas Sumatera Utara Francis mengantarkannya untuk melakukan medical check-up dan seketika Indiana dikenal banyak orang karena peristiwa kecelakaan pesawat tersebut. Komentar “Wah, saya tidak ingat namanya. Katanya dia itu presiden direktur perusahaan… apa gitu. Saya juga tidak ingat. Kok apes banget dia ya? Terbang ke Balikpapan pakai pesawat komersial. Bukannya carter pesawat jet pribadi saja. ” Semantik Maksud “Nomor berapa sekarang?” Tanya Indiana cemas sambil terus mengawasi pintu masuk. “Dua puluh tiga.”. “Berapa sih nomorku?”. “Lima puluh.”. kepala Indiana berdenyut- denyut. “Astaga, Francis. Giliranku masih lama”. “Sori. Jadi aku salah. Kita masih punya banyak waktu.”. “Banyak waktu untuk ap…”. Indiana tidak bisa melanjutkan kata- katanya lagi. Francis telah mencium bibirnya. Praanggapan “Aku ingin menghadirkan perancang baju pengantin yang terkenal kepadamu. Dia sangat hebat dan professional. Kau harus melihat hasil rancangannya. Kau pasti akan terpesona. Rancangannya sangat detail dan…” Bab 11 Analisis Tema yang dikedepankan adalah situasi ketika Indiana kembali ke Jakarta dan disambut oleh Sara, kedua orangtuanya dan Francis tentu saja. Story dalam wacana ini adalah dimulai ketika kepulangan Indiana ke Jakarta dia disambut orang- orang yang mencintainya dan begitu mengkhawatirkan keadaannya. Kemudian dilanjutkan dengan cerita pada saat Francis mengantarnya melakukan Medical check up dan seketika Indiana dikenal banyak orang karena peristiwa kecelakaan pesawat tersebut. Dalam wacana ini juga terlihat ada komentar yang dapat melengkapi wacana tersebut: “Wah, saya tidak ingat namanya. Katanya dia itu presiden direktur perusahaan… apa gitu. Saya juga tidak ingat. Kok apes banget dia ya? Terbang ke Balikpapan pakai pesawat komersial. Bukannya carter pesawat jet pribadi saja. ” Universitas Sumatera Utara Komentar ini semakin menunjukkan karakter pengarang yang ingin menunjukka gaya hidup mewah. Terlihat dalam kalimat yang mengisyaratkan bahkan masyarakat awam yang mengetahui ada seorang pengusaha terkenal ikut menumpang pesawat komersil, maka dipertanyakan mengapa dia tidak mencarter pesawat jet pribadi, tujuan komentar dalam wacana ini adalah untuk mempertegas gaya hidup yang ada pada zaman sekarang ini. Detil dalam wacana ini jelas sekali menggambarkan representasi dari gaya hidup seorang wanita metropolis, yaitu keberanian dan kehidupan yang bebas dan kuranng perduli pada aturan dan norma- norma yang berlaku. Hal ini tergambar dengan jelas sekali ketika pada saat Indiana masuk ke kamar mandi perempuan, Francis masuk dengan berpura- pura mengatakan giliran Indiana untuk diperiksa sudah tiba. Tetapi pada kenyataannya mereka malah berciuman di dalam kamar mandi perempuan, tanpa ada sedikitpun rasa takut ataupun segan apabila ada yang melihat mereka melakukan hal- hal yang tidak pantas yang dilakukan di depan umum.

IV.1.11 BAB XII DUA BELAS

HARI Senin Indiana berjalan memasuki gedung kantornya dengan hati yang lapang. Karena kecelakaan itu tentu Pak Indra akan memaafkan ketidakhadirannya di Balikpapan, bukan? Jadi, hadapilah hari ini dengan senyum. Pikirnya gembira. Begitu keluar dari lift di lantai kantornya, Indiana berdiri heran. Di depan kantornya banyak sekali orang berpakaian seragam pembersih berlalu- lalang. ”Ada apa sih?” tanyanya pada Alia, sang resepsionis. Detik berikutnya Indiana menyesal bertanya oada Alia. Karena ketika Alia menoleh, suaranya langsung menjerit. ”Mbak Indi Ya ampun Bagaimana, Mbak? Sehat- sehat saja?” Indiana tersenyum kecut. Ini mulai lagi. ”Ya, aku sehat- sehat saja,” katanya sopan. Lalu bertanya kembali, ”Ada apa di sini, Lia?” Universitas Sumatera Utara ”Tamu kita tersayang, para bos Neraca Publishing, Pak Indra mengundang rapat di sini sebagai rapat minggu lalu yang dibatalkan mereka. Lagi pula, katanya mereka ingin sekali melihat kantor kita. Dan hari ini presiden direkturnya akan hadir.” Oh, pantas Pak Indra senewen. Setelah beberapa kali rapat dengan para petinggi Neraca Publishing, tim Pak Indra tidak pernah sekali pun bertemu dengan presiden direktur Neraca Publishing. Menurut sejarah perusahaan, ayah beliaulah yang mendirikan bisnis penerbitan ini dan ketika ayahnya pensiun lima tahun yang lalu, anak tertuanya yang menggantikan posisi ayahnya. Lima tahun itu adalah lima tahun keemasan karena perusahaan melejit dengan cepat di tangan sang maestro muda ini. ”Semuanya Segera kembali ke meja masing- masing. Tamu kita sebentar lagi akan tiba” Indiana menoleh. Pak Indra dengan jas kantor hitamnya berdiri di lorong kantor, membubarkan kerumunan mereka. ”Indiana. Kita bertemu lagi. Bagaimana kabarmu?” ”Baik, Pak,” jawabnya kaku. Dengan Pak Indra, sangat sulit untuk berbasa basi. ”Saya perlu bicara denganmu, tapi tidak sekarang. Sebentar lagi akan ada pertemuan”. Kata Pak Indra sambil merapikan jasnya. ”Saya perlu sepuluh fotokopi materi rapat, nanti antarkan ke ruang rapat ya” ”Itu mereka sudah tiba” Indiana mengerling sekilas ke pintu masuk. Di luar ada segerombolan pria berjas hitam sedang memasuki pintu masuk yang terbuat dari kaca. Pak Indra berjalan bergegas mendekati mereka. Sekelebat tampak Mr. Andy berjalan keluar dari ruang kerjanya. Indiana berjalan menuju ruang mesin fotokopi dan faks. Jadi dia mengawali pagi ini dengan fotokopi. Dengan cepat dikumpulkannya seluruh bundel materi rapat tersebut, ditumpukknya dengan rapi. Sepuluh. Pas. Dia harus membawa kesepuluh bundel materi rapat itu ke dalam ruang pertemuan yang sekarang pasti sedah dimulai. Indiana berjalan dengan langkah anggun ke dalam ruang rapat dan membuka pintunya. Di dalam terdengar suara- suara percakapan dan gelak tawa. Rupanya pertemuan belum lagi dimulai. Indiana mengangguk sopan dan melempar senyum ramah kepada Pak Adrianus di sebelahnya duduk Bapak Santosa. Ibu Elisabet. Lalu seorang asing. Bapak Sucipto. Ibu Rachel. Tunggu dulu. Seorang asing? Universitas Sumatera Utara Senyum Indiana patah di tengah jalan. Ya Tuhan. ”Selamat pagi, Ibu Indiana. Saya dengar you juga di dalam kecelakaan kemarin?” tanya Pak Adrianus. Indiana tidak mampu berkata sepatah kata pun. Tubuhnya seperti membeku, nyaris semaput. Itu… itu kan… ”Selamat pagi, Ibu Indiana,” kata Charles formal. Kepada Pak Adrianus, dia menoleh. ”Tentu saja saya bertemu dengan Ibu Indiana di pesawat.” ”Eh, selamat pagi, Pak Charles,” kata Indiana kaku. Kesadarannya perlahan- lahan mulai pulih. Dengan langkah kaku, dia berjalan mendekati Pak Indra. Di sana dia mulai meletakkan materi rapat dengan gerakan seperti robot. Keringat dingin mengalir di dahinya. Rasa- rasanya seluruh dunia sedang mengamati tingkah lakunya. Indiana hampir melangkah keluar dari ruang pertemuan ketika Charles bertanya, ”Apakah di sini ada televisi?, ada acara yang harus saya tonton sekarang” Pak indra menoleh kepada Indiana. ”Indiana? Bisa pasangkan televisi di ruang pertemuan ini?” Ketika tiba di ruang pertemuan, Indiana berusaha menghindari kontak mata dengan Charles. Sambil bersembunyi dari balik meja pertemuan, Indiana mulai mencolok kabel listrik. TV menyala dengan mudah. ”Siaran apa, Pak?” tanyanya sopan kepada Charles, walau tatapannya tertuju ke remote control TV. ”TV7.” Indiana memencet beberapa tombol dan layar kaca langsung menayangkan sebuah acara. Dengan sigap Indiana meletakkan remote TV di atas meja dan berjalan keluar ruangan. … sebelum telinganya sempat menangkap namanya sedang disebut- sebut. ”Pada kesempatan kali ini saya ingin memberikan hormat sedalam- dalamnya kepada Indiana dan Charles yang menyelamatkan hidup saya. Di mana pun kalian berada, atas nama seluruh penumpang pesawat yang berhasil diselamatkan oleh kalian berdua, saya mengucapkan terima kasih. Saya, Julia Gultom, melaporkan dari Rumah Sakit Permata Hati.” Indiana nyaris jatuh pingsan. ”Ibu Indiana mempunyai kualitas kepemimpinan yang alami, Pak Indra. Setelah peristiwa ini, tentu banyak sekali perusahaan yang mengetahui potensi luar biasa yang dimiliki Ibu Indiana. Karena itu, tentu Pak Indra tidak keberatan menaikkan gaji Ibu Indiana dua kali lipat. Uang tidak ada artinya dibandingkan dengan aset terpenting perusahaan.” Universitas Sumatera Utara Pak Indra menoleh kepada Indiana. ”Baiklah. Saya rasa sekaranglah saat yang tepat untuk mengatakan rencana saya di hadapan klien terpenting perusahaan, Indiana. Untunglah Pak Charles sudah mengingatkan. Sudah lama saya bermaksud mengumumkan hal ini, tapi karena kesibukan kantor, saya terpaksa menahannya.” Pak Indra terdiam satu jeda. Lalu dia melanjutkan dengan penuh dramatis. ”Mulai hari ini, Indiana, kau adalah manajer Divisi Riset dan gajimu akan saya naikkan dua kali lipat.” Indiana berdiri melongo. Apa? Divisi apa? Riset? ”We have to celebrate this” ”Betul” Suara Pak Indra menggema. ”Perusahaan akan merayakannya sore nanti.” ”Kenapa tidak sekarang?” tanya Charles. ”Kita batalkan saja rapat hari ini. Ibu Indiana pantas mendapatkan rehat setelah apa yang dia lakukan.” ”Tentu, tentu” Indiana berdiri masih dengan ekspresi tololnya. Ini terlalu hebat. Sampai mimpi terseram pun, dia tidak pernah berani membayangkan hal itu. Indiana melirik boks makanan yang terletak di depannya. Untuk merayakan promosinya, Pak Indra memesan paket dari Hoka Hoka Bento. Sekelebat dia melihat Charles berjalan keluar kantor. Indiana bergegas keluar kantor. Di ujung koridor dia melihat Charles sedang merokok di dekat tempat pembuangan puntung. Indiana berjalan menghampirinya. ”Boleh ikutan?” Charles tidak menoleh. Tanpa bicara dia menyodorkan bungkus rokoknya kepada Indiana. Indiana mengisap batang rokok tersebut dalam- dalam, lalu menghembuskannya dalam bentuk lingkaran- lingkaran asap. ”Indi, bolehkah aku mengajakmu keluar makan nanti malam?” Lamat- lamat Indiana mengangguk. Indiana tidak tahu mengapa dia mengangguk. Dia hanya ingin mengangguk seperti pelatuk. Indiana masih berdiri di tempatnya. ”Mbak, Indi Telepon” Tergopoh- gopoh Indiana mematikan rokoknya dan bergegas memasuki kantor. ”Halo, Indiana di sini.” Universitas Sumatera Utara ”Saya Kathy, wartawan majalah Femina. Saya ingin mewawancara Mbak sehubungan dengan kecelakaan pesawat tersebut. Apakah Mbak punya waktu?” Matanya berkunang- kunang. Jadi, malam ini dia ada janji makan malam dengan seorang pria dan besok ada wartawan yang hendak mewawancarainya. Plus gajinya dinaikkan. Dia mendapat promosi. Dan seluruh kantor sedang merayakannya. Hebat, Indiana Hari yang luar biasa meriah Indiana meringis Tabel IV.1.11 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB 12 Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Hari pertama Indiana kembali bekerja pasca kecelakaan pesawat dan ia mendapat beberapa kejutan. Skematik Story Diawali dari hari pertama Indiana kembali bekerja setelah kecelakan pesawat. Pagi itu kantor Indiana mengadakan rapat dengan klien mereka, PT. Neraca Publishing. Betapa terkejutnya Indiana saat mengetahui bahwa bos besar Neraca Publishing adalah Charles. Dilanjutkan dengan Kenaikan gaji dan promosi jabatan yang diterima oleh Indiana berkat provokasi Charles kepada bosnya. Dan dilanjutkan dengan Charles yang merayunya dan mengajaknya makan malam. Semantik Detail Matanya berkunang- kunang. Jadi, malam ini dia ada janji makan malam dengan seorang pria dan besok ada wartawan yang hendak mewawancarainya. Plus gajinya dinaikkan. Dia mendapat promosi. Dan seluruh kantor sedang merayakannya. Bab 12 Analisis Tema yang di usung dalam wacana ini adalah cerita tentang hari pertama Indiana masuk kantor pasca kecelakaan pesawat dan pada hari itu pula dia mendapat berbagai kejutan. Universitas Sumatera Utara Kronologis cerita dimulai pada saat Indiana masuk kantor pertama kalinya setelah kejadian kecelakaan pesawat itu. Pada pagi hari itu ternyata kantor Indiana mengadakan rapat dengan klien mereka PT. Neraca Publishing. Betapa terkejutnya Indiana begitu mengetahui bahwa bos besar Neraca Publishing adalah Charles. Cerita berlanjut tentang Indiana yang mendapatkan kenaikan gaji dan promosi jabatan dengan bantuan provikasi dari Charles kepada bosnya dan dilanjutkan dengan cerita Charles yang merayunya dan mengajaknya makan malam. Detil dalam wacana ini menggambarkan kecemerlangan seorang wanita pada masa kini, yang mendapatkan beberapa kejutan sekaligus, mulai dari promosi jabatan, gaji yang dinaikkan sampai ajakan makan malam dari seorang pengusaha kaya. Dalam unsur detil ini, jelas sekali kalau pengarang ingin memperlihatkan kebahagiaan yang di dapat Indiana tentang kejutan- kejutan yang di berikan kepadanya. Sepertinya pengarang ingin menonjolkan cerita tokoh Indiana yang mendapat banyak berkah dalam hidupnya setelah dia mengalami kecelakaan pesawat yang nyaris saja merenggut nyawanya.

IV.1.12 BAB XIII TIGA BELAS

ANA.. Tiga huruf itu bisa benar- benar membuat Indiana mengalami tukak lambung. ”Psst, Ndi. Boleh aku tanya sesuatu?” Karen berdiri persis di depan mejanya. “Apa?” Indiana terburu- buru mematikan komputernya. Kalau dia bergegas, dia bisa bertemu dengan Ana secepatnya. Lalu dia akan kabur pulang untuk berdandan dengan manis menyambut Charles. “Danarto mengajak keluar makan nanti malam.” “Wah, hebat” “Lalu apa masalahmu?” Universitas Sumatera Utara “Ehm, begini. Aku kan belum pernah yang begini- begini nih, Ndi. Aku mau tanya. Memangnya apa sih yang biasa dilakukan orang pada kencan pertama?” Wah, apa ya? Indiana berfikir- fikir. Kencan pertamanya dengan Francis berakhir dengan ciuman. Kencan keduanya berakhir dengan… ranjang. “Ciuman itu enak, ya?” Indiana melotot memandang Karen. “Astaga, kau belum pernah dicium cowok, Ren?” Karen menggeleng pasrah. Indiana mengembuskan nafasnya. Rupanya masih ada orang yang berasal dari negeri antah- berantah. Sedangkan dirinya… astaga. “Kau pernah jadi ABG nggak sih?. Gila, aku belum pernah ketemu orang seantik kamu.” “Aku nggak rela bibirku diberikan kepada sembarang orang.” Indiana berjalan keluar dari bilik Karen. “Yuk ah, aku pulang dulu, Ren. Ada janji dengan perancang baju pengantinku” “Kamu pazti Inziana.” Seorang pria dengan baju berwarna merah jambu mengulurkan tangannya ke arah Indiana. Kemayu sekali dan aduhai wanginya Rasa- rasanya dia menyiram satu liter parfum ke tubuhnya. Indiana mengerutkan hidungnya. “Panggil saya, Indi saja.” “Oh, ya. Inzi.” Pria itu tersenyum lebar dan matanya berkedip- kedip. “Nama Zaya Zion.” “Zion atau Dion?” “Namanya Dion, Ndi, ” jawab Ana menengahi. Ooo.. Dion. Dari lima miliar penduduk di dunia, kenapa Indiana harus ketemu spesies yang seperti ini. Dia mengulurkan beberapa tumpuk kertas besar yang penuh dengan coretan sketsa. Tangannya lembut dan gemulai. Wangi parfum mulai mencekik tenggorokan Indiana. Aduh, moga- moga dia tidak pingsan di sini. Dengan wangi parfum yang memerkosa penciuman Indiana, dia memaksakan diri menatap sketsa- sketsa gaun pengantin yang disodorkan kepadanya. “Saya suka yang ini. Dan yang itu.” Indiana mendengus, berusaha mengeluarkan bau parfum yang teramat kuat itu dari paru- parunya. “Hanya makan malam di JW Marrriott Bayangkan, katanya hanya makan malam yang menghabiskan dua belas juta” Universitas Sumatera Utara Ana memasuki ruangan sambil berkicau dengan Dion. Indiana buru- buru memasukkan ponselnya ke dalam tas tangannya. “Nah, ini dia pengantin wanita kita Sudah berhasil menentukan mau yang mana?” Satu jam Indiana bolak- balik mencoba gaun dan mencocokkannya dengan sketsa- sketsa rancangan Dion. Ketika akhirnya dia memilih satu, rasanya seluruh tubuhnya luluh lantak. Jarum jam sudah menunjukkan tujuh kurang seperempat ketika Indiana tiba di apartemen yang dia tempati bersama Sara. Terburu- buru dia membanting pintu hingga terbuka dan bergegas masuk. “Ma Indi pulang” serunya sambil lalu. Dilemparnya sepatu hak Marie Claire-nya yang dia beli di toko sepatu Bata dua bulan yang lalu. “Ndi, Mama barusan masak rendang kesukaanmu.” “Untuk besok saja, Ma. Indi mau pergi.” “Mau pergi sama siapa sih?” “Teman kantor.” Indiana mandi seperti badak dengan kecepatan tinggi. Lalu bersiap dengan memakai kaus CK Jeans yang pas di tubuhnya dan dipadu dengan celana pipa. “Mana sih Sara?” tanya Indiana kepada ibunya. “Belum balik. Katanya ada liputan khusus di Bintaro.”’ “Oh.” Indiana membuka pintu. “Sudah ya, Ma. Indi pergi. Tabel IV.1.12 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB XIII Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Indiana mengurusi masalah baju pengantin dan mempersiapkan diri untuk makan malam dengan Charles. Skematik Story Diawali dengan percakapan singkat Indiana dengan Karen mengenai pengalaman pada kencan pertama. Dilanjutkan dengan kunjungan Indiana ke fairytale wedding consultant untuk menentukan gaun pengantinnya bersama Anna dan Dion, sang perancang busana. Indiana akhirnya menemukan gaun yang Universitas Sumatera Utara cocok untuknya. Lalu dilanjutkan dengan persiapan kilat Indiana untuk makan malam dengan Charles. Komentar “Dua puluh lima tahun dan belum pernah dicium cowok?” “Kau pernah jadi ABG gak sih? Gila, aku belum pernah ketemu orang seantik kamu.” “Aku nggak rela bibirku diberikan kepada sembarang orang.” “Hanya makan malam di JW Marriot Bayangkan, katanya hanya makan malam yang menghabiskan dua belas juta.” Semantik Praanggapan Wah, apa ya? Indiana berpikir- pikir. Kencan pertamanya dengan Francis berakhir dengan ciuman. Kencan keduanya berakhir dengan… ranjang. Maksud Dilemparnya sepatu hak Marie Claire-nya yang dia beli di took sepatu Bata dua bulan yang lalu. Bab 13 Analisis Tema atau topik yang paling mendasar dalam wacana ini adalah cerita Indiana yang mengurusi masalah baju pengantin untuk persiapan pernikahannya dan bersiap- siap untuk makan malam dengan Charles. Sedangkan untuk story, kronologi cerita dimulai dari percakapan Indiana dan Karen di kantor tentang pengalaman pada kencan pertama Indiana dan dilanjutkan dengan cerita Indiana di Fairy Tale Wedding Consultant untuk menentukan gaun pengantinnya bersama Ana dan Dion, sang perancang busana. Pada akhirnya Indiana berhasil menemukan satu gaun yang cocok untuknya. Lalu dilanjutkan dengan persiapan kilat Indiana untuk makan malam dengan Charles. Elemen skematik dalam wacana ini juga di dukung oleh beberapa komentar seperti: “Dua puluh lima tahun dan belum pernah dicium cowok?” Universitas Sumatera Utara “Kau pernah jadi ABG gak sih? Gila, aku belum pernah ketemu orang seantik kamu.” “Aku nggak rela bibirku diberikan kepada sembarang orang.” Beberapa komentar di atas jelas sangant menunjukkan bagaimana representasi dari gaya hidup wanita metropolis, terlihat dengan jelas perbedaan karakter dan prinsip yang dianut tokoh Indiana dan Karen. Indiana menganggap Karen sebagai makhluk yang sangat aneh karena walaupun sudah berumur dua puluh lima tahun, Karen belum pernah sekali pun dicium oleh laki- laki. Sementara di sisi lain, Karen, walaupun hidup di zaman sekarang dan juga menyandang predikat sebagai wanita metropolis tetap teguh memegang prinsip untuk mempertahankan kesucian dirinya sampai saatnya tiba memberikan dirinya secara utuh kepada suaminya. Dalam unsur semantik, terdapat praanggapan yang sangat mendukung elemen skematik yang diperlihatkan dalam kalimat: Wah, apa ya? Indiana berpikir- pikir. Kencan pertamanya dengan Francis berakhir dengan ciuman. Kencan keduanya berakhir dengan… ranjang. Dalam wacana ini terlihat sekali pengarang sangat- sangat ingin menonjolkan karakter tokoh Indiana yang sangat metropolis. Ini terlihat dari cerita pengalaman Indiana pada saat kencan pertamanya dengan Francis, mereka sudah berciuman dan pada kencan kedua mereka sudah melakukan hubungan intim di ranjang. Hal yang seperti ini pastilah di adopsi dari budaya barat dan diterapkan di negara kita yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang kental. Di sini sepertinya pengarang sangat mengacu pada penerapan budaya barat dalam mengidupka n karakter tokoh Indiana.

IV.1.13 BAB XIV EMPAT BELAS

Universitas Sumatera Utara Di mobil Charles, Indiana duduk keringatan walau AC dari mobil menyejukkan. Indiana mengigit-gigit bibirnya dengan gelisah. Rasanya ada yang tidak benar di sini. Hatinya berkali-kali berseru mengingatkan. Jalanan Gatot Subroto sedang macet total. Biasa, lagu lama. Kalau tidak macet di Jakarta seperti ini pada jam sekian, tentu bukan Jakarta namanya. Beberapa mobil membunyikan klaksonnya tidak sabar. Charles beberapa kali membelokkan kemudinya dengan sentakan-sentakan untuk mencegah senggolan yang tidak diinginkan dengan mobil lain. Lampu bewarna hijau. Charles mengalihkan perhatiannya ke kemudi. Tangannya dengan cepat memasukkan persneling satu. “Hei, Indi” “Hmm ?” “Aku bilang kita sudah sampai. Silahkan turun, Tuan Putri.” Pintu besar bergaya gerbang Cina dibukakan oleh dua pramusaji yang berdiri gagah menjaga pintu. Inidana dan Charles melangkah masuk. “Selamat malam, Bapak. Selamat malam, Ibu. Selamat datang di Blue Lotus.” Seketika Indiana berhenti bicara. Dia sedang terkesan dengan dekor restoran yang dimasukinya. Ruangan yang bergaya oriental dengan detail-detail indah berwarna merah dan kuning disana-sini. Lantainya dilapisi permadani yang empuk dan tebal. Chandelier yang berbentuk burung phoenix kecil-kecil bergantungan di atas langit-langit yang tinggi, menyiramkan cahaya berwarna kuning mewah ke seluruh sudut ruangan. Musik memainkan lagu instrumental denting-denting dawai kecapi. Di sayap kiri ruangan terdapat taman yang sangat spektakuler indahnya dengan lampu lampion berwarna merah bergantungan di setiap sudutnya. “Reservasi atas nama Charles Agustino” “Silahkan lewat sini, Pak” Mereka tiba di meja yang telah disiapkan. “Silahkan duduk. Nanti saya ambilkan menu makanan dan minuman,” kata pelayanan dengan sangat hormat. Pelayan telah kembali dan memberikan buku menu besar yang indah kepada Indiana. Gadis itu membenamkan wajahnya di balik buku menu tersebut. Tiba-tiba Indiana hampir menjerit. Dia menutup mulutnya yang setengah terbuka dengan tangannya. Sekelebat Indiana melihat wajah Tante Sophia dan Oom Lukas di salah satu meja, sedang bersama-sama para bapak dan ibu yang lain. Universitas Sumatera Utara Ya, ampun Tante Sophia dan Oom Lukas dari semua restoran di seluruh Jakarta, mengapa mereka bisa bertemu di tempat ini ? sialan. sialan, kutuknya dalam hati. Tapi untunglah mereka tidak melihatnya posisi duduk pasangan itu sedikit menyamping sehingga pandangan mereka tidak akan langsung mengarah kepadanya. Lagian, ada pembatas ruangan yang dihiasi dengan guci keramik besar berwarna biru putih menghalangi pandangan mereka ke arah meja Indiana. Tapi tetap saja, batinnya. Kalau Tante Sophia berdiri… “Mbak Indiana ? boleh satu dua kata, Mbak ?” Dia melirik dengan pandangan curiga. Seorang wanita berpakaian sangat rapi sedang berdiri di sampingnya. “Mau tanya apa ?” “Mbak Indi sedang makan berdua dengan Mas Charles ya ? apakah kalian sudah resmi berpacaran ?” tanyanya tanpa basa-basi. Indiana melompat sehingga menabrak kursi sampai hampir terguling. “ Hah, kata siapa ?” serunya jengkel. “ Gosip apa-apaan ini ?” Untuk sedetik, otaknya tidak berhasil mencerna apa yang dilihatnya. Apa…apa itu ? di lobi rumah makan tampak berkumpul segerombolan orang yang membawa kamera dan…video perekam. Lampu-lampu blits mulai menyala. Wartawati itu mendesak maju “Mbak Indi ? Mas Charles ? apakah anda berdua sedang makan malam berdua saja…” Charles menoleh kepada wartawati tersebut dengan air muka tertarik. Indiana menyikut Charles kuat-kuat. “Ini tidak benar dimana manajer restoran ? aduh saya pusing, mau pulang…” Tiba-tiba seorang laki-laki berperawakan serius berdiri di depan Indiana. Tubuhnya tegap dan pakaiannya sangat rapi. Tampaknya dia mengenal Charles dengan sangat baik. “Saya Hadi, manajer restoran. Selamat malam, Pak Charles. Bisa saya bantu?” “Pak Hadi, selamat malam begini, entah kenapa, teman saya yang satu ini mengalami sedikit masalah dengan para wartawan. Bisakah kami keluar dari pintu belakang ?” Tampaknya Hadi sudah terbiasa dengan para orang ngetop yang menghindari gerombolan wartawan. Dengan sigap manajer restoran itu mempersilahkan Indiana dan Charles mengikutinya. Dia berbicara perlahan-lahan ke kerah bajunya yang rupanya disemati speaker kecil disana. Dari arah kebun, datang dua pria bertubuh tegap dan berambut cepak dengan baju safari. Keduanya langsung mangamankan wartawati yang sejak tadi nekat menguntit Indiana. Universitas Sumatera Utara Indiana benar-benar membulatkan tekadnya. Kalau Charles tidak berniat mengantarnya pulang, dia akan pulang dengan apa saja, jalan kaki juga boleh Lamat-lamat dari balik punggungnya, Indiana mendengar jawaban Charles, “ Cewek yang agak galak. Tapi doakan saja ya ?” Indiana ingin menutup kedua telinganya dengan kapas. Sebuah taksi meluncur di jalan raya. “TAKSI” jeritnya sambil melambai. Ketika tiba di apartemen Indiana hampir meloncat karena terkejut. Sara sedang duduk tenggelam di sofa ruang tamu. “Hei, baru pulang, dari mana saja kau ?” “ Jalan-jalan di mall. Biasalah.” Dia mengerutkan kening sambil menatap Sara. “ Ada apa sih kok jutek banget” “Sama siapa?” tanya Sara “Temanku” “Teman kantor ?” “Teman. Teman biasa.” “Teman apa teman.” Sara terdiam sejurus. “Tadi distudio sebelum pulang, aku lihat rekaman cekricek untuk program besok, ada artis pendatang baru yang lagi bikin sensasi. Namanya Indiana.” Indiana tersentak. Untuk lebih jelasnya, ia melompat. Wajah Indiana perlahan-lahan memerah seperti udang rebus. Indiana tidak jadi bangun dari sofa, malahan semakin membenamkan dirinya sedalam-dalamnya. Rasanya dia kehabisan bensin. Dia sudah terlalu lelah. Sekarang terserah apa jadinya. Dia akan cuek bebek. Tabel IV.1.13 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB XIV Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Suasana makan malam Indiana dan Charles yang berantakan karena Indiana melihat calon mertuanya dan wartawan yang mengepung mereka dan meminta konfirmasi. Skematik Story Berawal dari perjalanan Indiana dan Charles ke restoran dan dilanjutkan dengan cerita di mana Indiana melihat kedua orangtua Francis berada di restoran yang sama. Indiana ketakutan dan Universitas Sumatera Utara ketakutannya semakin bertambah dengan hadirnya sejumlah wartawan yang meminta konfirmasi mengenai hubungannya dengan Charles. Sesampainya di rumah Sara memberitahu Indiana , kalau berita mereka akan ditayangkan di Infotaiment besok pagi. Semantik Latar Seketika Indiana berhenti berbicara. Dia sedang terkesan dengan dekor restoran yang dimasukinya. Ruangannya bergaya oriental dengan detail- detail indah berwarna merah dan kuning emas di sana- sini. Lantainya dilapisi permadani yang empuk dan tebal. Chandelier yang berbentuk burung phoenix kecil- kecil bergantungan di atas langit- langit yang tinggi, menyiramkan cahaya berwarna kuning mewah ke seluruh sudut ruangan. Musik memainkan lagu instrumental denting- denting dawai kecapi. Di sayap kiri ruangan terdapat taman yang sangat spektakuler indahnya dengan lampu lampion berwarna merah bergantungan di setiap sudutnya. Bab 14 Analisis Tema yang diangkat dalam wacana ini adalah suasana makan malam Indiana dan Charles yang berantakan karena Indiana melihat calon mertuanya dan para wartawan yang mengepung mereka untuk meminta konfirmasi. Kronologi cerita dalam wacana ini dimulai dari perjalanan Indiana dan Charles ke restoran. Yang dilanjtkan dengan cerita Indiana yang melihat kedua orangtua Francis berada di restoran yang sama, Indiana ketakutan. Dan ditengah ketakutannya kejutan bertambah satu lagi dengan hadirnya sejumlah wartawan yang datang ke restoran untuk meminta konfirmasi soal hubungan Indiana dan Charles. Sesampainya dirumah, Sara memberitahu Indiana kalau berita tentang Indiana yang makan malam dengan Charles akan disiarkan di tayangan infotainment besok. Universitas Sumatera Utara Yang menjadi latar dalam wacana ini adalah sebuah restoran mewah yang membuat siapapun yang datang akan merasakan kenyamanan dan suasana yang sangat tenang. Pengarang secara eksplisit menggambarkan suasana restoran dengan setiap detil yang ada dari restoran tersebut mulai dari dekorasinya yang bergaya oriental, warna- warna yang didominasi dengan warna merah dan emas sampai ke instrumental dawai kecapi yang dimainkan di restoran tersebut. Pengarang ingin mengajak pembaca untuk ikut merasakan suasana yang begitu nyaman pada saat berada di restoran tersebut.

IV.1.14 BAB XV LIMA BELAS

Demi tuhan, jujur saja. Indiana tidak bisa cuek bebek. Ini adalah pagi kedua setelah berturut-turut Indiana bangun dengan jantung berdebar- debar keras. Diam-diam dia menggerutu dalam hati. ini acara bangun pagi yang tidak sehat untuk jantungnya. Kalau begini terus, bisa-bisa umurnya bakal pendek. Indiana membuang nafas. Sejak kemarin dia tidak berminat berdekat-dekatan dengan televisi. Dia takut tiba-tiba melihat wajahnya dan wajah Charles di layar. Dengan gerakan yang sudah dihafalnya selama bertahun-tahun. Indiana menyiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Gerakannya sudah persis seperti robot. Mandi, berpakaian, dan bergegas merayu Wang agar tidak mogok hari ini. Dia tiba di kantor tepat lima menit sebelum jam delapan. “Mbak Indi, selamat pagi.” “Pagi, Lia.” “Kemarin Mbak Indi ada di TV ya? Saya lihat lo Mbak” Indiana menoleh kepada Alia dengan tatapan tidak bersemangat. Indiana buru-buru mengeloyor ke dalam kantor. Benar kata Sara dia masuk acara cekricek. Gadis itu tidak percaya ini bisa terjadi pada dirinya. Karen berjalan gedubrak-gedubruk ke arahnya, “Hei Ndi, kau dicari Pak Indra. Cepatlah ke ruangannya. Tampaknya Pak Indra lagi gak in the mood.” Universitas Sumatera Utara Indiana seperti tersedak. Pak Indra mencarinya ? sialan. Dia berjalan memasuki ruang kantor Pak Indra dengan langkah cepat dan hati yang berat. Baru saja tangan Indiana terangkat hendak mengetuk, pintu terbuka. Pak Indra berdiri persis di depan Indiana. “ Indiana ” serunya menggelegar. “Silahkan masuk Indiana” Dengan gerakan gemulai Indiana menutup pintu ruangan Pak Indra. Lalau dia menyeret kursi tamu dan duduk diam di depan Pak Indra. Selama lima detik mereka duduk berhadap-hadapan tanpa bicara. Indiana mulai merasakan ngeri yang perlahan-lahan mulai terbit di hatinya. “ Indiana, kemarin saya melihatmu di televisi.” “Ada hal yang harus saya sampaikan kepadamu.” Indiana mendongak. Tiba-tiba dia merasa kakinya sangat dingin. Oh shit. Lihatlah tatapan Pak Indra. Ada badai besar yang akan tiba dan yang ini datang dengan kekuatan yang lebih parah, begitu kata instingnya. Apa yang telah dia lakukan sejauh ini ? mengapa semuanya jadi kacau balau seperti ini ? dia duduk membatu, lumpuh total. “Saya harus melepaskanmu dari perusahaan ini.” Indiana menelan ludah. Terjadi kekosongan yang senyap. Ketika kesadarannya tiba matanya berbinar marah. “Maksudnya, bapak memecat saya ?” Pak Indra mengangguk. Diam-diam Indiana mengangkat wajahnya dan dengan cemas melihat wajah Pak Indra yang semakin berwarna ungu. “Luar biasa dengarkan kata-kata the best employee ini “ kata Pak Indra sinis. “Kamu pikir saya tidak tahu kamu melakukan plagiat di memo-memo rapat dari buku-buku manajemen dan bukannya mengambil kesimpulan seperti yang saya instruksikan kepadamu ? kamu pikir saya juga tidak tahu betapa seringnya kamu jalan-jalan keluar di saat-saat jam kantor untuk menikmati roti dan capuccino atau membuang-buang waktu perusahaan yang berharga dengan mengobrol dengan orang-orang lain di lantai lain di gedung ini ? kamu pikir saya juga buta tidak bisa melihat betapa seringnya kamu datang terlambat ke kantor? Tidak bisa bengun pagi, bukankah begitu yang kamu katakan pada Alamanda ?” “sebaiknya kamu segera membersihkan mejamu.” Indiana melempar pandangannya ke luar jendela, menatap mobil-mobil yang lalu lalang di bawah gedung. Universitas Sumatera Utara Tanpa menoleh, dia berdiri dan berjalan terhuyung ke pintu. Di pegangnya handel pintu yang terasa sangat dingin di jemarinya. Ruang kantor di luar menyambutnya seperti seribu belati yang menikam ulu hatinya dalam-dalam. Indiana baru saja hendak memutar kunci apartemen ketika ponselnya berdering. “Halo ?” “Ada yang ingin kau katakan padaku ?” Aduh, Francis. Indiana memejamkan matanya. Benar-benar pada saat yang tidak tepat. “Francis,” katanya tersendat. Indiana menarik nafasnya dalam-dalam. “Maafkan aku. Semua itu tidak benar.” “Aku menonton acara itu” Indiana memejamkan matanya erat-erat. “Kabar burung cepat tersebar. Fuck. Apa kata orangtuaku” Indiana sudah benar-benar ingin menangis sekarang. ”Keluargaku adalah keluarga yang tertutup. Kami berusaha tidak terekspos dengan gosip-gosip yang tidak bermutu. Bisnis keluarganya juga sangat penting dijaga agar tidak menjadi berita sensasional. Sori, aku harus menutup telepon sekarang. Dan pesanku jauhilah wartawan.” Francis mematikan telepon sebelum Indiana sempat mengucapkan kata-kaat lainnya. Perlahan-lahan tangannya bergerak turun dari telinganya menuju ke pahanya. Tanpa sadar, matanya sudah kabur oleh air mata. Indiana sudah tidak lagi menggubris air matanya yang berhamburan turun membasahi pipinya. Tumitnya masih bergetar. Tabel IV.1.14 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB 15 Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Universitas Sumatera Utara Tematik Topik Kondisi Indiana yang tiba-tiba terkenal karena berita kedekatannya dengan Charles merebak di televise dan menyebabkan Indiana dipecat. Skematik Story Diawali dengan kegelisahan Indiana karena penayangan berita mengenai kedekatannya dengan Charles, dilanjutkan dengan cerita ketika ia tiba di kantor dimana teman-temannya menanyakan kebenaran berita itu. Keadaan diperparah ketika Indiana harus dipecat karena melanggar peraturan perusahaan yang melanggar peraturan perusahaan yang melarang adanya kedekatan pribadi antara karyawan dengan klien. Keadaan diperparah ketika Indiana pulang ke apartemennya, Francis menelepon dan marah kepadanya. Semantik Detil “Ada hal yang harus saya sampaikan kepadamu”. Indiana mendongak. Oh, shit. Lihatlah tatapan Pak Indra. Ada badai besar yang akan tiba dan yang ini dating dengan kekuatan yang lebih parah, begitu kata instingnya. Apa yang telah dia lakukan sejauh ini? Mengapa semuanya jadi kacau- balau seperti ini? Dia duduk membatu, lumpuh total. “Saya harus melepaskanmu dari perusahaan ini.”. Indiana menelan ludah. APA? Pengingkaran “Luar biasa Dengarkan kata- kata The Best Employee ini” kata Pak Indra sinis. “Kamu pikir saya tidak tahu kamu melakukan plagiat di memo- memo rapat dari buku- buku manajemen, dan bukannya mengambil kesimpulan seperti yang saya instruksikan kepadamu? Kamu pikir saya juga tidak tahu betapa seringnya kamu jalan- jalan keluar di saat- saat jam kantor untuk menikmati roti dan cappuccino atau membuang- buang waktu perusahaan yang berharga dengan mengobrol dengan orang- orang lain di lantai lain di gedung ini? Kamu pikir saya juga buta tidak bisa melihat betapa seringnya kamu dating terlambat ke kantor? Tidak bisa bangun pagi, bukankah itu yang kaukatakan kepada Alamanda?” Maksud Mengingat kecelakaan itu, Indiana merasakan gelombang Universitas Sumatera Utara melankolis yang menyapunya. Dengan penuh ketakutan, dia merasakan dua butir air mata menetes dari matanya tanpa bisa ditahan. Dikerjapkannya matanya berkali- kali untuk mengusir genangan kolam yang mulai terbentuk di sana. Bab 15 Analisis Tema dalam wacana ini adalah kondisi Indiana yang tiba- tiba terkenal karena berita kedekatannya dengan Charles merebak di televisi dan menyebabkan Indiana di pecat dari pekerjaannya. Story diawali dengan cerita tentang kegelisahan Indiana karena berita di televisi mengenai kedekatannya dengan Charles. Dilanjutkan dengan cerita ketika ia tiba di kantor, semua teman- temannya menanyakan kebenaran berita yang beredar di televisi. Keadaan diperparah ketika Indiana harus di pecat karena melanggar peraturan perusahaan yang melarang adanya kedekatan pribadi yang terjalin antara karyawan dengan klien. Indiana merasa hancur, keadaan diperparah ketika Indiana pulang ke apartemennya, Francis menelepon dan marah besar. Detil yang coba ditampilkan dalam wacana ini membuat para pembacanya seolah- olah turut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh Indiana, pengarang berhasil membuat detil dengan pemilihan kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana suasana yang tercipta pada saat Indiana berada di ruang bosnya. Pembaca seakan- akan dibuat ikut merasakan kepedihan hati Indiana yang harus di pecat karena di tuduh menjalin hubungan khusus dengan kliennya. Indiana ingin membela dirinya dengan mengatakan pada bosnya, kalau selama di bekerja pada perusahaaannya, dia telah mengabdikan dirinya dengan bekerja dengan giat dan sering lembur untuk bekerja. Tapi pembelaan yang dilakukan Indiana terhadap dirinya tidak berarti apa- apa karena, bosnya mengetahui seperti apa sepak terjang Universitas Sumatera Utara Indiana selama bekerja di kantor. Hal ini terlihat dari unsur pengingkaran yang terdapat dalam kalimat: “Luar biasa Dengarkan kata- kata The Best Employee ini” kata Pak Indra sinis. “Kamu pikir saya tidak tahu kamu melakukan plagiat di memo- memo rapat dari buku- buku manajemen, dan bukannya mengambil kesimpulan seperti yang saya instruksikan kepadamu? Kamu pikir saya juga tidak tahu betapa seringnya kamu jalan- jalan keluar di saat- saat jam kantor untuk menikmati roti dan cappuccino atau membuang- buang waktu perusahaan yang berharga dengan mengobrol dengan orang- orang lain di lantai lain di gedung ini? Kamu pikir saya juga buta tidak bisa melihat betapa seringnya kamu dating terlambat ke kantor? Tidak bisa bangun pagi, bukankah itu yang kaukatakan kepada Alamanda?”

IV.1.15 BAB XVI ENAM BELAS

APARTEMEN sunyi senyap. Tidak ada suara apa pun. Indiana tidak sanggup menghadapi apa saja pada saat ini. Dia ingin sendirian sekarang. Telepon apartemen berdering. Indiana tidak ingin melakukan apa- apa sehingga dibiarkannya telepon itu berdering sampai berhenti sendiri. Ponselnya berdering. Indiana tidak ingin menjawab dering itu. Dia ingin duduk membeku selama- lamanya. Tapi rasa ingin tahu membuatnya memanjangkan lehernya sedikit. Francis, dalam hatinya. “Halo,” katanya perlahan. “Francis? Bagaimana?” lanjutnya. “Bagaimana apanya?” suara itu masih terdengar dingin dan tidak bersahabat. Hati Indiana tiba- tiba tercekat. Indiana kehilangan kata- kata. Dia mengharapkan Francis membantu memberikan penjelasan selanjutnya. Tapi di ujung telepon Francis hanya diam. Itu membuat Indiana semakin tersiksa. Indiana menelan ludah. “Begini, oke. Sebenarnya ada hal yang ingin kukatakan padamu.” Suara Francis terdengar resmi dan menjaga jarak. “Mungkin ada berkat di balik kejadian ini. Kusadari Universitas Sumatera Utara mataku sekarang lebih terbuka untuk bisa melihat dan menilai diri calon istriku yang sesungguhnya.” Ada jeda satu detik yang mengerikan. Indiana ingin menjerit kuat- kuat di telepon. Francis melanjutkan. “Setelah kupikir- pikir sebaiknya pernikahan ini ditunda dulu” Lambung Indiana bergolak. Rasanya bumi berhenti berputar. Indiana merosot di lantai. “Francis, aku benar- benar minta maaf… menyesal, sungguh…. Aku… aku lakukan apa saja untukmu…” “Melakukan apa? Tidak ada yang bisa kau lakukan sekarang.” Indiana menggenggam kuat- kuat ujung ranjang agar tidak terpeleset. “Tapi bagaimana dengan down payment hotel, bunga, katering, baju dan… yang lainnya…seperti perancang pernikahan?” “Tidak apa- apa. Batalkan saja. Bayar saja semua yang menjadi biaya administrasi.” “Tapi semua itu sangat mahal…” “Uang bukanlah masalah besar bagiku.” Rasa malu dan rendah diri perlahan- lahan membuncah dalam diri Indiana. Uang adalah hal yang sangat peka di dalam dirinya karena dia berasal dari keluarga pas- pasan. Apabila tombol ini ditekan, yang muncul adalah rasa sakit hati. “Bukan masalah besar? Ya, uang memang bukan masalah besar bagimu. Tapi bagaimana dengan perasaanku yang sesungguhnya?” “Perasaanmu? Ya, mungkin aku telah menyakitimu. Kalau kau merasa demikian, aku menyesal.” Indiana membalas dengan gemetar. “Selalu begitu yang terjadi, bukan?perasaanmu yang harus didahulukan. Kau selalu egois, tidak pernah sedikit pun mendengarkan apa yang menjadi masalah bagiku.” “Indiana, aku sungguh- sungguh tidak ada waktu untuk bertengkar seperti ini denganmu.” Francis menghela nafas. “Dengar, aku sudah dipanggil rapat lagi. Aku harus segera datang ke ruang pertemuan. Mungkin perpisahan adalah jalan yang terbaik bagi kita berdua. Kau ada waktu untuk mencari pria lain yang tidak egois dan mau mendengarkan perasaanmu.” “Francis…” Sambungan sudah terputus Universitas Sumatera Utara Tabel IV.1.15 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB XVI Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Rencana pernikahan Indiana yang ditunda dan keadaan Indiana setelah mengalami semua peristiwa buruk secara beruntun. Skematik Story Diawali dengan keadaan Indiana yang stress berat karena dipecat dari perusahaannya, dilanjutkan dengan cerita pahit berikutnya ketika Francis memutuskan untuk menunda pernikahan mereka. Indiana pun mencurahkan semua perasaannya kepada Sara. Berlanjut dengan cerita sehari-hari Indiana saat menjadi pengangguran dan diakhiri dengan Indiana yang mendapat informasi mengenai apa yang terjadi di kantor melalui Karen. Semantik Detil “Begini, oke sebenarnya ada hal yang ingin kukatakan padamu.” Suara Francis terdengar resmi dan menjaga jarak. “Mungkin ada berkat di balik kejadian ini. Kusadari mataku sekarang lebih terbuka untuk bisa melihat dan menilai diri calon istriku yang sesungguhnya.”. Ada jeda satu detik yang mengerikan. Indiana ingin menjerit kuat- kuat di telepon. Francis melanjutkan. “Setelah kup ikir- pikir sebaiknya pernikahan ini ditunda dulu. ”. Lambung Indiana bergolak. Rasanya bumi berhenti berputar. Maksud “Tapi semua itu sangat mahal…”. “Uang bukanlah masalah besar bagiku.” Universitas Sumatera Utara Bab 16 Analisis Topik yang ada dalam wacana ini adalah rencana pernikahan Indiana yang harus ditunda dan keadaan Indiana setelah mengalami peristiwa buruk secara beruntun. Kronologi cerita dimulai dari keadaan Indiana yang stress berat karena dipecat dari perusahaannya, dilanjutkan dengan cerita pahit berikutnya, Francis memutuskan untuk menunda pernikahan mereka Indiana pun mencurahkan semua perasaannya kepada Sara. Berlanjut dengan cerita sehari-hari Indiana saat menjadi pengangguran dan diakhiri dengan Indiana yang mendapat informasi mengenai apa yang terjadi di kantor melalui Karen. Sama seperti wacana yang lain, detil yang ditampilkan benar- benar membuat para pembaca larut dan seolah- olah ikut merasakan apa yang dirasa tokoh Indiana. Setelah mengalami peristiwa di pecat oleh perusahaan tempatnya bekerja, sekarang dia juga harus meneriman kenyataan bahwa rencana pernikahannya harus ditunda. Pemilihan kata yang digunakan pengarang untuk menciptakan detil sangatlah tepat. Terlihat dari penggalan kalimat berikut: “Begini, oke sebenarnya ada hal yang ingin kukatakan padamu.” Suara Francis terdengar resmi dan menjaga jarak. “Mungkin ada berkat di balik kejadian ini. Kusadari mataku sekarang lebih terbuka untuk bisa melihat dan menilai diri calon istriku yang sesungguhnya.”. Ada jeda satu detik yang mengerikan. Indiana ingin menjerit kuat- kuat di telepon. Francis melanjutkan. “Setelah kupikir- pikir sebaiknya pernikahan ini ditunda dulu. ”. Lambung Indiana bergolak. Rasanya bumi berhenti berputar.

IV.1.16 BAB XVII TUJUH BELAS

KETIKA Sara kembali dari bekerja, Indiana masih duduk di ranjang dengan posisi yang sama. Bersila sambil memeluk bantal. Universitas Sumatera Utara Sara tergopoh- gopoh masuk ke kamar Indiana dan duduk di ranjangnya. “Aduh, aku nggak seharusnya meninggalkanmu seperti ini.” Kamar Indiana berada di lorong yang berhubungan dengan ruang tamu. Berdiri membuat jarak pandangnya menyapu seluruh ruangan depan. Dan sekarang fokus pupil matanya menyempit ke arah seseorang yang sedang duduk di sofa besar ruang tamu. “Ehem.” Terdengar suara deham dengan nada bariton. “Indi, maaf. Saya hanya sebentar.” Suara pria yang berat membuyarkan semuanya. Indiana menoleh dengan terganggu. Charles sudah berdiri di sampingnya. “Kau mau apa?” semburnya galak. Charles membuntutinya. “Aku ingin minta maaf” “Minta maaf untuk apa?” katanya ketus. “aku sudah dengar apa yang terjadi padamu.” Indiana merapatkan bibirnya dan berkata sinis, “Yang terjadi padaku? Ooh…. Biasa saja. Aku sudah biasa dipecat bos dan diputuskan hubungan dengan tunangan kok. It’s just another day.” Indiana menuju dapur dan mengambil cangkir dan mengisinya dengan bubuk kopi sambil membelakangi Charles. Tangannya gemetar. Dia ingin terlihat tenang dan sedingin ikan beku, tapi emosinya melompat- lompat tidak terkendali. “Aku sungguh minta maaf atas apa yang kukatakan di TV sehingga membuatmu kehilangan pekerjaanmu. Aku….” “…dan kehilangan tunanganku,” jawab Indiana galak sambil membanting sendok kopinya. “Jangan lupakan itu Charles menunduk. “Aku tahu, Indiana. Aku tahu. Aku tidak tahu apakah permintaan maafku ini cukup untuk menutupi luka hatimu.” “Maafmu tidak akan menolong mengembalikan pekerjaanku dan Francis…”. Menyebut nama Francis membuat hatinya perih kembali. Suaranya menghilang dan dibaliknya tubuhnya perlahan. Hatinya berdarah kembali. Luka yang telah dia balut rapat- rapat selama seminggu ini kembali perih. Pikirannya melayang kepada Francis dan itu membuat matanya kembali berkaca- kaca. “Charles, pergilah. Aku ingin sendirian.” Diusapnya matanya dengan punggung tangan dan ditepisnya lengan Charles. Indiana berbalik dan menjaga jarak dengan tubuh pria itu sedapat mungkin. Mata mereka bertatapan. “Ndiii, telepon” Universitas Sumatera Utara Dengan cepat tangannya menyambar telepon yang berada di dekat ranjangnya. “Halo?” “Indiana Lesmana?” “Ya, saya sendiri. Siapa ya?” “Saya Yunita Iskandar, dari majalah Metro Women.” “Saya sekretaris Ibu Frederica Januar, wakil pemimpin redaksi. Beliau ingin bercakap- cakap dengan Anda.” “Apakah ini tentang wawancara pesawat jatuh, kecelakaan atau tentang saya sebagai penyelamat penumpang? Karena kalau ingin mewawancarai saya tentang hal itu, saya-” “Maaf, Bu. Ini bukan tentang wawancara pesawat jatuh. Ini wawancara pekerjaan.” “Untuk posisi apa ya?” “Ah, saya tidak mempunyai hak untuk mendiskusikannya dengan Anda. Saya hanya diharapkan untuk membuat janji pertemuan. Apakah besok jam 11.30 adalah waktu luang bagi Anda?” Jam 11.30… jam 11.30… Rasanya tidak ada janji apa- apa. Tentu saja, dia kan pengangguran “Ya sudah. Besok jam 11.30 tidak ada masalah.” Ketika telepon diletakkan, Sara berteriak dari luar, “Siapa, Ndi?” “Metro Women. Wawancara pekerjaan.” Indiana berjalan keluar dan memasuki kamar Sara yang sedang sibuk membersihkan sepatu- sepatunya. “Metro Women, majalah the rich and famous itu?” “Kapan?” “Besok siang.” “You can do it, girl, ” bisik Sara di telinganya. Ya. Dia, Indiana Lesmana tentu bisa melakukannya. Menjalani kehidupannya kembali dengan normal. Dia akan hidup untuk masa depan. Tanpa sakit hati, tanpa penyesalan. Selalu ada kesempatan kedua bagi mereka yang mencarinya. Ruang pertemuan Metro Women sangat rapi dan feminin. Indiana berusaha terlihat tenang walau hatinya berdebar- debar. Frederica tiba dengan langkah- langkah gagah. Dia seorang wanita di usia pertengahan 30-an dengan wajah tirus berkacamata yang terlihat ramah. “Indiana Lesmana? Saya Frederica.” “Ibu Frederica…” Indiana mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Jabatan tangan wanita itu kokoh tapi kulitnya sangat lembut. Universitas Sumatera Utara “Panggil saya Rica saja. Tidak usah ada embel- embel Ibu.” “Saya dengar kau suka menulis” Indiana tergagap ditanya seperti itu. “Eh, ya… ya.” “Bisakah kau menulis sesuatu untuk saya?” “Ya. Metro Women mempunyai rencana membuat kolom tentang kehidupan wanita lajang. Tentu saja saya mengharapkan penulisnya adalah wanita usia 20-an yang mengerti seluk- beluk kehidupan single.” “Lalu bagaimana hubungannya dengan saya?” “Kau adalah wanita muda lajang yang dapat memotret kehidupan sewajar- wajarnya. Saya mengharapkan tulisanmu menarik untuk dapat dipublikasikan.” Indiana tercekat. Tawaran menulis kolom di majalah wanita terkenal tentang kehidupan lajang. Apa yang lebih menarik dari semua itu? Dia jadi lebih bersemangat. “Yang harus kau lakukan adalah memberikan sampel tulisanmu. Berbentuk kolom, berbicara tentang topik apa saja yang berhubungan dengan masalah kewanitaan, dan saya harap kau dapat memberikannya pada saya akhir minggu ini.” “Mengapa Anda tertarik pada saya?” Akhirnya Indiana tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya. “Kau direferensikan oleh seseorang dengan nilai yang tinggi.” “Referensi? Maksudnya…” “Seorang teman membisikkan kemampuan terpendam dirimu pada saya.” “Siapakah dia?” “Maaf, saya tidak bisa menyebutkan namanya padamu.” Ternyata menulis kolom itu tidak semudah apa yang dipikirkan Indiana. Sudah dua jam Indiana menghabiskan waktunya di depan laptop, tapi tidak ada satu kata pun yang berhasil dirangkainya dengan sempurna. Indiana melirik dua cangkir kopi yang telah kosong di sampingnya. Dia menggeliat lelah. Tulang- tulangnya sudah berteriak kelelahan. Ada godaan untuk merokok, tapi ada kekuatan lain yang menahannya juga. Pada saat ini, kekuatan itu menang. Matanya sudah sedikit pedih melotot di depan skrin laptop. Ngomong- ngomong, laptop iti adalah pinjaman dari Sara, siapa lagi. Mana mungkin Indiana mampu membeli laptop, apalagi setelah dia membuat angka pengangguran nasional bertambah. Universitas Sumatera Utara Mata Indiana mendadak terbuka. Ya Dia adalah wanita muda dengan segudang cerita. Banyak yang bisa dikisahkan. Banyak yang dapat ditulis. Mungkin dia memang harus jujur terhadap dirinya sendiri. Yang harus dia lakukan sekarang adalah bercerita tentang dirinya sendiri. Pengalaman hidupnya adalah pusat rotasi semuanya. Tangannya segera berketak- ketuk di atas tuts keyboard. Waktu tidak menyembuhkan luka. Hanya dirimu yang dapat menyembuhkan luka. Tabel IV.1.16 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB XVII Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Bagaiman Indiana berusaha bangkit dari keterpurukan hidupnya dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Skematik Story Berawal dari Charles yang menemui Indiana untuk meminta maaf. Pada mulanya Indiana tidak mau memaafkan Charles, tetapi kemudian Indiana luluh dan memutuskan untuk berteman dengan Charles. Dilanjutkan dengan adanya telepon yang mengabarkan pangilan wawancara kerja di sebuah majalah wanita. Pelan-pelan Indiana mulai menata hidupnya kembali. Komentar “Metro Women, majalah the rich and famous itu?” “Kau adalah wanita muda lajang yang dapat memotret kehidupan sewajar- wajarnya.” Semantik Praanggapan Matanya sedah sedikit pedih melotot di depan. skrin laptop Ngomong- ngomong, laptop itu adalah pinjaman dari Sara, siapa lagi. Mana mungkin Indiana mampu membeli laptop, apalagi setelah dia membuat angka pengangguran nasional bertambah. Universitas Sumatera Utara Bab 17 Analisis Tema dalam wacana ini adalah bagaimana Indiana yang berusaha bangkit dari keterpurukan hidupnya dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Kronologi cerita dimulai dari Charles yang menemui Indiana untuk meminta maaf. Pada mulanya Indiana tidak mau memaafkan Charles, tetapi kemudian Indiana luluh dan memutuskan untuk berteman dengan Charles. Dilanjutkan dengan adanya telepon yang mengabarkan pangilan wawancara kerja di sebuah majalah wanita. Pelan-pelan Indiana mulai menata hidupnya kembali. Elemen skematik diperkuat dengar beberapa komentar yang melengkapi kekuatan dari wacana tersebut diantaranya: Metro Women, majalah the rich and famous itu?” “Kau adalah wanita muda lajang yang dapat memotret kehidupan sewajar- wajarnya.” Semantik diwakili oleh elemen praanggapan seperti yang terlihat dalam kalimat: Matanya sudah sedikit pedih melotot di depan. skrin laptop Ngomong- ngomong, laptop itu adalah pinjaman dari Sara, siapa lagi. Mana mungkin Indiana mampu membeli laptop, apalagi setelah dia membuat angka pengangguran nasional bertambah. Praanggapan dalam wacana ini dimaksudkan sebagai Indiana yang merasa menjadi pengangguran sampai harus meminjam laptop Sara untuk mengerjakan syarat untuk mendapatkan pekerjaan yang baru.

IV.1.17 BAB XVIII

DELAPAN BELAS Universitas Sumatera Utara PONSEL Indiana bernyanyi. “Halo?” “Indiana Lesmana?” “Ini Frederica dari Metro Women. Apakah sekarang Indi sedang sibuk?” “Sibuk? Saya?” Indiana mengganti posisi ponselnya di telinga satunya. “Saya tidak sibuk kok.” “Nah, kebetulan. Saya ingin mengabarkan hasil panel diskusi redaksi mengenai sampel tulisan kolommu. Karyamu sangat menarik Kami menyukai caramu membeberkan problematika dunia wanita single. Karena itu saya ingin mengajukan proposal perusahaan. Kami sangat bersemangat untuk menarikmu menjadi penulis tetap kolom tersebut.” Indiana menelan ludah, “… ini merupakan kehormatan bagi saya untuk bergabung dengan majalah eksklusif seperti Metro Women.” “Tetapi Indi akan ditempatkan di Bali. Di Denpasar tepatnya. Keberatan?” “Ehm…” indiana terbatuk. “Maafkan saya. Untuk yang satu ini perlu saya pikirkan matang- matang. Bisa saya diberi waktu sebelum mengambil keputusan?” “Fair enough. Saya beri Indi waktu sampai minggu depan. Nanti kami akan menghubungi kembali untuk mendengar keputusanmu. Selamat siang.” Denpasar. Dia akan hidup sendiri di sana. Tanpa Sara, tanpa Francis. Memulai semuanya kembali dengan lembaran yang lebih baik dan penuh harapan yang berbunga- bunga. Dia tahu dia akan bahagia. Tabel IV.1.17 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB XVIII Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Bagaimana seorang Indiana Lesmana mengambil satu keputusan besar dalam hidupnya dengan bekerja di Denpasar. Skematik Story Berawal dari Indiana yang dihubungi pihak majalah Metro Women yang sangat tertarik dengan tulisan Indiana dan menawarkan Indiana untuk bergabung pada dua posisi sekaligus dan ditempatkan di Denpasar. Indiana berfikir selama seminggu, Universitas Sumatera Utara setelah itu ia mantap memulai kehidupannya yang baru di Denpasar seorang diri. Komentar “… Ini merupakan kehormatan bagi saya untuk bergabung dengan majalah eksklusif seperti Metro Women.” Semantik Detil “Nah, kebetulan. Saya ingin mengabarkan hasil panel diskusi redaksi mengenai sampel tulisan kolommu. Karyamu sangat menarik Kami menyukai caramu membeberkan problematika dunia wanita single. Karena itu saya ingin mengajukan proposal perusahaan. Kami sangat bersemangat untuk menarikmu menjadi penulis tetap kolom tersebut. ” Maksud Indiana menopang dagunya di atas meja dengan kedua tangannya. “Demikianlah kehidupan wanita karier lajang dua puluh tahunan yang sedang mengecengi cowok,” bisiknya. Perlahan- lahan sebuah senyum besar membelah wajahnya. Di sampingnya Sara hanya mengangguk- angguk tidak sadar. Bab 18 Analisis Tema atau topik dalam wacana ini adalah tentang bagaimana seorang Indiana Lesmana mengambil satu keputusan besar dalam hidupnya dengan bekerja di Denpasar. Kronologi cerita berawal dari cerita Indiana yang dihubungi pihak majalah Metro Women yang sangat tertarik dengan tulisan Indiana dan menawarkan Indiana untuk bergabung pada dua posisi sekaligus dan ditempatkan di Denpasar. Indiana berfikir selama seminggu, setelah itu ia mantap memulai kehidupannya yang baru di Denpasar seorang diri. Detil yang ditampilkan pada wacana ini adalah ketika Indiana dihubungi oleh pihak majalah Metro Women yang menyatakan ingin merekrut Indiana sebagai karyawan mereka karena tulisan Indiana yang menggambarkan kehidupan wanita single metropolis begitu mendalam dan membuat mereka terkesan. Hal ini ditampilkan pengarang karena dapat Universitas Sumatera Utara menunjukkan secara nyata bagaimana kehidupan wanita metropolis berdasarkan pengalaman dari tokoh Indiana sendiri. Untuk mendukung detil yang ada, juga terdapat elemen maksud yang dapat mempertegas detil yang menggambarkan bagaimana para wanita metropolis mencari cinta: Indiana menopang dagunya di atas meja dengan kedua tangannya. “Demikianlah kehidupan wanita karier lajang dua puluh tahunan yang sedang mengecengi cowok,” bisiknya. Perlahan- lahan sebuah senyum besar membelah wajahnya. Di sampingnya Sara hanya mengangguk- angguk tidak sadar.

IV.1.18 BAB XIX SEMBILAN BELAS

PAGI- PAGI Indiana sudah terbangun. Bekernya berdering jam enam pagi. Matanya terbuka lebar dan tiba- tiba adrenalin langsung mengalir lancar. Ini dia Ini dia harinya Dalam waktu empat jam lagi, dia akan berangkat meninggalkan Jakarta menuju masa depan. Di berdiri berjinjit dan berjalan keluar. Apartemen Sara masih sepi. Matahari sudah terbit dan cahayanya membias masuk dengan hangatnya ke ruang tamu. Indiana pergi ke dapur dan menuang kopi paginya. Dia akan merindukan dapur ini dan seluruh ruangan apartemen yang pernah ditinggalinya bersama Sara. Satu jam berikutnya dihabiskannya dengan kembali mengecek barang- barang dan baju- bajunya di dalam koper. Ketika semua terlihat siap, ponselnya berdering. “Sori, aku tidak bisa pulang sekarang. Tertahan sedikit di sini. Akan tiba satu jam lagi. Kuusahakan lebih cepat. Moga- moga tiak macet.” Itu suara Sara. Jam berdetik- detik melaju. Ketika Sara belum tiba juga dalam sepuluh menit kemudian, Indiana memutuskan untuk menelepon Charles. Telepon Charles tidak aktif. Indiana sudah tidak bisa menunggu lagi. Dia harus segera ke bandara atau terlambat naik pesawat. Dia akan berangkat ke bandara dengan taksi Universitas Sumatera Utara Dibereskannya semua kopernya satu per satu dan diseretnya keluar. Ketika tangannya sedang mencari rencengan kunci, pintu apartemen diketuk. Jantung Indiana melompat lega. Pintu apartemen terkuak. Perut Indiana seperti tertonjok. Itu Francis. Francis sedang berdiri dengan tegak di depan pintu. Wajahnya terlihat lebih pucat dan tulang- tulang aristokratnya tampak semakin menonjol. Mata tajamnya terlihat menyorot letih. Indiana berdiri tanpa tahu harus berbuat apa. “Where the fuck are you planning to go?” Suara Francis menggelegar di seluruh ruangan. Kepala Indiana terangkat seperti tertampar. “Mau apa kau datang kemari?” sambarnya dengan gemetaran. Francis tidak berhak bertanya- tanya ke mana dia mau pergi Itu adalah urusannya. “Kupikir kau sedang sibuk dengan pabrikmu di Surabaya.” “Ya, aku selalu sibuk dengan pabrikku di Surabaya sampai tidaka ada waktu ke Jakarta lagi.” “Lalu kenapa kau di sini sekarang?” Notasi suara Indiana belum kembali normal. Jantungnya masih berdebar sangat kencang. “Kudengar kau mau berangkat ke luar negeri.” “Siapa yang mengatakan padamu aku ke luar negeri?” “Bukan urusanmu” sambar Francis ketus. “Mau apa kau pergi ke luar negeri segala?” Indiana menggenggam tas tangannya kuat- kuat. Walau wajahnya masih terlihat pias karena terkejut, dalam hatinya muncul rasa amarah yang menggelora. “Bukan urusanmu” sahutnya tak kalah ketus. Lalu Francis berbisik dengan lembut, “maafkan aku, Indiana. Maukah kau memaafkan aku?” “Francis…” “Indiana, jangan pergi. Tinggallah di sini.” Mungkin sudah berminggu- minggu air mata Indiana turun membayangkan adegan ini akan terjadi di dalam kehidupannya. Francis akan kembali dan memohon agar Indiana tidak pergi meninggalkannya. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. “Aku harus pergi, Francis. Itu sudah jadi keputusanku. Tidak ada keraguan lagi.” “Bisakah kau memikirkannya kembali?” “Aku sudah bolak- balik memikirkannya dan berbicara dengan banyak orang. Jadi keputusanku sudah bulat.” “katakan, Indi… katakan bagaimana membuatmu bahagia… akan kulakukan semuanya untukmu.” Universitas Sumatera Utara Matanya menatap lembut. Jarak mereka berdua tidak lebih dari dua meter, tapi Indiana merasakan jiwa Francis sudah memeluk hatinya. Indiana menggenggam tas tangannya kuat- kuat sehingga kuku jarinya menusuk telapak tangannya. Dengan tegas dia berkata “Francis, maaf. Aku sudah mengambil keputusan. Aku tidak bisa melakukannya untukmu.” “Mengapa?” tanya Francis masih dengan gigih. “Karena…” Indiana berhenti. “Karena aku adalah diriku yang ingin diberi kesempatan untuk mengambil keputusan bagi diriku sendiri. Karena aku ingin menjadi seseorang yang berani mengambil resiko dan bertanggung jawab sepenuhnya. Karena aku ingin menjadi seorang Indiana Lesmana yang utuh. Karena…” suara Indiana menghilang. Francis menatap gadis itu tanpa bisa berkata apa- apa lagi. Akhirnya tatapan lembutnya terlihat menyerah. “Baiklah. Kau tak perlu menjelaskan lebih jauh lagi. Aku mengerti” Francis menatap Indiana beberapa detik dan mencium kening Indiana. Tanpa kata- kata Francis kemudian berbalik dan melangkah pergi, menghilang di balik belokan lorong apartemen. Tidak lama kemudian Indiana mendengar suara “ting” nyaring di ujung lorong. Itu suara lift yang membuka kemudian menutup. Tabel IV.1.18 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB XIX Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Keteguhan hati Indiana untuk pindah ke Bali pada hari kepindahannya diuji dengan munculnya Francis. Skematik Story Diawali dengan keadaan Indiana di pagi hari terakhir ia berada di Jakarta, dan dilanjutkan dengan kedatangan Francis dan memintanya kembali, tetapi Indiana tidak mau dan dengan tegas menyatakan ia ingin menjadi pribadi yang baru. Semantik Latar Pagi- pagi Indiana sudah terbangun. Bekernya berdering jam enam pagi. Matanya terbuka lebar dan tiba- tiba adrenalin langsung mengalir lancar. Ini dia Ini dia harinya Dalam waktu empat jam lagi, dia akan meninggalkan Jakarta menuju masa depan. Sintaksis Koherensi “karena…” Indiana berhenti. “Karena aku adalah diriku yang ingin diberi kesempatan untuk mengambil keputusan bagi diriku sendiri. Universitas Sumatera Utara Karena aku ingin menjadi seseorang yang berani mengambil resiko dan bertanggung jawab sepenuhnya. Karena aku ingin menjadi seorang Indiana Lesmana yang utuh. Karena…” suara Indiana menghilang Bab 19 Analisis Topik yang dibicarakan dalam wacana ini adalah tentang keteguhan hati Indiana untuk pindah ke Bali pada hari kepindahannya diuji dengan munculnya Francis. Kronologi cerita dimulai dengan cerita tentang Indiana di pagi hari terakhir ia berada di Jakarta, dan dilanjutkan dengan kedatangan Francis dan memintanya kembali, tetapi Indiana tidak mau dan dengan tegas menyatakan ia ingin menjadi pribadi yang baru Latar yang digunakan dalam wacana ini adalah apartemen milik Sara, tempat dimana Indiana tinggal selama ia di Jakarta. Dalam latar dijelaskan Indiana yang sangat bersemangat menantikan keberangkatannya yang tinggal beberapa jam lagi ke Bali untuk meraih masa depan. Wacana ini disertai pula adanya koherensi pada kalimat: “karena…” Indiana berhenti. “Karena aku adalah diriku yang ingin diberi kesempatan untuk mengambil keputusan bagi diriku sendiri. Karena aku ingin menjadi seseorang yang berani mengambil resiko dan bertanggung jawab sepenuhnya. Karena aku ingin menjadi seorang Indiana Lesmana yang utuh. Karena…” suara Indiana menghilang Koherensi jelas menunjukkan karakter dari tokoh Indiana sebagai wanita kuat dan tidak dapat merubah keputusannya dengan mudah, sekalipun orang yang memintanya memikirkan kembali keputusan yang sudah dibuatnya adalah orang yang sangat dicintainya.

IV.1.19 BAB XX

Universitas Sumatera Utara DUA PULUH INDIANA berdiri memandang Pantai Kuta yang semakin berwarna kuning hendak ditelan matahari senja. Dalam tiga puluh menit, pantai akan menjadi gelap gulita. Mengenakan baju tali berlengan kecil dan celana pendek, Indiana duduk di pantai sendirian. Ini adalah baju seragamnya selama dia di Bali kalau tidak bekerja. Alhasil, kulitnya yang dulu berwarna kuning muda sekarang mulai sdikit lebih gelap. Satu tahun. Waktu berlalu dengan cepat. Indiana juga tidak meyadari bahwa dia sudah satu tahun berada di Denpasar. Rasa- rasanya dia sudah bisa bertingkah laku seperti orang Bali dan melebur di dalam kotanya ini. Tempat kosnya juga menyenagkan. Penuh dengan teman- teman yang menyenangkan. Pada awalnya dia memang mengalami masa- masa sulit untuk bergaul dengan mereka, tapi toh akhirnya semuanya sudah seperti satu keluarga. Kantornya juga menyenangkan. Dia mencintai pekerjaannya. Aneh, menulis datang dengan mudahnya bagi dirinya. Terkadang dia bertanya- tanya mengapa dari dulu dia tidak berkarier dalam dunia penulisan. Matahari sudah menyerupai bola pantai, besar dan berwarna oranye keemasan. Suara ombak terdengar mendesir- desir memecah pantai. “Halo.” Rasanya suara itu datang samar- samar. Hatinya tercekat. Suara itu, suara pria yang telah dihafalnya. Apakah dia berhalusinasi? Indiana membuka mulutnya seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi sekali lagi tidak jadi. Dia sedikit shock dan terkejut dengan kehadiran Francis. Rasanya sudah berabad- abad lamanya dia tidak melihat Francis. Tapi tenyata hanya satu tahun. Satu tahun yang berlalu demikian cepat. Tubuhnya sedikit tidak siap dengan kehadiran pria ini yang duduk di sebelahnya. Tapi hatinya merasakan hal lain. Jauh, jauh di dalam hati kecilnya, Indiana tahu, dia merindukan saat seperti ini. Bertemu kembali dan bersama- sama kembali. “Kau terlihat begitu bahagia, Indi. Begitu kuat dan tangguh. Aku suka melihatmu seperti ini.” “Ya, kupikir aku mencintai pekerjaanku sekarang.” Universitas Sumatera Utara “Kudengar kabar burung, katanya Ibu Frederica hendak mengundurkan diri. Dia ditarik majalah terbitan Singapura. Tampaknya perusahaanmu harus berusaha keras mencari penggantinya.” “Dari mana kau tahu, ada gosip ya?” “Tentu saja aku tahu dan itu bukan gosip.” “Katakan kepadaku siapa yang menggantikan Rica?” “Penggantinya…,” jawab Francis berbisik, “… adalah kau, Indiana. Sudah diputuskan.” Indiana mau tertawa terbahak- bahak mendengarnya. “Kau bercanda lagi” “Aku tidak bercanda. Kau pengganti Rica. Sudah diputuskan oleh para pengurus.” “Apakah ini lelucon? Kalau ya, kau tidak lucu.” “Aku tidak melucu. Perusahaan Metro Women adalah milikku.” Indiana berdiri dan berjalan dengan langkah kaku. “Berarti kau yang merekrutku pada awalnya,” jawabnya ketus. “Tunggu dulu. Itu bukan aku.” Francis berusaha merendengi langkah Indiana. “Aku tidak pernah merekomendasikan namamu. Hanya kebetulan Charles mengatakab padaku kau sedang mencari pekerjaan dan kau menyukai tulis- menulis.” “Bagaimana aku bisa memercayaimu?” Indiana berjalan lagi. Dagunya terangkat tinggi- tinggi. “Tanyalah kepada semua orang. Tanyalah bagaimana reputasimu. Tanyakan pada Departemen Sales tentang berapa eksemplar majalah terjual sejak kau bergabung dengan perusahaan ini.” Indiana berhenti berjalan. “Itu semua karena kau. We have a fucking better future because you join us” seru Francis. “Kau yang terhebat, Indiana. Kami tidak bisa kehilanganmu.” “Well….,” jawab Indiana sambil sedikit tersipu. “Kau terlalu memujiku. Aku tidak biasa dipuji seperti itu.” “Jawablah dengan ya, Indiana. Jawablah dengan ya. Itu yang ingin kudengar.” Indiana mengangguk. “Ya,” jawabnya dengan gembira. “Ya, aku mau.” Universitas Sumatera Utara Tangan Francis meremas tangan Indiana dengan lembut. Mata mereka terkunci berdua di tengah keremangan malam.senyum pria itu merekah ketika tangannya menyentuh lembut pipi Indiana. “Terima kasih, sayang. Aku sangat menghargai itu.” Bintang- bintang kecil bermunculan di langit malam yang cerah ketika matahari baru Indiana terbit kembali dihatinya. Tabel IV.1.19 Analisis Wacana Novel Indiana Chronicle Blues BAB XX Hal Yang Diamati Elemen Keterangan Tematik Topik Cerita tentang Indiana yang sudah setahun menetap di Denpasar Skematik Story Berawal dari cerita Indiana yang melewatkan hari liburnya menikmati matahari terbenam di pantai Kuta, kemudian tiba-tiba Francis muncul di hadapannya dan dia mengungkapkan bahwa perusahaan majalah tempat Indiana bekerja adalah miliknya dan Indiana diangkat menjadi wakil pemimpin redaksi. Komentar “We have a fucking better future because you join us” “Kau yang terhebat, Indiana. Kami tidak bisa kehilanganmu.” Semantik Latar Indiana berdiri memandang Pantai Kuta yang semakin berwarna kuning hendak ditelan matahari senja. Dalam tiga puluh menit, pantai akan menjadi gelap gulita. Detil Mengenakan baju tali berlengan kecil dan celana pendek, Indiana duduk di pantai sendirian. Ini adalah baju seragamnya selama dia di Bali kalau tidak bekerja. Alhasil, kulitnya yang dulu berwarna kuning muda sekarang mulai sedikit lebih gelap. Bab 20 Analisis Tema atau topik yang diangkat dalam wacana ini adalah cerita tentang Indiana yang sudah satu tahun menetap di Denpasar. Universitas Sumatera Utara Story wacana ini dimulai dari cerita Indiana yang melewatkan hari liburnya menikmati matahari terbenam di pantai Kuta, kemudian tiba-tiba Francis muncul di hadapannya dan dia mengungkapkan bahwa perusahaan majalah tempat Indiana bekerja adalah miliknya dan Indiana diangkat menjadi wakil pemimpin redaksi. Wacana ini menggunakan latar di Pantai Kuta, Bali yang sebentar lagi akan gelap karena matahari yang akan terbenam.

IV.2 Diskusi dan Pembahasan